Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Masa Kecil Memelihara Ulat Menjadi Kupu-kupu

14 Maret 2021   00:30 Diperbarui: 14 Maret 2021   00:45 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Desha dari Pixabay

Azzam berhasil mengambil ulat itu dan membawanya pulang. Akhirnya ulat kecil itu mempunyai area kekuasaan baru, pohon jeruk di pot rumah kami. Di pohon itu sudah ada satu kepompong yang beberapa hari lagi kuperkirakan akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.

Keesokan harinya, saat anak-anak hendak berangkat sekolah, seperti biasa kami melihat peliharaan kesayangan di pohon jeruk.

"Ulatnya mana ya, Ma?' tanya si adik.

"Mana ya? kita cari yuk!" jawabku sambil berusaha mencari ulat jeruk itu.

Maklum warna ulat itu hampir mirip dengan warna daun jeruk, hm Masya Allah cara ulat itu berkamuflase untuk melindungi diri dari si pemangsa.

"Hai lihat ini Dik, dia udah jadi kepompong!" kata kakak sambil menunjuk sebuah kepompong yang menggantung di bawah daun.

"Wah  pas banget kemarin kita menemukannya ya, Ma, " kata si kakak sambil memeriksa daun jeruk, ternyata tak ada yang dimakan.

"Baiklah, kita tunggu saja dia berubah menjadi kupu-kupu. Yuk berangkat sekolah dulu ya, Sayang ..."

Mungkin agak unik, mungkin tak biasa, tapi itulah salah satu kesukaan anak-anak, memelihara ulat dan mengamati perubahannya menjadi kepompong dan kupu-kupu. Kegiatan sederhana yang sangat menyenangkan.

Saat melihat ulat makan dengan rakus, dengan gigi-gigi kecil yang tajam dan tak berhenti makan berlembar-lembar daun jeruk. 

Saat ia mulai menggantungkan dirinya di bawah daun, dengan dua utas benang kecil namun kuat, berdiam beberapa hari saat menjadi kepompong. Saat berubah menjadi kupu-kupu dan melepaskannya terbang bebas, ada pendar bahagia yang tercipta saat mengamati semua fase itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun