Sementara, hingga kini, terapi penyembuhan Covid-19 dengan plasma konvalesen masih dalam tahap uji klinis.
Melansir dari bbc.com, berdasarkan data PMI Kota Bandung per Jumat (30/7), antrian pasien yang membutuhkan plasma konvalesen mencapai 300 orang.
Angka itu sudah jauh berkurang dibanding awal Juli 2021 yang mencapai hingga 800 antrian.
Kepala Unit Transfusi Darah PMI Kota Bandung, Uke Muktimanah menyebutkan, panjangnya antrian disebabkan dua hal, yakni keterbatasan alat dan lonjakan kebutuhan
Melansir kompas.com, Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI)Sudirman Said mengatakan, permintaan plasma konvalesen meningkat 300 persen pada Juli 2021 sejak gelombang kedua virus corona terjadi di Indonesia.Â
Pada Juni 2021, permintaan harian berkisar 1.000 kantong. Pada Juli, meningkat hingga lebih dari 3.000 kantong.
"Data terakhir, permintaannya mencapai 4.006, sementara persediaan atau stoknya sejumlah 96. Yang belum terpenuhi itu boleh jadi karena tidak tersedia golongannya dan sebagainya," kata Sudirman Said, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/7/2021) pagi.Â
Merespons kebutuhan plasma konvalesen ini, PMI meningkatkan pelayanan plasma konvalesen dengan memudahkan syarat bagi donor.
Mengingat permintaan yang sangat banyak dengan stok yang sangat terbatas, mau tidak mau keluarga pasien harus melakukan berbagai usaha untuk mencari plasma konvalesen, misalnya mencari pendonor sendiri dari lingkaran keluarga dan pertemanan.Â
Apakah terapi plasma konvalesen itu?
Terapi plasma konvalesen merupakan salah satu terapi pilihan yang disebut bisa mengurangi tingkat keparahan infeksi Covid-19 serta mempercepat proses penyembuhan pasien.Â
Mekanisme terapi ini adalah dengan memasukkan plasma darah pasien yang sudah pernah terinfeksi virus SARS-CoV-2 kepada pasien yang masih terinfeksi. Plasma orang yang sudah sembuh dari virus corona mengandung antibodi yang bisa melawan virus tersebut.Â