Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengenal Internalized Misogyny dan Cara Menyikapinya

5 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 5 Desember 2021   21:32 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ani dan Sita merupakan mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ani adalah tipe mahasiswi yang suka berdandan dan memperhatikan penampilan, misalnya suka memakai baju dengan warna senada. Sementara Sita adalah mahasiswi yang tidak suka berdandan dan memakai baju lebih santai.

Suatu hari Sita berkata pada Ani, “Ani, kamu kok ke kampus selalu dandan dan bajunya selalu rapi. Kalau aku sih sukanya yang alami dan apa adanya. Kamu tidak percaya diri tampil apa adanya ya?”

Perkataan yang dilontarkan Sita merupakan salah satu contoh dari sifat internalized misogyny. Sita langsung memberi label Ani tidak percaya diri, hanya karena ia suka berdandan rapi saat ke kampus. Padahal, sebenarnya, mau berdandan atau tidak, itu bukanlah masalah besar. Dengan berdandan juga bukan berarti seseorang tidak percaya diri. Bisa jadi karena memang sudah terbiasa, suka melakukannya dan dengan tampil rapi juga salah satu cara menghargai diri sendiri.

Pengertian Internalized Misogyny

Internalized misogyny adalah perilaku yang sering terjadi pada perempuan. Perilaku ini terbentuk ketika seorang perempuan ingin tampil berbeda dari perempuan lain, ingin terlihat lebih keren, lebih spesial dan lebih segalanya. Sayangnya hal itu dilakukan dengan cara merendahkan perempuan lain.

Sifat seperti ini sering kita jumpai dalam keseharian. Hati-hati, barangkali secara tidak sadar kita pernah berada di situasi seperti ini! Sebagai seorang perempuan, harusnya bisa saling menguatkan perempuan lainnya, bukannya malah merendahkan atau membuatnya jadi tidak percaya diri.

Kenapa Internalized Misogyny Tidak Baik?

Ilustrasi korban internalized misogyny bisa menjadi stress | Sumber : Pizabay
Ilustrasi korban internalized misogyny bisa menjadi stress | Sumber : Pizabay

Ketika seseorang ingin meninggikan dirinya dengan cara merendahkan orang lain, percayalah hal ini hanya akan memberikan dampak yang buruk bagi sekitar. Seseorang yang direndahkan bisa kehilangan kepercayaan diri atau mengalami stress. Sementara sang pelaku lambat laun bisa dipastikan mengalami gangguan kesehatan mental.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Dawn M. Szymanski, Arpana Gupta, Erika R.Carr & Destin Stewart, menyatakan bahwa internalized misogyny berhubungan dengan seksisme dan gangguan psikologis wanita.

Seksisme biasa dikenal dengan pembagian gender yang kaku. Misal laki-laki cocok untuk menjadi pemimpin karena berpikiran rasional, dan perempuan tidak cocok menjadi pemimpin karena selalu mendahulukan emosi daripada logika. Laki-laki harus tampil tegas perkasa, perempuan harus lemah lembut.

Melalui pandangan yang seperti itu, tanpa disadari orang-orang mempersepsikan bahwa perempuan tidak pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal laki-laki atau perempuan, dua-duanya tetap bisa  menjadi pemimpin.

Seseorang dengan mindset internalized misogyny sering mengucapkan kata-kata yang seksisme, dan lebih sering dilontarkan kepada sesama perempuan. Misal perempuan yang kekar dan suka olah raga bela diri, akan dikatakan menyalahi kodrat sebagai perempuan. Tentu sikap ini sangatlah buruk, merugikan serta tidak baik untuk kondisi psikologis orang lain maupun dirinya sendiri.

Apakah Penyebab Internalized Misogyny?

Ilustrasi gadis kecil | Sumber Pixabay
Ilustrasi gadis kecil | Sumber Pixabay

Ada banyak sebab seseorang bisa menjadi internalized misogyny, antara lain:

1. Pengalaman buruk di masa kecil

Karakter seseorang terbentuk sejak masih kanak-kanak. Bila saat itu banyak mendapatkan pengalaman buruk, maka akan menimbulkan trauma dan kebencian pada satu hal.

2. Pola pikir yang keliru

Ketika seorang perempuan mulai merendahkan perempuan lain, misalnya dengan mengatakan “Ih, perempuan kok memilih melahirkan sesar, perempuan sejati itu yang melahirkan normal.”

Bisa jadi hal ini didasari oleh pola pikir yang keliru. Apabila seseorang dengan sifat ini tidak diingatkan, ia akan merasa bahwa perkataan yang dilontarkannya kepada perempuan lain benar adanya. Padahal, mau sesar atau normal, dua-duanya tidak masalah dan pasti sudah didasari alasan medis demi kebaikan semuanya.

Supaya memiliki pola pikir yang baik, harus banyak membaca, belajar hal baru dan memperluas wawasan.

Ciri-ciri dari Internalized Misogyny

Ilustrasi ciri dari internalized misogyny | Sumber : Pixabay 
Ilustrasi ciri dari internalized misogyny | Sumber : Pixabay 

1. Ketika seorang perempuan sering mengatakan “Apa cuman aku yang ..."

Pasti kalimat seperti itu, sudah tidak asing lagi di telinga kalian kan? Seringkali sesama perempuan mengatakan hal tersebut kepada perempuan lain, agar dirinya terlihat berbeda dan tidak sama dengan perempuan pada umumnya. Padahal, kenyataannya, dengan berbicara seperti itu, hal ini tidak akan membuat dirinya menjadi lebih keren dan spesial.

2. Percaya pada standar dan stereotif dalam masyarakat

Ada stereotif dalam masyarakat bahwa istri yang baik adalah istri yang pintar memasak, rumah selalu rapi bersih, anak-anak terawatt, sehat tidak pernah sakit dan lain-lain. Nah dengan adanya stereotif ini, misal ada istri yang tidak pintar masak, maka dia tidak keren dan bukan istri yang baik.

Padahal yang namanya stereotif pasti belum tentu benar, bukan? Dan dengan perubahan jaman, standar dan stereotif juga pasti akan berubah.

3. Fenomena "cool girl"

Seperti yang digambarkan oleh Amy, tokoh protagonis dalam film Gone Girl, cool girl atau 'perempuan keren' adalah mereka yang tetap tersenyum walau dikecewakan, tidak pernah marah, mereka hanya diam dengan sikap kecewa dan penuh kasih serta membiarkan laki-laki mereka atau orang yang mereka sayangi melakukan apa pun yang diinginkan. 

Fenomena ini tentu tidak sehat. Jika kita mendapati diri kita mulai bersikap demikian atau mengabaikan apa yang sebenarnya ingin kita lakukan, mungkin kita sudah terjangkit fenomena cool girl.

Cara Mengatasi Sifat Internalized Misogyny

Ilustrasi saling mendukung dan menghargai | Sumber : iStockphoto
Ilustrasi saling mendukung dan menghargai | Sumber : iStockphoto

1. Melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang

Untuk menghindari sifat internalized misogyny, kita harus memulainya dengan membuka pikiran kita. Ketika kita melihat teman kita yang selalu berdandan saat datang ke kampus, jangan langsung memberi label bahwa dia genit atau tidak percaya diri. Bisa jadi dia memang suka make up, karena bisa meningkatkan mood dan semangatnya untuk menjalankan aktivitas perkuliahan.

2. Menghargai keputusan orang lain selama tidak bertentangan dengan hukum dan etika

Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengikuti pola pikir kita. Bagaimanapun kita harus menghargai keputusan orang lain yang berbeda dengan kita, selama keputusan itu tidak melanggar hukum dan etika dalam kehidupan.

Ketika teman perempuan kita memilih keputusan yang berbeda dengan saran yang kita berikan, cobalah untuk menghargai keputusannya. Jangan malah menganggap dia terlalu bodoh dan lebih rendah.

3. Menjadi berbeda dengan merendahkan orang lain tidak membuat kita lebih baik dan spesial

Harus diingat! Ketika kita merendahkan orang lain dan merasa bahwa diri kita berbeda, tidak akan membuat kita spesial. Justru ketika kita merendahkan orang lain, kita juga sedang merendahkan diri sendiri.

4. Memperluas wawasan dan banyak belajar hal lain

Ayo perluas wawasan dengan banyak membaca dan belajar hal-hal baru. Dengan memperluas wawasan, pikiran kita akan lebih terbuka dan lebih bisa menerima perbedaan, tanpa merasa lebih baik atau lebih buruk. 

5. Instropeksi diri

Bila tak sengaja bersikap internalized misogyny, segera instropeksi diri. Lakukan refleksi bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Berpikir positif dan jujur mengakui bahwa kita juga punya kekurangan, akan membuat kita berpikir bahwa kita tidak harus selalu lebih baik dari orang lain.

*****

Begitulah pengertian internalized misogyny dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat. Jangan sampai kita sebagai sesama perempuan malah merendahkan perempuan lain, ya! Ingat, perempuan itu harus saling membantu dan menguatkan!

Salam sehat penuh cinta :p

Jakarta, 5 Desember 2021

Seliara

Artikel ke-138

Referensi

satu, dua, tiga

Note :

Bila ingin membaca artikel kesehatan mental lainnya, silakan klik "Seliara kesehatan mental". Terima kasih, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun