Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Arubaito Uber Eats, Cara Asyik Mengisi Liburan Kuliah di Jepang

9 Agustus 2021   08:24 Diperbarui: 9 Agustus 2021   08:39 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ryo Miyake tengah mengantar pesanan dengan sepedanya, Senin (11/5/2020) | [AFP/Philip Fong] via suara.com

Kemarin anak bungsu saya menelepon, mengabarkan bahwa ujian telah selesai dan liburan musim panas pun dimulai. Kuliah berikutnya akan masuk sekitar awal Oktober, total dia akan menghabiskan masa liburan hampir dua bulan. Apa yang akan dilakukan selama liburan di masa pandemi di sana?

Biasanya untuk mengisi liburan, PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) akan mengadakan berbagai kegiatan bersama, namun untuk tahun ini belum tahu, mengingat masih pandemi dan kasus positif Covid-19 saat ini termasuk tertinggi di Jepang.  

Anak saya terakhir pulang ke Jakarta bulan Februari 2020, saat itu pandemi Covid-19 belum ada di Indonesia. Awal Maret, ketika pemerintah mengumumkan ada penderita terkonfirmasi positif Covid-19 untuk pertama kalinya, dia mempercepat rencana keberangkatannya ke Jepang, mengingat tiket pesawat Asiana yang saya pesankan untuknya tidak bisa mendarat di Sendai, kota tempat si bungsu mengambil kuliah S1-nya. Saat itu Jepang melakukan lockdown pesawat dari Korea.

Akhirnya anak saya ganti menggunakan pesawat Garuda dan semua temannya yang masih liburan di Indonesia mempercepat keberangkatannya pada hari yang sama.

Sedih, tapi pasti selalu ada hikmah yang tersembunyi dari setiap peristiwa yang kita lalui.

Saya lalu menanyakan apa rencananya untuk mengisi liburan kali ini?

Anak saya mengatakan ia akan tetap mengikuti internlab di kampus dan arubaito atau kerja paruh waktu dengan menjadi pengantar makanan di Uber Eats!

Fenomena Uber Eats di Jepang

Uber Eats di Jepang | [Kai Fuji/Nikkei] via japanesestation.com
Uber Eats di Jepang | [Kai Fuji/Nikkei] via japanesestation.com

Melansir dari mainichi.jp, pemandangan orang-orang yang mengendarai sepeda atau motor sembari membawa sebuah tas thermal di punggungnya merupakan hal yang biasa di Jepang. Ya, mereka adalah orang-orang yang bekerja sebagai pengantar makanan bagi operator jasa pengantaran makanan seperti Uber Eats. 

Biasanya, anak muda yang mendominasi pekerjaan ini karena tentu fisik mereka lebih kuat untuk menempuh perjalanan saat mengantar makanan. Namun, pandemi Covid-19 yang tengah menyerang Jepang rupanya membuat beberapa penduduk berusia 50 tahunan terjun ke dalam pekerjaan ini.

Ada seorang pria yang sudah bekerja selama 20 tahun di hotel, namun karena pandemi, hotel tempat ia bekerja mengalami penurunan tamu dan tentu saja hal itu membuat penghasilannya menurun drastis. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang pengantar makanan yang nampaknya menjadi pekerjaan dengan risiko penularan rendah dan dapat menambah penghasilannya.

Awalnya, pria ini memesan tas besar dengan fungsi thermal (tahan panas/dingin) dan memiliki logo Uber Eats sebelum memulai pekerjaan barunya. Prosesnya cukup mudah dan tak memerlukan interview. Sistemnya akan langsung bekerja setelah seseorang memberikan identifikasi pribadi dan menyetujui peraturan yang berlaku. Setelah itu, mereka bisa langsung mendapatkan pesanan. 

Para driver Uber Eats ini dapat melihat pesanan mereka dari aplikasi smartphone. Mereka juga dapat menentukan apakah mereka bisa mengambil pesanan tersebut atau tidak.

Selain pria tersebut, ada juga seorang supir taksi yang juga menjadi pengantar makanan setelah perusahan tempatnya bekerja tutup sementara karena virus corona.  Akhirnya, ia pun memulai karirnya sebagai pengantar makanan Uber Eats dengan menggunakan sepeda milik putranya.

Bekerja di bidang ini tentu tidak stabil dan menjamin para driver mendapat pekerjaan permanen. Namun, pegawai hotel di atas mengatakan bahwa ia bahagia.

Ia mengatakan bahwa pekerjaan itu menolong keuangan keluarganya dan ia akan merasa sedih jika tak bisa melakukan apa-apa. 

Menurutnya, pekerjaan sebagai driver Uber Eats sangat menguntungkan karena tak terikat dengan organisasi dan ia dapat bertukar informasi dengan driver lain tanpa batasan umur. 

Tentu ada tantangan di setiap pekerjaan, begitu pun dengan pengantar makanan Uber Eats. Misalnya saja, saat menerima pesanan di wilayah pinggiran kota. 

Tidak seperti Tokyo, saat menerima pesanan di area pinggiran kota, para driver harus kembali ke pusat kota di mana restoran biasanya berada. Artinya, perjalanan sangat jauh, apalagi jika mereka menggunakan sepeda.

Tak hanya itu, meski berbeda tergantung area, upah dasar Uber Eats hanya beberapa ratus yen per order, dan ada upah tambahan berdasarkan cuaca dan waktu. Namun, jumlah upah tambahan tersebut ditentukan oleh Uber.

Uber juga memperbolehkan para pekerjanya mengambil pesanan kapanpun mereka memiliki waktu luang, namun, harga unitnya sangat rendah, membuat para driver harus mengambil banyak pesanan. Para driver pun harus bekerja tanpa libur jika ingin mendapat banyak pesanan. Tentunya, ini akan menimbulkan masalah bagi mereka yang berusia paruh baya dengan fisik tak sekuat anak muda.

Atlet anggar Jepang juga mengisi waktu menunggu Olimpiade Tokyo dengan menjadi driver Uber Eats

Ryo Miyake tengah mengantar pesanan dengan sepedanya, Senin (11/5/2020) | [AFP/Philip Fong] via suara.com
Ryo Miyake tengah mengantar pesanan dengan sepedanya, Senin (11/5/2020) | [AFP/Philip Fong] via suara.com

Melansir dari suara.com, seorang atlet anggar di Jepang, Ryo Miyake, mengisi waktu penundaan Olimpiade 2020 Tokyo dengan 'banting setir' menjadi pengantar makanan atau kurir Uber Eats.

Hal itu dilakukannya untuk menjaga kebugaran dan menghasilkan uang tambahan selama lockdown akibat virus corona.

Karena tidak ada akses ke gym sebab Jepang sedang memberlakukan lockdown akibat virus corona, Ryo Miyake mengatakan ia mencari cara untuk menjaga kebugaran sekaligus menghasilkan uang dalam waktu yang sama.

Menjadi driver Uber Eats menggunakan sepedanya sesuai dengan tuntutan itu, dan Ryo Miyake mengatakan ia menikmati fleksibelitas yang disediakan oleh aplikasi serta bisa sampai berkeringat ketika menjalankan pekerjaannya.

Pemandangan indah yang ditemui saat menjadi kurir Uber Eats 

Sebuah danau indah yang dilewati saat mengantar makanan | Dokpri 
Sebuah danau indah yang dilewati saat mengantar makanan | Dokpri 

Ini adalah sebuah kisah yang mengawali anak saya akhirnya bergabung di Uber Eats.

Setahun yang lalu, karena pandemi maka semua kegiatan perkuliahan dilakukan secara online. Kebetulan saat itu anak saya sudah pindah dari dormitory yang disediakan oleh kampus dan pindah ke apatonya sendiri.

Otomatis hampir seharian dia hanya di rumah saya, keluar hanya untuk membeli bahan makanan. Bahkan sebagian bahan makanan pun dia biasa beli secara online, misalnya membeli beras dia lebih suka melalui amazon.

Terlalu lama tinggal di rumah sendirian, membuat dia seperti mengalami cabin fever syndrome, akhirnya dia memutuskan bergabung dengan Uber Eats agar bisa sekalian berolahraga dan berkeliling kota dengan tujuan yang jelas, tentu dngan tetap menjaga protokol kesehatan untuk menjaga dari tertular virus Covid-19. 

Dan ternyata kegiatan itu membantu memperbaiki mood-nya. Kegiatan Uber Eats hanya dilakukan saat akhir pekan ketika tidak ada kegiatan perkuliahan.

Dan kebetulan syarat untuk bergabung di Uber Eats tidak susah, tidak diperlukan kemampuan bahasa Jepang yang tinggi. Pekerjaan ini cocok dilakukan dan sehat, sekalian berolahraga, bisa dengan naik sepeda. Dan sebagai mahasiswa asing, di sana sudah ada aturan resmi yang memperbolehkan bekerja paruh waktu.

Ini adalah beberapa foto pemandangan indah yang ditemui anak saya saat mengantar makanan ke customer. Hehe sempat-sempatnya dia moto ya. Mungkin karena saya sering berpesan untuk mendokumentasikan sesuatu yang indah yang ditemui saat perjalanan. Karena suatu saat, hati kita akan merasa senang saat melihatnya kembali. 

Pemandangan indah saat bunga sakura mekar | Dokpri
Pemandangan indah saat bunga sakura mekar | Dokpri

Suka duka arubaito Uber Eats

Ilustrasi Uber Eats di Jepang | [guidable.co] via japanesestation.com
Ilustrasi Uber Eats di Jepang | [guidable.co] via japanesestation.com

Semua pekerjaan pasti ada suka sukanya.

