Mohon tunggu...
selichaplin
selichaplin Mohon Tunggu... Freelancer - panjang umur perjuangan

belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Anies Lepas Tangan, Ganjar Turun Tangan

20 Februari 2022   16:22 Diperbarui: 20 Februari 2022   16:23 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tenggelam. Itulah kiranya kata yang pas untuk menggambarkan Gubernur DKI Jakarta tatkala muncul masalah perihal kinerjanya. Yup. Soal putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang mengharuskannya Anies Baswedan melanjutkan pengerukan Kali Mampang.

Tenggelam di mana? Tenggelamn di balik hajat G20 dan lapangan JIS (Jakarta International Stadium). Anies sibuk menenggelamkan diri di lapangan bersama pimpinan provinsi sebelah. Sibuk membuat gimmick, ketika tujuh warganya memenangkan gugatan terhadapnya terkait program pencegahan banjir.

Masa yang begini masih ada yang menginginkannya jadi presiden? Berat dunia persilatan.

Biarlah saya dibilang sentimen dengan Anies. Faktanya, Anies tak pernah pasang badan ketika muncul masalah yang berkaitan dengan programnya. Dia langsung hilang ditelan bumi. Dia akan muncul paling pertama kalau perkara pamer. Walah.

Berita klarifikasi yang muncul bahkan berasal dari keterangan tertulis pada 18 Februari, atas nama Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Dudi Gardesi. Itu pun dengan klaim bahwa pengerukan sudah dilakukan sejak 2021.

Ya kalau memang sudah, seharusnya tidak ada warga terdampak yang muncul untuk menggugat dong, Bro. Begitu bukan? Atau logika saya yang keliru? Atau bagaimana, sih?

Tahun lalu, Anies boleh saja tampil ikut banjir-banjiran supaya kelihatan kerja dan peduli. Tapi tidak dengan tahun ini. Sekali saja Anies muncul itu pun dengan statemen yang menurut saya, kok bisa begitu ya.

Anies menyalahkan hujan dengan intensitas ekstrem yang kemudian menyebabkan banjir. Anies dengan retorikanya membeberkan berapa kubik curah hujan di daerah-daerah yang banjir itu.

Duh. Warga sudah lelah untuk ngungsi dari banjir Bung. Seharusnya dia mengaku saja kalau tidak punya solusi konkret untuk pengendalian banjir.

Jangan-jangan, seribuan kata-kata dari bibirnya yang tipis itu jika dijadikan tanggul, tingginya sudah menyamai Monas. Maka Jakarta akan aman dari banjir dan berubah menjadi sebuah provinsi berlabirin. Hehehe.

Saya kesal karena tiap kali membaca berita soal minimnya realisasi janji kampanye dari Anies, pasti di belahan dunia lain Anies sedang berhaha-hihi. Dia jelas lari dari tanggung jawab dan meminta anak buahnya yang segera mengatasi. Ini baru levelnya Gubernur lho.

Sikap Anies sangat berbeda dengan Ganjar Pranowo. Tak jarang, pria berambut putih itu nekat pasang badan dan menyebut masalah yang muncul di daerahnya adalah kesalahannya. Padahal, Ganjar bisa saja seperti Anies. Tapi dia sadar diri bahwa yang diembannya adalah amanat dari rakyat. Bukan semata-mata mengerjakan tugas.

Urusan tanggung jawab, Ganjar banyak track recordnya. Pertama adalah saat Ganjar menyebut banjir dan rob yang terjadi di beberapa daerah di Jateng adalah kesalahannya. Salahe gubernur, kata dia. Itu pun nggak asal mengaku salah. Dia lantas gerilya dan berupaya memberikan solusi, bantuan.

Di sisi lain, banjir yang terjadi di daerah itu kan ya mestinya ditanyakan pertanggungjawabannya pada si kepala daerah. Apalagi di Jateng, daerahnya itu memilih sendiri siapa pimpinannya. Nggak seperti di Jakarta yang wali kotanya ditunjuk langsung oleh gubernurnya.

Sikapnya ini juga ditunjukkan dalam persoalan Wadas. Ganjar bukan seseorang yang tepat disalahkan dalam persoalan Wadas ini. Kenapa? Karena dia hanya pengampu wilayah.

Sementara yang punya hajat adalah pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR. BBWS penanggungjawabnya. Lalu ketika pecah suasana, BPN lah yang sedang berkepentingan. Mereka lebih pas ditunjuk hidungnya atas kejadian di Wadas.

Tapi Ganjar tidak lari, Ganjar tidak menutup mata. Dia tetap datang mesti dengan kondisi lengannya yang sakit. Itu dilakukan tidak hanya sekali. Dua kali. Bahkan yang kedua dia datang tanpa kawalan polisi. Ini gubernur lho, rek. Dan yang didatangi pun bukan warga Wadas yang setuju atas penambangan batu andesit.

Ganjar menemui mereka yang kontra. Mereka yang menolak keras penambangan. Mereka yang konon, membuat upaya-upaya persuasi Ganjar juga terganjal sejak awal diputuskan Desa Wadas sebagai sumber dari material pembangunan Bendungan Bener.

Semoga saja Ganjar Pranowo istiqomah dengan sikapnya ini. Seperti Gus Muwafiq katakan ketika sedang menafsirkan nama Ganjar. Semoga usai kesulitan yang begitu berat ini dilalui, ganjarannya pun setimpal. Lemah teles pak Ganjar..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun