Rasanya baru kemarin siap -- siap dengan suka cita menyambut kedatangannya,
Bulan penuh Rahmat dan Ampunan.
Baru kemarin ikutan tarawih pertama di mushola kecil dekat kosan tempat kerja, tarawih di gang mushola nya.
Rasanya baru kemarin ikrar janji ingin membentuk kebiasaan lebih baik di Bulan Ramadhan.
Sekarang, hitungan mundur, harus siap -- siap berpisah dengan bulan yang begitu di muliakan.
Dan saya, masih menjadi manusia yang belum seutuhnya mengambil pahala maksimal di bulan ini.
Kesan malam ini, sudah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Malam ini mungkin waktu yang tepat untuk bermuhasabah sejenak. Menuliskan apa yang menjadi kekhawatiran manusia yang belum seutuhnya memaksimalkan Ramadhan dengan baik. Rasanya sedih, kemarin kemana saja?
Malam -- malam di Bulan Ramadhan, hanya sebatas malam membatalkan puasa dan amalan malam yang tidak maksimal. Menjelang hari terakhir Ramadhan pun, kesibukan mulai bergeser menjadi jumpa temu sana -- sini, semoga Allah SWT memasukkannya ke dalam pahala silaturahmi. Aamiin, meskipun penundaan sholat sunnahnya yang dikorbankan (?). Dengan kasus tersebut, apakah saya tergolong hamba yang dapat memaksimalkan pahala Ramadhan? Hanya Allah SWT yang tahu, dan sejujurnya hati kecil saya memberontak, ia berbisik "Upaya mu kurang maksimal berlari ke arah Allah SWT".
Bulan Ramadhan menjadi bulan membuka mata, bahwa "Nafsu manusia memang besar", tidak perlu melibatkan kehadiran iblis atau setan, lagipula selama Bulan Ramadhan mereka dibelenggu. Tapi ternyata tidak dengan nafsu manusia, ia bebas masih ikut menguasai manusia, dan musuh sebenarnya adalah nafsu sendiri.Â
Tidak perlu mengkambing hitamkan iblis atau setan pada Bulan Ramadhan. Atau mereka yang telah berhasil merasuki kita pada bulan dimana ia dibebaskan ke dunia? Membentuk nafsu manusia sedemikian rupa, hingga manusia itu sendiri yang tidak lagi bisa mendefinisikan mana nafsu belaka dan mana akal sehat. Pola nafsu yang melekat, dan tetap ada di Bulan Ramadhan, biarpun guru sesat nya sudah dibelenggu di neraka. Beruntunglah, Allah menjadi Ramadhan bulan berlatih menahan hawa nafsu, lewat berpuasa.