Menurut cerita anak saya, selama bekerja menjadi Uber Eats, hal yang kurang menyenangkan dialami saat dia harus mengantar makanan ke pinggir kota yang lumayan jauh. Jalannya menanjak dan ternyata customer memberikan titik yang tidak sesuai. Ditambah lagi saat itu kemampuan bahasa Jepang-nya masih sangat terbatas. Dan saat itu batere HP nya sudah mulai menipis, juga batere sepeda listriknya sudah mulai kosong. Hehe lengkap sudah penderitaannya. Sabar ya, Nak.

Selebihnya dia merasa senang-senang saja dan tanpa beban. Dia bisa menentukan kapan akan bekerja, kapan akan melakukan aktivitas lainnya. Kebetulan dia juga sudah mendapatkan beasiswa untuk living cost, jadi kegiatan Uber Eats berguna untuk menambah pengalaman, menambah tabungan, sarana berolah raga dan berkeliling mengenal pelosok kota Sendai.

Menjadi kurir Uber Eats juga termasuk pekerjaan yang cukup rendah resiko tertular virus Covid-19. Interaksi hanya terjadi saat mengambil makanan di rumah makan dan saat mengantar makanan ke tempat customer. Ada beberapa customer yang memilih meminta meletakkan makanan di depan rumah mereka. Tapi ada beberapa customer yang memilih menerima makanan yang diantarkan dan mengucapkan terima kasih.

Kata anak saya, customer yang memilih bertemu dengannya, biasanya akan memberikan rating yang lebih bagus dibanding customer yang meminta meletakkan makanan di depan pintu atau menitipkan pada security gedung. 

Penghasilan dari Uber Eats

Tangkapan layar ilustrasi pendapatan Uber Eats dalam sepekan | Dokpri
Tangkapan layar ilustrasi pendapatan Uber Eats dalam sepekan | Dokpri

Nah, berapa penghasilan arubaito Uber Eats?

Namanya juga kerja paruh waktu, tentu penghasilannya juga tidak tentu. Bila rajin mengambil pesanan, pasti akan lebih banyak dibandingkan bila tidak aktif mengambil pesanan.

Sebenarnya penghasilan dari Uber Eats atau dari apapun kerja sampingan itu besarnya relatif. Tentu semua sesuai dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan.

Kata anak saya saat ini sedang ada promo Uber Eats untuk para kurirnya. Setiap 25 trips akan dapat bonus 10.500 yen.

Kemarin anak saya mengirimkan foto penghasilannya di Uber Eats. Tentu saja ini tidak bisa dijadikan patokan. Kebetulan dia sedang libur dan mempunyai waktu cukup banyak untuk mengambil pesanan. Dan sepertinya promo 25 trips menjadi semangat baginya untuk memperoleh bonus 10.500 yen. Hehehe bonus memang selalu menyenangkan!

Kalau dilihat dari tabel di atas, dia memperoleh 25 trip dalam waktu 4 hari. Hari Sabtu kemarin katanya hujan, jadi dia memilih untuk tinggal di rumah.

Ini adalah salah satu kelebihan kerja paruh waktu di Uber Eats, bisa mengatur kapan mau bekerja atau tidak.

Saya selalu berpesan agar dia berhati-hati saat mengantar makanan, karena dia naik sepeda, jangan sampai berlebihan mengambil trips, hingga kelelahan. Saya juga selalu berpesan untuk tetap menjaga kesehatan.

Bagi saya, rezeki tak hanya berupa uang. Kesehatan, menjalani hidup dengan bahagia, bersyukur, teman-teman yang baik, keluarga yang saling menyayangi dan lain-lain adalah bagian dari rezeki yang harus kita syukuri.

Selain Uber Eats, masih banyak lagi jenis kerja paruh waktu lainnya yang bisa dilakukan sambil kuliah di Jepang. Saat itu dia pernah meminta ijin untuk pekerjaan mengangkat barang yang dilakukan tengah malam, katanya banyak orang Indonesia yang bekerja di sana juga, tapi saya tidak mengijinkan. Menurut saya jam kerjanya kurang sehat, barang-barang datang malam hari dan perlu segera diatur supaya saat pagi semua sudah siap.

Dia juga pernah melihat peluang bekerja menjadi kasir di kombini, pencuci piring di restoran, kerja di gerai Mc Donal, mengajar Bahasa Inggris dan lain-lain. Dengan keterbatasan kemampuan bahasa Jepang dan keleluasaan waktu, akhirnya dia memilih menjadi kurir Uber Eats.

Ya, masa kuliah memang tak hanya waktu untuk menuntut ilmu, namun saatnya belajar banyak hal tentang kehidupan.

Jakarta, 9 Agustus 2021

Seliara

Referensi

satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun