Petani kayu umumnya memiliki posisi yang kurang menguntungkan dalam tataniaga kayu. Hal ini disebabkan karena rendahnya kualitas kayu yang dimiliki serta kurangnya pengetahuan petani dalam mengakses informasi pasar kayu.
Bila hal ini dibiarkan, maka petani kayu akan susah untuk maju. Sementara permintaan pasar terhadap kayu berkualitas terus meningkat.
Sudah saatnya petani kayu diberikan bekal pengetahuan dan pelatihan.
Di sini peran Pelatihan Master TreeGrower (MTG) sangat dibutuhkan. Bagi petani kayu, pelatihan MTG adalah secercah harapan untuk masa depan yang lebih baik!
Apakah Master TreeGrower itu?Â
Master TreeGrower atau MTG adalah Pendekar Penanam Pohon, yaitu seseorang yang menjadi pejuang, pendekar yang dibekali dengan ilmu tentang cara mengelola dan merawat pohon sehingga menghasilkan kayu berkualitas dan mengerti kebutuhan pasar perkayuan. Â Ilmu dan keahlian yang dimiliki tak hanya bermanfaat untuk dirinya pribadi, tapi juga dibagikan kepada sesama petani lainnya. Sungguh mulia, bukan?Â
Tulisan ini berisi tentang Kegiatan Pelatihan MTG yang diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung pada tanggal 7 April 2021.Â
Meski dalam situasi pandemi, peserta tampak antusias mengikuti seminar dan pelatihan yang dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol covid 19, seperti tampak pada foto di bawah ini.
Master Tree Grower, didirikan oleh Rowan Reid, Dosen Senior dari Universitas Melbourne, yang juga berprofesi sebagai petani dan juga pendiri Otway Agroforestry Network, sudah berkecimpung dalam dunia pertanian selama hampir 20 tahun.
Rowan Reid mendalami pertanian melalui text book yang berjudul Agroforestry in Australia and New Zealand dan Agroforestry for Natural Resource Management.
Saat membaca buku itu, dirinya terinspirasi untuk membeli lahan pertanian. Tahun 1987 akhirnya keinginannya untuk mempunyai sebidang tanah terwujud, sebuah lahan yang kering, tandus dan tak ada satupun pohon kayu yang hidup di lahannya saat itu.
Rowan Reid mulai mengolah tanah tandus itu menjadi lahan pertanian yang penuh dengan pepohonan yang tumbuh dengan subur dan rindang.
Dari foto di bawah ini kita bisa melihat perbedaan lahan yang sama pada tahun 1987 dan 2011. Pada tahun 1987 lahan itu terlihat tandus dan gersang. Sementara pada tahun 2011 lahan itu terlihat hijau dan asri. Pohon-pohon tumbuh subur dengan hamparan rumput yang menghijau.
Di Bambra Agroforesty Farm juga ada bengkel kerja dan pelatihan. Berikut ini adalah foto kondisi bengkel kerja dan pelatihannya.
Para petani yang telah mengikuti pelatihan di Bambra Agroforesty Farm, selanjutnya dilatih menjadi mentor atau Penyuluh Kehutanan Swadaya Mandiri (PKSM) bagi petani lainnya. Dengan bergulirnya kegiatan itu ke kelompok tani, akhirnya para petani bisa sukses menanam pohon dengan kualitas tinggi sesuai permintaan pasar.
Tahun 2001 Rowan Reid mendapat penghargaan Australian Eureka Prize for Excellence in Envinromental Education atas usahanya memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada para  kelompok tani.
Pikiran para petani mulai terbuka, selama ini mereka hanya 'sekedar' menanam pohon, ternyata banyak nilai tambah bila pohon dirawat dengan tepat. Peserta juga diajarkan teori dan praktek mengukur pohon, tegakan dan mengelola Hutan Rakyat secara optimal.
Di akhir pelatihan, peserta ingin menanam pohon sengon, mendapat bibit unggul serta pendampingan. Harga sengon cukup baik dan waktu tanam relatif cepat.
Keberhasilan Pelatihan MTG tergantung kepada kegigihan dan semangat dari petani itu sendiri.
Pemerintah daerah diharapkan terus memfasilitasi petani agar potensi mereka bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dengan memberikan petani akses ke ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi pertanian.
Artikel ini ditulis berdasarkan :Â
a. Kegiatan penelitian Enhancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia  (2016 - 2021), dan
b. Kegiatan kerja sama Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research
#P3SEKPIÂ
#KementerianLHKÂ
#ACIARÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H