Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Sebuah Kisah tentang Persiapan Idul Fitri

7 Mei 2021   14:50 Diperbarui: 11 Mei 2021   04:00 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kampung halaman (dokpri)

Jadi saya bisa mengerti, bila setiap menjelang lebaran, pasar dan mall selalu ramai diserbu pengunjung. Karena saya pun pernah melakukan hal yang sama, dulu ... ketika anak-anak masih kecil. Membeli baju baru untuk lebaran seperti sebuah tradisi yang mesti dilakukan. Namun semua berbeda saat anak-anak sudah besar, baju baru bukan lagi menjadi suatu keharusan. 

Persiapan lebaran tahun ini

Ilustrasi Monas (sumber Kompas.com)
Ilustrasi Monas (sumber Kompas.com)
Biasanya bagi kaum perantauan di Jakarta, bila menjelang lebaran ada yang bertanya mudik atau tidak? Maka bagi yang tidak mudik, jawabnya adalah "Tidak mudik, mau jagain Monas saja."

Tahun ini kami juga akan melewatkan lebaran di ibukota, ikut menjaga Monas hehehe. Karena hanya di rumah saja, maka persiapan lebaran tahun ini terbilang santai.

Persiapan belanja sembako untuk berbagi sudah saya lakukan di awal bulan Ramadan. Kebetulan asisten rumah tangga kami tahun ini mudik lebih awal untuk menyiasati pelarangan mudik mendekati hari-H lebaran.

Jadi semua urusan yang cukup menguras tenaga saya selesaikan di awal saat si mbak masih ada di rumah. Persiapan lain seperti bersih-bersih rumah, mencuci gorden, sudah dilakukan saat si mbak masih di rumah.

Sebentar lagi saya akan menyiapkan baju yang nanti digunakan salat ied beserta perlengkapannya. Tahun ini kami sengaja tidak membeli baju baru. Kebetulan baju yang lama masih ada. 

Dulu saat anak-anak masih kecil, setiap lebaran adalah momen yang menyenangkan untuk membeli baju baru. Tapi setelah anak-anak besar, membeli baju baru saat lebaran sudah bukan lagi prioritas.

Masih tetap bisa bersilaturahmi dan berbagi

Ilustrasi keluarga melakukan video call (sumber Shutterstock via kumparan.com)
Ilustrasi keluarga melakukan video call (sumber Shutterstock via kumparan.com)
Meski hanya di rumah saja, bukan berarti tidak bisa bersilaturahmi dan berbagi. Masih bersyukur, pandemi menyerang saat teknologi sudah begitu maju, sehingga roda kehidupan masih bisa terus berjalan. 

Silaturahmi secara offline bisa digantikan dengan tatap muka dan bercerita secara daring. Tetap seru dan asyik, meski tidak bisa secara 100% menggantikan tatap muka secara langsung, tapi ini adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun