Provinsi Bali menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor pariwisata indonesia (Yanwardhana, 2023). Sektor pariwisata berperan penting dalam hal meningkatkan perekonomian di Indonesia khususnya Bali selain penghasil devisa juga memperluas kesempatan kerja (Pratiwi & Purwanti, 2024).Â
Memiliki luas wilayah sebesar 5.590,15 km2 Â Bali memiliki daya tarik dengan berbagai sumber dayanya di setiap Kabupaten/Kotanya. Menurut data banyaknya tempat tidur pada hotel bintang di seluruh kelas sebanyak 63.004 unit sebagian besar sektor pariwisata terpusat di Kabupaten Badung (BPS, 2023b). Oleh karena itu, tidak heran jika pada tahun 2022 Kabupaten Badung memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai Rp. 3.705.745.447 terbesar di Provinsi Bali dan terus meningkat ditahun berikutnya (BPS, 2023b). Â
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempermudah suatu negara melakukan kegiatan pembangunan yang lebih luas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan bertujuan untuk meciptakan jumlah dan jenis kesempatan kerja, dengan demikian memberikan dampak peningkatan pendapatan per kapita penduduk (Pratiwi et al., 2023).Â
Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan landasan ekonomi daerah yang mempeluas Untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi, maka suatu daerah  harus mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis dan non basis di wilayah tersebut (Katiandagho et al., 2017).Â
Menurut penelitian Nasution (2020) bahwa Pandemi Covid 19 menyebabkan penurunan investasi di Indonesia yang akhirnya pertumbuhan pasar ke arah negatif. Sektor pariwisata menjadi potensi terbesar di Provinsi Bali dan terkena dampak pandemi Covid-19.Â
Oleh karena itu, sektor pariwisata mengalami penurunan yang signifikan hingga sepenuhnya berhenti. Penerapan peraturan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) menyebabkan jumlah turis asing/mancanegara yang menuju ke Bali menurun sangat drastis.
Gambar tersebut menunjukkan perbandingan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Bali dua tahun sebelum dan sesudah pandemi Covid 19, serta jumlah wisman yang datang setelah pelonggaran PSBB membantu mendorong pemulihan ekonomi.Â
Pada tahun 2018-2019 sebelum pandemi rata-rata kunjungan wisman di Bali mencapai 6 juta lebih setiap tahunnya. Namun saat adanya pandemi Covid 19, kunjungan wisman menurun drastis, dimana tahun 2020 hanya 1 juta pengunjung bahkan hanya 50 orang pada tahun 2021.Â
Rata-rata tahunan jumlah wisman di tahun 2022 juga masih terlihat penurunannya dibandingkan dengan 2 tahun sebelum Covid-19. Dengan menurunnya kunjungan wisman ke Bali menyebabkan sektor pariwisata Provinsi Bali terkena imbasnya, sehingga kegiatan ekonomi mengalami penurunan yang berdampak juga pada perusahaan barang dan jasa atau industri yang memproduksi barang dan jasa pelengkap pariwisata (Pratiwi et al., 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H