Mohon tunggu...
Seli ramadhanti
Seli ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

philocalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Kosep Mutu Prespektif Philip Crosby

1 April 2024   17:45 Diperbarui: 1 April 2024   18:00 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan 'tanpa cacat' yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan.

Meskipun sulit, Philip B. Crosby telah berusaha menekankan bahwa mewujudkan "tanpa cacat" adalah sesuatu yang mungkin. Program Peningkatan Mutu Crosby adalah salah satu arahan atau bimbingan yang paling rinci dan berguna. Pendekatan Crosby dapat digunakan sebagai rencana kegiatan, tidak seperti pendekatan Deming, yang cenderung lebih sederhana. Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu arahan atau bimbingan yang paling rinci dan praktis. Crosby menguraikan pendapatnya bahwa kualitas yang tinggi akan dihasilkan oleh tindakan sistematis untuk mewujudkan kualitas.

Dalam Quality Is Free, Crosby mengemukakan bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Teori Zero Defects (Tanpa Cacat) yang dikemukakan Philip Crosby adalah ide yang melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang memastikan bahwa segala sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang tepat sejak pertama kali dan selamanya (make it right the first time) yang dijabarkan ke dalam 14 elemen proses perbaikan mutu.

  • Komitmen Manajemen (Management Commitment). Pastikan bahwa manajemen senior mengetahui bagaimana pencegahan kesalahan dapat memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. Susun kebijakan mutu yang menyatakan bahwa setiap individu harus sungguh-sungguh memenuhi persyaratan kerja yang diperlukan atau diubah menjadi apa yang kita dan pelanggan perlukan. Menyetujui bahwa perbaikan mutu merupakan cara yang praktis untuk meningkatkan keuntungan.
  • Tim Perbaikan Mutu (Quality Improvement Team). Tim ini terdiri dari 1 anggota dari setiap departemen dalam perusahaan. Seseorang dapat ditunjuk yang sepakat agar departemen mengambil  tindakan, terutama departemen pusat. Kegunaan tim ini untuk mengimplementasikan program mutu ke seluruh bagian perusahaan.
  • Pengukuran Mutu (Quality Measurement). Mengembangkan pengukuran mutu dalam semua bagian perusahaan. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan dan mengukur kemajuannya di waktu-waktu yang akan datang. Pengukuran tidak hanya dikembangkan untuk produk saja tetapi juga pada operasi di bidang jasa, kantor, dan juga untuk para penjual.
  • Evaluasi Biaya Mutu (Cost of Quality Evaluation). Biaya mutu harus didefinisikan. Akuntan harus memikul tanggung jawab atas pengukuran mutu karena hal ini menghilangkan suatu suspected  bias. Manajemen akan perlu untuk terlibat tetapi praktik akuntansi yang lalu berubah untuk mencerminkan biaya mutu yang sebenarnya.
  • Kesadaran Mutu (Quality Awareness). Dalam langkah ini, karyawan dibuat agar sadar akan program perbaikan mutu melalui penyelia mereka. Program ini bukan merupakan program motivasi tetapi lebih ditekankan pada usaha untuk menunjukkan kepada pekerja dengan akibat mutu yang rendah terhadap pelanggan, biaya, persaingan, dan pekerjaan mereka.
  • Tindakan Perbaikan (Corrective Action). Tindakan perbaikan ini harus diusulkan oleh para karyawan dan penyelia. Pertemuan mingguan diadakan pada setiap level untuk membahas masalah mutu.
  • Komite Ad Hoc untuk Program Zero Defect. Tiga atau empat anggota tim perbaikan mutu, ditugaskan pada Ad Hoc Committee untuk menginvestigasi konsep Zero Defect dan mencari cara untuk mengkomunikasikan program kepada karyawan (melalui pertemuan, poster, dan sebagainya). Program ini bukan relasi publik melainkan usaha untuk menerangkan bagaimana segala sesuatu harus dikerjakan dengan benar sejak pertama kali.
  • Pelatihan Penyelia (Supervisor Training). Program yang formal diadakan untuk mendidik para manajer pada setiap level mengenai konsep Zero Defect.
  • Hari  Zero Defect. Satu hari yang khusus ditentukan untuk menjelaskan kepada seluruh karyawan mengenai Zero Defect sehingga mereka mengetahui konsepnya dengan cara yang sama. Standar Zero Defect harus secara tegas ditentukan pada hari tersebut.
  • Penentuan Sasaran (Goal Setting). Penyelia minta kepada setiap pekerja untuk menentukan sasaran mutu untuk 30, 60, dan 90 hari. Sasaran itu harus dapat diukur dan spesifik.
  • Penghapusan Penyebab Kesalahan ( Error Cause Removal ). Setiap pekerja diminta untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Kemudian, kelompok fungsional tertentu ditugaskan untuk memeriksa setiap masalah yang terjadi dan mengusulkan cara pemecahannya.
  • Penghargaan/pengakuan (Recognition). Penghargaan diperlukan untuk melengkapi tindakan yang positif dalam menghilangkan penyebab kesalahan. Berbagai macam penghargaan dapat diberikan, misalnya dalam bentuk cincin emas, makan malam, atau benda-benda lainnya.
  • Dewan Mutu (Quality Council). Profesional mutu dan pemimpin-pemimpin tim dari berbagai bagian membentuk dewan mutu. Mereka mengadakan pertemuan secara periodik untuk saling menyampaikan ide dan berkomunikasi mengenai program masing-masing.
  • Lakukan Berulang Kali (Do It Over Again). Program yang khusus memerlukan waktu 1 tahun sampai 18 bulan. Selama kurun waktu tersebut, pengetahuan tentang program dapat mengalami perubahan. Program harus dimulai lagi dengan tim yang baru. Hari Zero Defect (ZD) harus diadakan setahun sekali seperti hari ulang tahun. Program ZD harus terus menerus diadakan sehingga merupakan budaya perusahaan. Jika mutu bukan merupakan pandangan hidup (way of life) maka tidak akan ada perbaikan.

