Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam memilih dan menetapkan alternatif yang tepat untuk suatu tindakan yang diinginkan dan akan mendasari semua fungsi manajemen.
Keberhasilan keluarga dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keputusan keluarga berperan penting dalam menentukan pendidikan anak-anak, di mana orang tua berperan memberikan pertimbangan serta saran, dan anak menjalankan keputusan bersama dengan baik. Tindakan orang tua yang seringkali hanya berdasarkan kepentingan pribadi menjadi kendala dalam pengambilan keputusan pendidikan anak.
Orang tua dapat mengarahkan langkah-langkah anak-anaknya dalam memilih perguruan tinggi sesuai dengan tujuan yang telah disepakati bersama. Tujuan ini dibentuk berlandaskan kepentingan bersama guna terwujudnya keluarga yang sejahtera. Tujuan ini pun dapat terwujud jika anak menaati keputusan ini.
Survei yang telah dilakukan secara daring terkait keterlibatan keluarga dalam menentukan keputusan anak untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi menunjukkan hasil yang cukup beragam. Sebanyak 52 responden dari mahasiswa/i IPB University angkatan 56-59 yang berpartisipasi mengisi kuesioner menggunakan google form.
Pertanyaan yang diberikan meliputi jejak pendapat, pertanyaan pilihan ganda, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, dan pertanyaan dengan jawaban skala 1-5. Pertanyaan pertama adalah “Kenapa kamu ingin kuliah?”. Hasil menunjukkan 96.2% responden memilih alasan “mencari ilmu”.
Alasan “keputusan orang tua” dipilih oleh 17 responden. Pertanyaan kedua adalah “Apa sih alasan kamu kuliah di IPB?”. Alasan 44.2% dari 52 responden adalah “karena keinginan pribadi”, sedangkan “dukungan orang tua” menjadi jawaban top three dari responden.
Pertanyaan ketiga, “Apakah keputusan kamu kuliah di IPB ada keterlibatan dengan anggota keluarga kamu?” dijawab “Ya” oleh mayoritas responden. Untuk pertanyaan keempat, “Jika Ya, siapa yang terlibat dalam keputusan kuliah kamu?” mayoritas responden menyatakan “ayah dan ibu” sebagai orang yang terlibat dalam keputusan berkuliah. Disusul “semua anggota keluarga” sebagai jawaban terbanyak kedua yang dipilih responden.
Pertanyaan selanjutnya adalah “Sebelum kamu masuk IPB, apakah ada kendala untuk memutuskan kuliah atau tidak kuliah?”. Mayoritas responden (76.9% dari 52 jawaban) menyatakan bahwa mereka memiliki kendala untuk memutuskan. Pertanyaan selanjutnya “Jika Ya, alasannya kenapa?” dijawab responden dengan beragam jawaban.
Diantaranya seperti “Karena memikirkan kondisi finansial keluarga”, “Kendalanya adalah menyatukan pemikiran aku dan orang tua”, dan “Jauh dari keluarga”.
Pertanyaan ketujuh, “Sebelum kamu masuk IPB, Apakah ada diskusi dengan keluarga harus masuk kampus mana?” ditanggapi mayoritas responden dengan jawaban “Ya”. Pertanyaan selanjutnya, “Menurut kamu, seberapa penting keluarga atau orang terdekat kamu dalam suatu pengambilan keputusan masuk kampus/kuliah?”. Mayoritas responden (53.8% dari 52 jawaban) menyatakan bahwa keluarga atau orang terdekat sangat penting dalam suatu pengambilan keputusan berkuliah.
Alasan responden kebanyakan karena responden menganggap ridho orang tua atau keputusan dari orang tua sangat penting dan berpengaruh pada keputusan mereka. Untuk pertanyaan terakhir “Apakah kamu merasa bangga masuk kampus IPB?” mayoritas responden (55.8% dari 52 jawaban) menyatakan sangat bangga bisa berkuliah di IPB.
Selain survei, kami juga mengambil sumber dari Solicha et al. 2020 “Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Pengambilan Keputusan Memilih Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2019 FIS UNJ”. Responden penelitian ini terdiri dari 2 kelas di prodi tersebut. Dari 4 dimensi variabel dukungan sosial orang tua yang diamati didapatkan hasil sebagai berikut.
