Harta memang tak akan dibawa mati. Tapi harta yang disedekahkan, digunakan di jalan kebaikan dan menjadi amal jariyah, pahalanya tak akan terputus walau orang tersebut sudah meninggal dunia!
Tentu kita ingin harta (uang) yang kita punya bisa mendatangkan manfaat bagi kita, baik manfaat di dunia maupun di akhirat. Bagaimana supaya hal itu bisa terwujud?
Kita tahu harta bisa membuat bahagia dan sengsara, tergantung cara kita memperlakukannya. Bila ingin hidup tenang dan nyaman, mau tidak mau kita harus memiliki skill mengatur keuangan. Sebanyak apapun penghasilan, bila tak bisa mengaturnya, sangat mungkin akan berujung derita.
Sekarang kita memasuki Ramadan tahun ke-2 di tengah pandemi covid-19. Biasanya setiap Ramadan keuangan keluarga akan membengkak. Padahal kita sedang berpuasa dan makan dari 3 kali menjadi 2 kali saja, yaitu pada saat sahur dan berbuka puasa. Tapi mengapa keuangan malah bengkak dan nyaris jebol bila tak berhati-hati?
Bagaimana menyiasati supaya kejadian ini tak terulang pada Ramadan tahun ini?
Mari belajar mengatur keuangan di bulan Ramadan, supaya ibadah bisa berjalan dengan lancar, aman dan nyaman.
Berikut 5 tip mengatur keuangan saat Ramadan. Semoga bermanfaat.
1. Buat daftar prioritas sesuai kebutuhan
Setelah kita mengecek kondisi keuangan kita, membuat daftar prioritas adalah hal pertama yang harus dilakukan.
Daftar prioritas ini akan mencegah kita dari godaan belanja tak terduga. Daftar prioritas juga membantu kita memilah dan memilih mana yang termasuk kebutuhan atau keinginan.
Menurut pakar konsultan keuangan keluarga, sebenarnya uang kita cukup untuk membiayai kebutuhan hidup, tapi belum tentu cukup untuk membeli gaya hidup.Â
Prioritas keuangan saat Ramadan meliputi kebutuhan rutin bulanan, zakat, sedekah, memberi bingkisan atau tanda sayang buat orang tua dan keluarga, memberi THR, memberi bingkisan buat orang-orang sekitar, membeli kebutuhan lebaran dan lain-lain.Â
Untuk hal-hal yang bukan kebutuhan primer sebaiknya kita coret dulu, misal berlanggganan TV kabel, makan di restoran mahal, dan lain-lain.
Sekarang kita fokus pada hal-hal yang prioritas dulu.
2. Membeli bahan kebutuhan di awal sebelum harga naik.Â
Bila kita sudah membuat daftar prioritas, kita lihat apakah ada yang bisa kita lakukan sekarang?
Misal kita perlu membeli sembako untuk dibagi-bagi, atau membeli kebutuhan seperti sarung dan mukena untuk hadiah, kita bisa belanja di awal, saat harga-harga belum melonjak.
Berdasarkan pengalaman selama ini, saat Ramadan dan menjelang hari raya harga-harga akan naik, disebabkan oleh tingginya permintaan pasar. Kita bisa menyiasatinya dengan membeli di awal Ramadan ketika harga belum naik. Syukur bila kita bisa belanja sebelum Ramadan tiba.
Oya, biasanya pada bulan Ramadan akan banyak promo. Hati-hati dalam membeli barang promo, karena tertarik dengan harga yang ditawarkan, kita akan kalap membeli, padahal bisa jadi kita tidak membutuhkan barang tersebut. Akhirnya membeli barang promo bukannya untung, malah buntung!
Bila ingin membeli barang promo, lihat lagi daftar prioritas yang sudah dibuat. Bila barang promo itu masuk dalam daftar, silakan membeli sesuai kebutuhan. Seketat itukah? Iya, apalagi bila dana yang kita miliki terbatas dan banyak pos yang harus dipenuhi.
Saya biasanya akan membeli jika ada promo barang-barang kebutuhan pokok yang pasti akan dipakai, seperti deterjen, sabun mandi, minyak goreng, karbol, tissue dan buah-buahan favorit.
3. Sediakan makan secukupnya, jangan membuang-buang makanan
Tak bisa dipungkiri, ternyata pengeluaran justru membengkak pada bulan puasa karena para ibu rumah tangga ingin memberi hidangan istmewa buat keluarga yang sudah seharian berpuasa.
Tidak begitu salah, sih. Yang penting tetap hidangkan makanan secukupnya, jangan berlebihan hingga akhirnya terbuang sia-sia.
Menjaga asupan gizi saat puasa penting, supaya kita tetap sehat dan bugar selama menjalankan ibadah puasa.
Membuat daftar menu selama seminggu dan memasak sendiri, bisa jadi solusi. Jangan lupa untuk selalu mengecek isi kulkas untuk menghindari makanan, buah dan sayur yang busuk akibat lupa belum dimasak. Ini yang sering saya alami. Karena ingin menyetok bahan makanan, sering lupa kalau ternyata di kulkas masih ada sayur, buah atau frozen food yang belum digunakan.
4. Jangan mengambil dana darurat
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kita perlu menyisihkan dana darurat. Menurut para ahli keuangan, kita harus punya dana darurat paling tidak untuk tiga hingga enam bulan ke depan.
Sebenarnya tak hanya di masa pandemi saja kita harus memiliki dana darurat, tapi di saat pandemi, kebutuhan memiliki dana darurat menjadi lebih besar. Untuk itu kita harus lebih mengencangkan ikat pinggang.Â
5. Mencari sumber pendapatan baru
Jika sudah membuat daftar prioritas dan dihitung pengeluaran lebih besar dari pendapatan, maka mau tidak mau harus memangkas beberapa pos yang masih bisa ditunda atau mencari sumber pendapatan baru.
Momen bulan Ramadan ini bisa kita manfaatkan untuk berjualan menu berbuka puasa atau kebutuhan lebaran. Atau bisa juga berdagang barang-barang yang diperlukan saat pandemi, misal jualan hand sanitizer dan masker kekinian secara offline atau online.
Pasti ada cara untuk tetap bertahan tanpa harus mengorbankan tabungan atau dana darutat. Kita belum tahu kapan pandemi ini akan berhenti.Â
Demikian 5 tips keuangan saat Ramadan, semoga harta yang dititipkan Allah di tangan kita, menjadi jalan untuk meraih ridho dan keberkahan-Nya.
Semoga bermanfaat
Salam hangat
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Seliara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H