Standar Sistem Manajemen Mutu Internasional 

  • ISO9001 -- Spesifikasi sistem mutu untuk desain/pengembangan, produksi, pemasangan, dan layanan.
  • ISO9002 -- Spesifikasi sistem mutu untuk produksi dan pemasangan.
  • ISO9003 -- Spesifikasi sistem mutu untuk pemeriksaan dan pengujian akhir.

Philip B. Crosby (1979) dalam bukunya Quallity is Free mengungkapkan empat Dalil Mutu

seperti berikut ini.

1. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.

2. Sistem mutu adalah pencegahan.

3. Standar kerja adalah Tanpa Cacat (Zero Defect).

4. Pengukuran mutu adalah biaya mutu (Price of Nonconformance, PONC)

Penerapan Konsep Mutu Menurut Philip Crosby Dalam Dunia Pendidikan

Menurut Philip Crosby Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan, yang dikenal sebagai conformance to requirement. Ini artinya bahwa mutu adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, sehingga tidak ada cacat atau kegagalan. Mengaplikasikan konsep tanpa cacat pada industry layanan lebih sulit dibandingkan pada industri produk. Dalam industri layanan, tanpa cacat adalah konsep yang sangat ideal, kenyataannya, sulit sekali menjamin sebuah layanan tanpa cacat di saat peluang terjadinya human error sangat besar. Meskipun demikian, tanpa cacat adalah sebuah industri layanan yang sangat penting. Ide ini adalah ide yang harus memiliki gaung dalam pendidikan. Metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh peserta didik dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun sistem dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut. Memang, banyak orang menentang metode tanpa cacat, terutama ujian normatif yang memustahilkan tujuan metode tersebut. Selain itu, muncul pandangan bahwa standar metode tanpa cacat hanya dapat dicapai melalui tingkat kegagalan yang tinggi. Dalam dunia pendidikan pasti banyak menjumpai permasalahan yang berhubungan dengan kualitas lembaga. Metode zero defect bertujuan untuk memberikan perencanaan yang maksimal dan pencegahan dini atau antisipasi yang terjadi di masa mendatang terhadap masalah dan kemungkinan yang akan muncul. Mengidentifikasi dan menetapkan program unggulan sekolah yang dirancang secara maksimal dengan mempertimbangkan aspek positif dan negatif akan mengurangi kegagalan program sekolah.

Konsep mutu menurut Philip Crosby dapat diterapkan dalam pendidikan sekarang melalui beberapa langkah dan prinsip. Berikut adalah beberapa langkah dan prinsip yang dapat diimplementasikan:

  • Zero Defect: Konsep ini mencakup peningkatan mutu dapat membantu organisasi menghilangkan kegagalan, yang seringkali diabaikan oleh sebagian besar institusi. Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis.
  • Peningkatan mutu pendidikan: Crosby menganggap peningkatan mutu pendidikan sebagai usaha yang sangat penting untuk menghasilkan siswa yang bermutu dan dapat bertanding dalam era globalisasi
  • Perbaikan mutu: Crosby menyediakan empat belas langkah yang dapat digunakan sebagai upaya perbaikan mutu, seperti mengidentifikasi kegagalan, menetapkan tujuan, mengumpulkan data, dan mengembangkan solusi
  • Fokus pada pencegahan masalah: Prinsip nol kekalahan dalam pendekatan Crosby menekankan pentingnya pencegahan masalah daripada pembenahan setelah terjadi. Dalam konteks lembaga pendidikan, langkah-langkah pencegahan dapat meliputi: 1) Proses seleksi yang ketat untuk staf pengajar yang berkualitas. 2) Memastikan bahwa fasilitas dan peralatan pendidikan dalam kondisi baik dan terawat. 3) Menerapkan program pelatihan dan pengembangan profesional yang teratur untuk staf pendidik.
  • Identifikasi standar kualitas yang jelas: Penting untuk menetapkan standar kualitas yang jelas dan terukur dalam lembaga pendidikan. Hal ini dapat mencakup: 1) Menetapkan standar prestasi akademik yang spesifik untuk berbagai tingkat pendidikan. 2) Mengembangkan standar kedisiplinan dan perilaku siswa. 3) Menetapkan standar pelayanan siswa yang memadai. 4) Menyusun standar pengelolaan dan tata kelola lembaga pendidikan.
  • Sistem manajemen mutu terpadu: Penerapan sistem manajemen mutu terpadu membantu memastikan bahwa mutu pendidikan dikelola dengan baik di semua tingkatan. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi: 1) Pembuatan kebijakan mutu yang jelas dan komunikasi kepada seluruh anggota lembaga pendidikan. 2) Perencanaan yang terstruktur dan terukur untuk mencapai tujuan mutu. 3)Pelaksanaan proses pengendalian mutu yang melibatkan pemantauan, analisis, dan perbaikan

Konsep mutu Crosby menjadi penting dalam perkembangan masa kini karena memperhatikan peningkatan mutu sebagai usaha untuk meningkatkan keuntungan dan penghematan biaya. Hal ini dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membantu siswa menjadi individu yang bermutu tinggi dan dapat bertanding dalam era globalisasi.

Referensi :

Dr. Novianty Djafri,Dr. Abdul Rahmat (2017). Manajemen Mutu Terpadu. Yogyakarta: Zahir Publishing.

Marita Lailia Rahman(2020). Model Pemgembangan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Philip. B. Crosby. el-bidayah: jounal of Islamic Elementary Education, vol(2)1, hal.48-49.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun