Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Arubaito, Satu Hal yang Layak Dicoba Saat Kuliah di Jepang!

25 Maret 2021   08:15 Diperbarui: 25 Maret 2021   08:22 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "arubaito (あるばいと)" menurut kamus Bahasa Jepang mempunyai arti pekerjaan paruh waktu. Arubaito berasal dari bahasa Jerman "arbeiten" yang artinya "bekerja". Di Jepang istilah ini diperuntukkan bagi pekerjaan sampingan atau kerja paruh waktu. Artinya seseorang yang mengambil arubaito atau biasa disingkat baito, tidak bermaksud menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan utamanya. Misal seorang itu rumah tangga atau seorang mahasiswa yang menjadikan baito sebagai kegiatan bermanfaat saat ada waktu luang.

Mencari lowongan sebagai pekerja paruh waktu di Jepang bisa dikatakan tidak terlalu susah. Banyak perusahaan atau instansi yang membuka kesempatan baito. Bahkan pemerintah Jepang juga menyarankan perusahaan di sana untuk membuka peluang baito. Awalnya baito hanya untuk warga negara Jepang serta mahasiswa asing yang kuliah di sana tanpa beasiswa. 

Sekarang mahasiswa dengan beasiswa juga diperbolehkan baito. Semua mahasiswa yang kuliah di Jepang, bila ingin bekerja paruh waktu secara legal, harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, antara lain : mempunyai kartu mahasiswa, mendaftar di imigrasi bandara saat pertama datang di Jepang dan maksimal bekerja selama 4 jam per hari.

Sistem kerja secara baito juga memberi keuntungan bagi perusahaan, yaitu efisiensi kinerja, tenaga dan waktu. Keuntungan perusahaan adalah selain sudah memiliki tenaga kerja tetap, dengan adanya arubaito berarti tidak perlu merekrut tenaga kerja tetap lagi, cukup menggaji pegawai baito dengan sistem honor per jam, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Sementara keuntungan baito bagi mahasiswa, yang pertama adalah mendapatkan penghasilan untuk menambah uang saku selama tinggal di Jepang. Biaya hidup di Jepang relatif tinggi, dengan melakukan baito, seorang mahasiswa bisa mempunyai tabungan untuk keperluannya. Yang kedua adalah menambah pengalaman, relasi, motivasi dan bisa juga sebagai sarana untuk memperlancar bahasa Jepang.

Semakin lancar dan bagus berbahasa Jepang, seorang mahasiswa asing akan lebih mudah mendapatkan kesempatan baito di Jepang dan memilih bidang pekerjaan yang diinginkan. Bisa juga berpeluang mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. 

Nah, kebetulan anak saya belum lancar berbahasa Jepang. Saat itu dia diterima di program internasional, dimana semua bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Jadi hanya sempat berbekal les privat bahasa Jepang sebulan menjelang keberangkatannya.

Beruntung di Jepang ada juga lowongan kerja paruh waktu yang tidak begitu membutuhkan kemampuan bahasa Jepang, salah satunya adalah uber eats. Sudah beberapa bulan ini anak saya menjadikan uber eats sebagai perkerjaan sampingannya selain kuliah.

Kegiatan baito sebagai uber eats juga berguna sebagai sarana olahraga dan keliling kota. Uber eats di Jepang banyak yang menggunakan transportasi sepeda, mungkin suatu hal yang tak biasa kita jumpai di Indonesia. Kebetulan anak saya mempunyai sepeda listrik, jadi bila capek menggayuh, dia tinggal menggunakan listriknya. 

Dan ini adalah salah satu manfaat baito di Jepang, si bungsu mengirimi saya gambar taman yang sangat indah, katanya dia menemukan taman ini saat mengantar makanan ke salah satu customer. Sebuah taman dengan danau, saya berkhayal keindahan taman itu akan bertambah lagi, saat pohon-pohon sakura di tepi danau bermekaran.

dokpri
dokpri
Demikian tulisan saya tentang baito di Jepang sesuai dengan yang saya ketahui dari pengalaman anak saya. Oya, sebelum menjalani baito sebagai uber eats, dia juga sudah pernah mencoba mendaftar berbagai lowongan, misal lowongan sebagai guru les atau kasir di konbini (convinience store). Tapi tidak diterima, mungkin karena bahasa Jepangnya belum bagus, atau memang belum rejekinya. Tapi dia tetap semangat, semoga bisa menjadi pemicu buat lebih giat lagi belajar bahasa Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun