Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ayam Panggang Gandu, Makanan Khas Saat Mudik ke Kampung Halaman

18 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 18 Mei 2021   20:00 3532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ayam panggang. (sumber: Ariyani Tedjo/shutterstock via kompas.com)

Setiap mudik lebaran, kami selalu mencicipi kuliner legendaris ini, ayam panggang Bu Setu Gandu. Selain lokasinya dekat dengan rumah kami, rasa ayam panggang ini memang unik dan hanya ditemukan di daerah asalnya, yaitu di Desa Gandu, Karangrejo, Magetan, Jawa Timur. 

Keunikan ayam panggang ini terletak pada cara mengolah dan menyajikannya. Menggunakan bahan baku ayam kampung  yang masih muda dan dimasak dengan cara tradisional, membuat rasa ayam ini sangat legit dan lezat. 

Lauk pelengkap berupa urapan sayur dan oblok tempe serta pelas, menambah cita rasa ayam panggang ini semakin nikmat saat disantap.

Sentra Ayam Panggang Gandu

Ilustrasi Sentra Ayam Panggang Gandu (sumber gambar tipikorinvestigasi.com)
Ilustrasi Sentra Ayam Panggang Gandu (sumber gambar tipikorinvestigasi.com)
Terletak di Gandu, Karangrejo, Magetan, Sentra Ayam Panggang Gandu ini berada di lokasi yang mudah terjangkau. Terletak di tepi jalur utama Maospati Ngawi, membuat siapapun mudah untuk mampir dan mencicipi kelezatan ayam panggang yang istimewa ini.

Di lokasi ini ada sekitar 8 penjual ayam panggang. Ada dua nama yang saya tahu, yaitu Bu Setu dan Bu Suryani. Lainnya saya kurang paham. Biasanya kakak mengajak makan ke ayam panggang Bu Setu. 

Berjualan dari rumah

Ilustrasi tempat makan lesehan (sumber gambar www.samkuliner.com)
Ilustrasi tempat makan lesehan (sumber gambar www.samkuliner.com)
Jangan bayangkan kita akan makan seperti layaknya di rumah makan, ada meja dan kursi. Ayam panggang ini dijual di rumah warga yang sekaligus merangkap sebagai tempat makannya.

Ruangan dalam rumah akan dikosongkan dari perabot, lalu digelar tikar di atas lantai. Nah, para pembeli akan duduk di tikar ini untuk menikmati ayam panggang beserta perlengkapannya.  

Biasanya kalau hari-hari biasa, pembeli tidak perlu menunggu lama untuk menikmati sajian ayam panggang ini. Tapi saat hari raya atau liburan, pembeli akan datang membludak dan biasanya menunggu agak lama.

Nah, sambil menunggu ini kita bisa melihat cara memasaknya, kita diperbolehkan untuk melihat arena dapur, melihat cara ayam itu diolah, dipanggang dan dibumbui. 

Cara memasak di dapur tanah liat dengan bahan bakar kayu

Ilustrasi cara membakar ayam dengan tungku tanah liat dan kayu bakar (sumber foto travelingyuk.com)
Ilustrasi cara membakar ayam dengan tungku tanah liat dan kayu bakar (sumber foto travelingyuk.com)
Menakjubkan, di jaman serba digital ini, Ayam Panggang Gandu masih mempertahankan cara memasak tradisional, yaitu menggunakan dapur dari bata dan tanah liat, memakai kayu sebagai bahan bakar dan wajan tanah liat sebagai alas untuk membakar ayam. 

Semua dilakukan dengan satu alasan, mempertahankan rasa, aroma dan kematangan. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakar juga pilihan, ada kayu yang nyala apinya kurang stabil, misalnya kayu randu, nah kayu jenis ini tidak dipakai sebagai bahan bakar memanggang ayam.

Wajan pun harus selalu dipantau. Karena sering terpapar suhu tinggi, maka wajan sering berlubang (bolong). Wajan yang berlubang ini harus segera diganti karena akan mempengaruhi kematangan ayam. 

Sementara itu, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah pinggiran kompor dan wajan harus tertutup rapat dengan tanah liat supaya diperoleh panas yang stabil.

Nah seperti inilah penampakan kompor tanah liat dengan bahan bakar kayu untuk memanggang ayam.   

Ilustrasi ayam dipanggang di atas wajan dari tanah liat (sumber gambar travelingyuk.com)
Ilustrasi ayam dipanggang di atas wajan dari tanah liat (sumber gambar travelingyuk.com)

Penampakan ayam panggang yang baru matang 

Ilustrasi ayam panggang yang baru matang (sumber gambar travelingyuk.com)
Ilustrasi ayam panggang yang baru matang (sumber gambar travelingyuk.com)
Nah, kalau ini adalah penampakan ayam yang baru matang. Bumbunya terlihat crispy matang sempurna. Oya, ada dua jenis bumbu ayam panggang, yaitu bumbu asin gurih dan bumbu rujak pedas. 

Bumbu asin gurih terdiri dari bawang dan bumbu lainnya. Sedangkan bumbu rujak, yaitu bumbu bawang dan cabe sehingga ada sensasi rasa gurih, asin dan pedas.

Saat ke sana, kami selalu memesan bumbu gurih dan bumbu rujak. Biasanya anak-anak kecil memilih bumbu bawang atau bumbu gurih, dan orang tua memilih bumbu rujak karena ada rasa pedasnya. Tapi jangan khawatir, bumbu gurih juga bisa dimakan menggunakan sambal dan urapan yang pedas. 

Sejarah Ayam Panggang Bu Setu

Ilustrasi ayam panggang disajikan lengkap dengan sambal dan aneka sayur: urap, pelas dan sayur oblok (sumber gambar www.samkuliner.com)
Ilustrasi ayam panggang disajikan lengkap dengan sambal dan aneka sayur: urap, pelas dan sayur oblok (sumber gambar www.samkuliner.com)
Menurut Yatini, putri Bu Setu, dulu ibunya berkeliling menjual ayam mentah. Bila ada yang tidak laku, maka ayam tersebut akan dimasak dan dijajakan keliling desa, sampai juga ke desa tetangga sekitar Gandu. 

Ternyata banyak pembeli yang suka. Bahkan ada beberapa yang datang ke rumah untuk memesannya. Akhirnya usaha itu berkembang hingga menjadi besar seperti sekarang.

Dari sebuah masakan desa yang bersahaja, dibuat dengan bahan-bahan berkualitas dan rasa cinta serta ketulusan, lahirlah kuliner yang lezat dan memanjakan lidah.

***

Betapa Indonesia kaya akan kuliner daerah dengan segala ciri khas dan kisahnya. Bersyukur tinggal di Indonesia yang kaya raga dengan ragam budaya serta kulinernya.

Semoga catatan sederhana ini bermanfaat. Hehehe ... setidaknya bermanfaat buat saya yang tahun ini tidak bisa pulang kampung. 

Maju terus kuliner Indonesia.

Seliara
Bintaro, 18 Mei 2021
Referensi: satu, dua, tiga, empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun