Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Inilah Doa Puasa yang Paling Diingat di Masa Kecil Dulu

28 April 2021   20:54 Diperbarui: 28 April 2021   21:32 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh MUHAMMED BAHCECK dari Pixabay

Bercerita mengenai doa, ada satu doa yang paling saya ingat ketika masih kecil. Doa itu tiba-tiba terekam di kepala tanpa saya berusaha mengingatnya, tahu-tahu sudah menempel begitu saja! Alah bisa karena biasa.

Saat itu setiap selesai salat tarawih, imam selalu melafalkan doa niat berpuasa untuk keesokan harinya, diikuti oleh para jamaah. Doa itu berbentuk sebuah lagu, sehingga terasa enak saat disenandungkan dan lama kelamaan bisa hafal dengan sendirinya.

Saya tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung Lawu. Menyenandungkan doa dalam sebuah lagu sepertinya sudah merupakan kebiasaan di tempat saya saat itu. Setelah doa dalam bahasa Arab, maka akan diikuti senandung doa dalam bahasa Jawa, sehingga doa itu akan makin meresap di hati.  

Doa niat puasa masa kecil  itu lafalnya seperti berikut ini :

"Nawaitu shouma ghodin 'an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta'aala"

Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan karena Allah Ta'ala."

Setelah besar saya baru mengerti bahwa "niat" memegang peran yang sangat penting. Bahkan semua amal akan dihisab tergantung niat yang menyertainya. Niat bisa diucapkan dalam hati atau dilafalkan secara lisan.

Seiring bertambahnya usia, saya mencoba mencari pengetahuan tentang pentingnya niat dalam setiap aspek kehidupan.

Menurut Hadis Arba'in nomer 1, dari Amirul Mu'minin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta'ala 'Anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu."

(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka yang merupakan kitab hadis paling shahih)

Hadis ini membahas tentang hal paling dasar dari setiap amal perbuatan, yaitu niat. Berikut makna yang terkandung didalamnya:

1. Kedudukan niat sangat penting

Setiap amal harus dilandasi niat yang benar dan ikhlas agar amal diterima. Seorang hamba melakukan suatu perbuatan dengan 3 hal, yaitu hati, lisan, dan anggota badan. Niat adalah salah satu dari tiga hal tersebut. Karena itu, tidak berlebihan jika Imam Ahmad dan Imam Syafii mengatakan bahwa hadis ini mencakup sepertiga ilmu.

Bahkan banyak ulama yang mengatakan bahwa hadis ini merupakan sepertiga bagian dari Islam. Perbuatan baik harus disertai niat baik supaya bisa tercatat sebagai amal salih.

2. Niat bisa mempengaruhi status hukum atau amal seseorang

Misalnya seseorang yang berpuasa hari Senin dan Kamis, bisa jadi itu adalah puasa Senin Kamis, puasa ayyamul bidh, puasa Daud atau puasa sunnah lainnya. Tergantung niat orang tersebut.

Dengan niat yang benar, suatu perbuatan yang tampaknya biasa akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala, seperti belajar, makan, tidur dan lain-lain, bila diniatkan ibadah kepada Allah, maka perbuatan tersebut akan bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.

3. Niat harus ikhlas

Supaya mendapat ridho Allah, maka niat harus ikhlas. Bila beramal hanya untuk mendapatkan pujian dan ketenaran, maka amalnya akan sia-sia. Demikian juga bila bekerja niatnya semata-mata hanya untuk mencari uang, maka hanya akan mendapatkan uang. Sebaiknya bekerja diniatkan karena ibadah, maka kelelahan dalam bekerja akan bernilai ibadah dan uang yang dihasilkan insyaa Allah akan berkah. 

Bahkan seseorang yang berniat melakukan amal kebaikan jika niatnya murni dan ikhlas karena Allah, saat amal itu meski belum dikerjakan atau terhalang dalam mengerjakan, dia sudah memperoleh pahalanya. Misalnya orang yang berniat salat malam lalu tertidur atau orang yang berniat salat jamaah lalu begitu sampai masjid, salat jamaah sudah selesai. Orang tersebut tetap mendapatkan pahala sebagaimana orang yang telah mengerjakannya.

4. Niat bisa diperbaharui

Yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan. Misal dalam melakukan suatu pekerjaan salah niatnya, di tengah dia sadar, maka dia bisa memperbarui niatnya itu. Misal seseorang belajar mencari ilmu dengan niat supaya dikenal sebagai orang yang  cerdas. Di tengah dia sadar, maka dia bisa memperbarui niatnya, belajar mencari ilmu dalam rangka ibadah kepada Allah dan ilmu yang diperoleh akan digunakan untuk kebaikan, maka orang tersebut akan mendapatkan apa yang dia niatkan yaitu keridhoan Allah.

Atas dasar tersebut, karena puasa termasuk ibadah, maka niat untuk mengerjakannya masuk ke dalam rukun puasa. Semoga niat puasa Ramadan kita tulus ikhlas sehingga mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT.

Salam semangat meraih kebaikan di bulan kemuliaan!

Seliara

Jakarta, 28 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun