Ini sudah benar, saya mengagumi pak Ganjar tanpa tanda tanya. Lihat betapa kuatnya beliau tegak berdiri di tengah terpaan badai yang luarbiasa kencangnya. Sementara saya, melihat dan merasakannya pun ingin menangis. Membayangkan betapa lelahnya menjadi Ganjar, terus diterpa badai yang membencinya.
Pak Ganjar, saya langsung khawatir ketika melihat nama jenengan konsisten merangsek naik dari sepuluh, lima, bahkan tiga besar Calon Presiden yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga survei. Kenapa? Karena pak Ganjar pasti jadi sasaran politik yang empuk.
Lalu kekhawatiran saya terbukti satu persatu. Bahkan serangan pertamanya muncul dari 'rumah' yang ditinggali pak Ganjar. PDIP lah yang meluncurkan serangan pertamanya. Lalu muncul serangan-serangan omong kosong lainnya.
Pertama dari PNPK yang tetiba, mak bedunduk laporan ke KPK soal E-KTP. Lalu dengan Papua yang dikompori oleh Natalius Pigai. Soal pengembalian bantuan yang dilakukan oleh si Fajar. Kemudin dari PDIP yang terus berupaya mengucilkan Ganjar. Sekarang Wadas.
Semua itu ditimpakan pada Ganjar, yang memang nihil kesalahan. Ganjar kelewat lempeng. tegak lurus teguh pada prinsipnya. Menurut saya, satu-satunya faktor salah yang membuat Ganjar dibeginikan, adalah posisinya yang saat ini bertengger di tiga besar kandidat Capres terkuat.
Sekarang ini, tetiba saja semua orang punya stok minyak melimpah untuk terus menggoreng. Apa saja bahan yang ada, goreng. Sampai jadi keripik. Itu pun sudah gosong. Heran.
Kenapa saya bilang begitu? Karena dari penelusuran saya, semua serangan yang ditujukan pada Ganjar itu tidak kuat dasarnya. Bahkan beberapa adalah omong kosong. Dibuat seperti ingin melempar kotoran pada Ganjar.
Sebutlah dari PDIP, yang dimulai oleh Putri Mahkota, Puan Maharani. Dia menyebut Ganjar sebagai kepala daerah yang terlalu aktif main sosial media. Padahal, dia sendiri saat itu malah sedang gencar mengaktifkan sosmednya.
Lalu soal pelaporan E-KTP di KPK. Pelapornya dari Poros Nasional Pemberantasan Korupsi atau PNPK. Tapi saat melapor, mereka tidak membawa bukti baru. Dokumen pun tidak ada. Aneh kan? hehehe
Sekarang yang sedang ramai, sedang panas, adalah peristiwa pada 8 Februari di Desa Wadas. Perkara ini benar-benar membuat hati saya tersiksa melihat pak Ganjar yang diserang sana-sini. Padahal, proyek itu bukan gagasan Ganjar. Bukan dari Pemprov.
Proyek itu adalah Proyek Strategis Nasional. Artinya yang punya hajat ya pemerintah pusat, di bawah kendali Kementerian PUPR. Wadas itu di Kecamatan Bener, Purworejo. Kabupaten itu punya Bupati. Nah Ini orang-orangnya hilang ke mana?
Sembunyi di mana mereka kok hanya Ganjar yang diserang? Bahkan ketika aparat penegak hukum bertindak represif, itu juga salah Ganjar. Mungkin ketika Pluto sudah tidak lagi disebut planet dalam tata surya kita, itu juga salah Ganjar. Walah.
Semakin tinggi pohon, makin kencang pula angin meniupnya. Hanya dengan akar kuat, yang sanggup menopangnya. Ini adalah cobaan bagi jalan mulus Ganjar yang mudah mencapai titik tiga besar kandidiat kuat Capres. Mungkin pak Ganjar sudah menyadarinya.
Inilah ujian terbesar buat pak ganjar. Kalau sanggung lewat maka insyaallah tidak akan ada yang tak bisa dilewati, dan seperti ngendikane Gus Yahya yang percaya pak ganjar akan sanggup menyelesaikan persoalan wadas, saya pun percaya pak ganjar mampu menyelesaikan setiap persoalan yang diujikan kepadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H