Mohon tunggu...
Selfia
Selfia Mohon Tunggu... Lainnya - SELFIA

welcome!!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Akankah Pembelajaran Tatap Muka Dapat Terealisasi di Semester yang Akan Datang?

13 April 2021   11:59 Diperbarui: 13 April 2021   13:04 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada pertengahan Desember 2019 lalu, Menteri Pendidikan, Nadiem Makrim memutuskan untuk menghapus Ujian Nasional 2021. Menurutnya, Ujian Naional bukan menjadi patokan kelulusan bagi pelajar. Namun, hal ini justru terealisasi satu tahun sebelum Ujian Nasional 2021, yaitu Ujian Nasional dibatalkan pada tahun 2020.

Sejak Indonesia mengkonfirmasi kasus pertama COVID -- 19 pada awal Maret 2020. Saat itu, aktivitas kehidupan berubah menjadi 180 derajat berbanding terbalik dengan sebelumnya. Ketika interaksi langsung dilarang, mewajibkan memakai masker, cuci tangan, serta melakukan seluruh aktivitas dengan di rumah saja mulai dari kegiatan pembelajaran, bekerja, dan lain sebagainya.

COVID -- 19 (coronavirus diseas 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS -- Cov -- 2. Virus ini berasal dari negara yang terletak di Asia bagian Timur yaitu China, tepatnya di Wuhan. Virus ini menyebar di China sejak Desember 2019. Lalu menyebar di Indonesia pada bulan Maret 2020. Virus ini dapat menular pada hewan ataupun manusia. Gejala awal pada infeksi penyakit ini yaitu ditandai dengan flu biasa.

Saat itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah kasus baru COVID -- 19 khususnya di bidang pendidikan. Pada bulan Maret 2020, Menteri Pendidikan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Diseas (COVID -- 19).

Poin pertama surat edaran tersebut berisi mengenai Ujian Nasional, dan disebutkan pada sub poin (a) yaitu  Ujian Nasional dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian 2020 bagi SMK. Hal ini tentunya membuat orang tua bahkan siswa khususnya angakatan 2020 kecewa, karena mereka telah mengerahkan seluruh tenaga, seluruh waktunya untuk persiapan Ujian Nasional yang akan diadakan pada akhir Maret sampai dengan awal April. Lalu, pada sub poin (b) yaitu menyatakan bahwa Ujian Nasional 2020 bukan lagi menjadi penentu kelulusan siswa. Dan pada sub poin (c) yaitu dikarenakan Ujian Nasional 2020 dibatalkan, maka penyetaraan Paket A, B, dan C akan ditentukan lebih lanjut nantinya. Pada poin kedua dijelaskan bahwa Proses Pembelajaran dilakukan secara jarak jauh.

Pembelajaran secara jarak jauh atau bisa dibilang secara daring (dalam jaringan) adalah kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh yang dilakukan melalui platform pendidikan seperti google classroom, quipper, ruangguru dan lain -- lain. Lalu, untuk pembelajan seperti komunikasi jarak jauh kerap kali mengunakan aplikasi seperti zoom, google meeting, dan lain - lain.  

Sejak surat edaran oleh Menteri Pendidikan dicetuskan, seluruh sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia menerapkan kebijakan ini, khusunya sekolah dan perguruan tinggi negeri. Saat itu, banyak para siswa ataupun mahasiswa mengalami demand shock, dimana mereka tentunya shock terhadap pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka seketika digantikan dengan belajar secara jarak jauh. Saat setiap hari tak lagi bisa berbincang -- bincang dengan teman.

Seiring berjalannya pembelajaran daring yang dilakukan oleh sekolah ataupun perguruan tinggi Indonesia. Satu -- persatu  kendala perlahan muncul. Kendala -- kendala tersebut yaitu :

  • Kendala terhadap jaringan yang terkadang tidak stabil. Karena erdapat beberapa siswa ataupun mahasiswa yang berdomisili di tempat yang minim jaringan internet atau bahkan  tidak terjangkau internet.
  • Kuota internet menjadi kendala yang sampai saat ini selalu dikeluhkan oleh banyak siswa ataupun mahasiswa. Karena hingga saat ini, masih ada beberapa siswa ataupun mahasiswa yang belum mendapatkan subsidi kuota internet. Tak hanya itu, kuota yang diberikan oleh pemerintah sendiri terkadang belum cukup atau kurang dari kebutuhan siswa ataupun mahasiswa untuk dapat mengakses pembelajaran secara daring.
  • Kendala ketiga yaitu terkadang materi yang diberikan oleh guru atau pun dosen terkesan monoton, sehingga para siswa ataupun mahasiswa merasa jenuh dibalik keadaan yang menuntutnya untuk belajar dengan jarak jauh.
  • Kendala yang ketiga ini mungkin sebagian besar dirasakan oleh mahasiswa yaitu dimana biasanya mahasiswa bisa mendapatkan buku bacaan untuk mata kuliah dengan cara meminjam di perpustakaan kampus. Namun,  saat ini tidak bisa karena pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh. Sehingga menuntut para mahasiswa untuk membeli buku referensi di tengah keterpurukan ekonomi yang terjadi akibat COVID -- 19 karena tak semua buku referensi  mata kuliah dipublikasikan di internet.
  • Kendala yang kelima ini juga sering dirasakan oleh mahasiswa praktikum, semisal mahasiswa jurusan SAINTEK yang seharusnya lebih banyak melakukan pembelajaran praktikum, tapi hal ini tidak terealisasi karena adanya pandemi. Sehingga pembelajaran dilakukan dengan lebih menekankan teori daripada praktik. Dengan pembelajaran ini, tentunya para mahasiswa merasa ilmunya tidak dapat dipraktikkan secara langsung. Tak sedikit pula, mahasiswa praktikum mengalami kesulitan jika dihadapi dengan tugas yang seharusnya dilaksanakan dengan praktik.
  • Kendala lain melakukan pembelajaran secara jarak jauh yaitu dimana ketika siswa ataupun mahasiswa berkecimbung dalam sebuah organisasi ataupun sebuah komunitas. Maka kendala yng dihadapi yaitu kurangnya komunikasi antar sesama atau sering disebut sebagai missed  communication sehingga dapat menurunkan kualitas kinerja dari organisasi atau komunitas tersebut.

Kendala -- kendala  di atas merupakan kendala yang dihadapi oleh siswa atau mahasiswa. Disisi lain,  para pengajar pun tentunya juga mengalami beberapa kendala yaitu :

  • Kendala ini mungkin sama dengan kendala yang dihadapi oleh para siswa atau pun mahasiswa yaitu mengenai ketidakstabilan jaringan.
  • Para pengajar tidak dapat memantau secara langsung megenai perkembangan siswa ataupun mahasiswa. Misalnya ketika ujian, para pengajar tidak akan tahu apakah hasil tes tersebut dilakukan secara jujur oleh siswa/mahasiswa tersebut atau tidak, apakah mereka melaukan open book atau close book.
  • Banyak para pengajar mengalami kewalahan ketika mengurus masalah absensi untuk siswa ataupun mahasiswa, dan lain sebagainya. Hal ini dirasakan oleh salah satu Dosen Universitas di Malang. Beliau menjelaskan bahwa pembelajaran daring terbilang ribet daripada pembelajaran luring (luar jaringan), karena banyaknya tahapan -- tahapan yang harus dilakukan oleh para pengajar terkait pembelajaran daring.

Tiga belas bulan sudah Indonesia dilanda pandemi virus COVID - 19, dan satu tahun sudah sekolah dan perguruan tinggi melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini tentunya meresahkan para orang tua. Pasalnya, permasalahan yang kerap kali muncul karena sistem pembelajaran daring yaitu anak -- anak cenderung selalu melihat gadget, laptop atau media pembelajaran lainnya yang berbasis digital elektronik sehingga menimbulkan kecanduan. Tak bisa dipungkiri, bahwa Globalisasi memang membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan.

Desmber 2020, Pemerintah yaitu Menteri Pendidikan mengeluarkan Kebijakan yaitu Kebijakan untuk memperpanjang pembelajaran secara daring semester genap 2020 / 2021 atau sampai pertengahan tahun 2021 menimbulkan pro kontra dari siswa, mahasiswa, bahkan para orang tua. Pada bulan  itu juga tepatnya pada hari Minggu, 6 Desember 2021 vaksin COVID -- 19 tiba di Indonesia, sehingga masyarakat kontra terhadap perpanjangan pembelajaran secara daring. Beberapa alasan masyarakat yang kontra terhadap kebijakan pemerintah yaitu mereka menyebutkan bahwa mengapa mall dan toko -- toko besar dibuka tetapi sistem pembelajaran secara online / daring justru diperpanjang? 

Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, banyak orang tua menilai bahwa pembelajaran secara daring sangatlah tidak efektif, banyak siswa ataupun mahasiswa merasa jenuh dan stress dengan sistem pembelajaran daring.

Tak hanya itu, alasan yang kerap kali dilontarkan oleh masyarakat yaitu jika pembelajaran terus dilakukan secara daring (dalam jaringan) maka yang terjadi adalah pembodohan generasi. Selain pembelajaran tidak fektif bagi para pelajar, hal ini juga dipengruhi oleh bagaimana pembelajaran dasar baik TK maupun SD yang merupakan pondasi awal pendidikan karakter. Seperti yang kita ketahui, TK ataupun SD adalah pondasi awal membentuk karakter pendidikan, sehingga sangat diperlukan peranan guru untuk mengetahui perkembangan tersebut. Jika pembelajaran terus menerus dilakukan secara daring (dalam jaringan), maka peranan guru juga akan terbatas. 

Tak hanya peranan guru, peranan orang tua juga sangat penting dalam perkembangan anak. Namun, yang menjadi masalah yaitu bagaimana orang tua tersebut menjalankan peranannya, mungkin seperi wanita -- wanita karir juga tidak dapat mengimplementasikan perannya sebagai pengajar anak -- anak di rumah ketika pembelajaran daring dikarenakan sibuk dengan pekerjaannya. 

Lalu, bagiamana jika orang tuanya juga memiliki pengalaman yang terbatas mengenai pelajaran yang sedang ditempuh oleh siswa tersebut, semisal mayarakat desa. Banyak Masyarakat desa yang terbilang ilmunya mengenai pendidikan atau pengetahuannya masih sangat minim dikarenakan beberapa faktor seperti kurangnya fasilitas pendidikan di desa, lalu mengenai pemikiran msyarakat yang masih tradisional. Hal ini tentunya perlu diperhatikan lagi bahwa tidak semua orang tua bisa menjalankan peranannya secara maksimal. Oleh karena itu, pengawasan dari guru secara langsung akan lebih efektif daripada melalui tatap muka secara daring (dalam jaringan).

Alasan lain mengapa masyarakat kontra terhadap perpanjangan sistem pembelajaran yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) yaitu adanya desas -- desus mengenai berakhirnya virus COVID -- 19. Hans Kluge (21/2 /2021), Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) regional Eropa mengatakan bahwa pandemi akan berakhir pada tahun 2022. Menurutnya, sepanjang tahun 2021 corona masih tetap berjalan, namun akan lebih mudah ditangani daripada pada tahun 2020. Masyarakat berpendapat bahwa bagaimana jika kasus COVID -- 19 terus menerus meningkat?

Hal itu tentu saja membuat khawatir para siswa ataupun mahaiswa. Pasalnya, ketidakefektivan sangat dirasakan oleh para pelajar di Indonesia, khusunya di perguruan tinggi negeri. Akankah Semeteri Ganjil Tahun ajaran 2021 / 2022 dilaksanakan secara luring / tatap muka? Ataukah pembelajaran secara online / daring justru diperpanjang? Hal ini masih menjadi misteri bagi siswa ataupun mahasiswa. 

Mengingat vaksin belum tersebar di Indonesia, dan sudah beberapa kali pemerintah menyataka desas -- desus pada Desember 2020 yaitu untuk melakukan pembelajaran secara luring / tatap muka semester genap tahun ajaran 2020 / 2021. Namun, justru yang terlaksana adalah sebaliknya.

Menurut saya sendiri, hal -- hal yang menjadi kontra masyarakat terhadap pembelajaran daring dan pemberlakuan perpanjangan pembelajaran daring harus dipertimbangkan lagi oleh pemerintah semisal semester yang akan datang dilaksanakan secara daring. 

Pemerintah harus dengan segera menyalurkan vaksinasi secara merata di seluruh Indonesia. Mengingat kasus pandemi juga tidak pasti kapan berakhir, dibalik itu banyak keluhan mengenai pendidikan Indonesia di masa pandemi virus COVID -- 19 yang hingga saat ini menimbulkan pro kontra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun