Disetiap petak ruang waktu pagi di ma’had ini
Sengat dingin ubin marmer menghampiri kalian
Menapak kaki kaki tebal akan hembusan angin
Berbobot berat dengan kitab di kanan kiri
Bersandar meja dan kursi dibanyak sisi
Kalian merupakan ruang dingin bagi saya
Dingin dirasa, tapi hati berselimut hangat  senja
Mentari belum juga merona akan sinarnya
Hangat rasa terbit begitu saja
Semangat dan senyum kalian adalah bara kobarnya
Ditiap hulu lonceng berbunyi nyaring
Hadirkan rasa yang hilang muncul berkeping-keping
Tapi, inilah kisah tepi hulu ini
Bersanding do’a  Allahumma akrimnaa bilfahmi wal hifdzi
Jika memang masih bisa mulut hati berkata
Tiap pagi kembali hadir dalam rentet takdir ini
Akankah kisah satu tapak ini berbalas
Mengukir sepanjang deret rindu yang berbekas
Menghadirkan ruang kalbu tak terbatas
Saya kalian dan ruang dingin kelas ini
Harap yakin penantian janji Ilahi Rabbi
Bahwa kisah ini takpelak usai disini
Namun hingga Hadapan Ilahi
Hasanah Jannatillah Fiddaroini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H