Dukungan instrumental memiliki persentase tertinggi yaitu 88%. Dimensi dukungan emosional memenuhi persentase 83%. Dimensi dukungan informasi memiliki persentase sebesar 82%. Dimensi dukungan penghargaan memiliki persentase sebesar 79,7%. Dimensi memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan dengan persentase tertinggi sebesar 85,9%. Dimensi memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusan dengan persentase sebesar 80%.
Sumbangan efektif yang disumbangkan variabel dukungan sosial orang tua dengan variabel pengambilan keputusan memilih program studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial sebesar 0,280 (R Square) menunjukkan besarnya dukungan sosial orang tua dalam pengambilan keputusan memilih program studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial sebesar 28%. Adapun sisanya 72% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian
Sebagian besar remaja yang sudah menuntaskan pendidikan menengah, mereka memiliki minat yang sangat besar untuk menjadi mahasiswa. Namun, suatu pengambilan keputusan ini tentu tidak mudah karena tidak semua orang berada dalam kondisi finansial dan ekonomi yang aman. Dari hasil kuesioner tersebut didapatkan bahwa 28.8% responden tidak melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan mereka berkuliah di IPB. Padahal 76.9% responden memiliki kendala untuk memutuskan akan kuliah atau tidak kuliah.
Kendala tersebut berbeda-beda tiap orangnya, diantaranya kondisi finansial keluarga, jarak dari rumah, kebingungan dalam menentukan perguruan tinggi dan jurusannya, dan belum bisa objektif dalam mengambil keputusan tersebut. Dari kendala tersebut, tidak mungkin hanya pendapat/motivasi pribadi saja untuk memutuskan akan melanjutkan pendidikan kemana. Hal tersebut dikarenakan para pelajar lulusan pendidikan menengah masih sangat membutuhkan arahan dan dorongan yang jelas dari keluarganya.
Sejalan dengan itu, mengingat usia remaja merupakan usia yang cukup labil dan rentan sehingga dapat mengakibatkan kecenderungan untuk mengalami peristiwa yang tidak diinginkan. Pada usia remaja, keterlibatan orang tua masih diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, terlebih dalam pemilihan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Masa remaja adalah masa dimana terdapat pencapaian keseimbangan antara diri sendiri dan orang lain yang dalam hal ini adalah orangtua, sehingga remaja berusaha untuk menerima keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh orangtua sebagai bentuk keseimbangan diri dan orang lain di dalam diri remaja.
Memilih merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan sejumlah pengaruh yang akan membawa ke sebuah keputusan. Keputusan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah suatu keputusan paling membingungkan karena akan memiliki akibat yang panjang bagi masa depan seseorang. Sehingga dengan adanya hal tersebut, dibutuhkan peran keluarga untuk turut terlibat dalam pengambilan keputusan. Bukan hanya keluarga, tetapi juga kelompok referensi seperti teman sebaya, alumni sekolah, kerabat, guru wali kelas, dsb.
Proses pengambilan keputusan dibagi ke dalam lima tingkatan, yaitu pertama kesadaran akan adanya kebutuhan. Kedua pencarian informasi tentang berbagai pilihan, dan yang ketiga membuat kriteria dan evaluasi atas berbagai alternatif yang ada. Keempat adalah keputusan untuk memilih, dan yang terakhir adalah evaluasi atas pengalaman tersebut (Kotler 2003).
Hasil kuesioner yang masih menunjukkan tidak adanya keterlibatan keluarga dalam keputusan melanjutkan pendidikan tinggi setelah pendidikan menengah kurang tepat. Seharusnya masih ada keterlibatan dari keluarga terutama orang tua, mengingat usia remaja merupakan usia yang cukup labil dan rentan sehingga dapat mengakibatkan kecenderungan untuk mengalami peristiwa yang tidak diinginkan.
Disusun oleh Seli Rizqi Awaliah, Hani Aulia Salve Hairi, Mely Indri Yani, Riantika Chandra Respati
Dengan Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Diah Krisnantuti, MS.
Ir. MD. Djamaludin, M.Sc.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H