Mohon tunggu...
selestin nisfu
selestin nisfu Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiologi Kesehatan

on learning process. love every little things to write in.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

1161 km, Jarak Silaturahmi yang Selalu Dirindukan

7 Juni 2018   04:00 Diperbarui: 7 Juni 2018   04:14 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu yang selalu ditunggu

Kesempatan yang selalu diharapkan terulang setiap tahun

Berjabat tangan, berbincang dalam kedekatan tanpa pembatas jarak

"Mudik" atau "Pulang Ke Kampung Halaman", menjadi moment yang ditunggu pada hari raya, termasuk saya dan keluarga. Waktu yang selalu ditunggu setiap dua tahun sekali. Kesempatan yang kami doakan dan harapkan dapat selalu berkumpul bersama, dan senantiasa sehat.

Moment mudik merupakan kesempatan untuk bersilaturahmi mengantarkan para orang tua kami menemui "sedulur -- sedulurnya", atau berkunjung ke rumah pakde kami. Lalu menyambung tali silaturahmi anak -- anaknya, cucu -- cucunya, yang selama dua tahun atau lebih belum pernah bertemu. Kesempatan meng-update informasi "Anakmu saiki wis piro Nduk?", "ealah, wis kelas piro Lee", "Bude sapi nya udah beranak berapa?", "Koe wis nemu jodone durung?", sampai pertanyaan jahil "masih betah koe Le menyendiri? Mau Mbokde cariin jodoh disini?"..

Jangan kesal yaa dengan pertanyan -- pertanyaan diatas, karena kan ketemu juga cuma tiap beberapa tahun, pokoknya yang jomblo dilarang baper saat moment mudik! Hihiii

"Barang siapa yang dilapangkan rezekinya dan diperpanjangkan umurnya, hendaklah ia menghubungkan tali kekerabatan" HR Bukhori

Yaaa....Menurut mbak saya, arti mudik di keluarga itu adalah kita niatkan untuk mengantarkan orang tua kita bisa berjumpa dengan kakak dan adiknya dan juga mengakrabkan diri sesama keluarga. Bapak saya memiliki empat saudara kandung, begitu mereka dewasa, mereka memilih jalan hidup masing -- masing, tiga merantau di Jabodetabek termasuk Bapak saya, satu orang tetap tinggal di Boyolali menemani mbah saya saat masih hidup, dan satu yang paling tua memilih merantau di Banyuwangi. Sejak remaja mereka sudah merantau dan memilih jalannya masing -- masing. 

Mungkin kalau tiga saudara yang masih di jabodetabek, frekuensi pertemuan akan mudah, tidak perlu menunggu setahun sekali, atau sampai dua tahun sekali, atau sampai ada riziki berlebih. Berbeda dengan dua saudara lainnya yang di Boyolali dan Banyuwangi, bertemu sangat jarang, dan mungkin sulit kalau tidak ada yang meniatkan tradisi mudik seperti ini.

Tradisi ini sudah berlangsung dalam enam tahun terakhir, setiap dua tahun sekali kami menyempatkan waktu untuk mudik bersama. Mbak saya yang tertua yang menjadi inisiatornya. Mbak yang begitu mengayomi adik -- adiknya, dan berusaha mencurahkan apa yang dimilikinya untuk keluarga besar. Huhu terharu, sebenarnya mbak saya ini rendah hati sekali, pasti langsung memerah dan bilang "ahh kamu suka lebay", kalau ide nya untuk tradisi mudik ini menjadi inspirasi tulisan saya kali ini. :")

Mbak saya pernah bertanya, "Kita sudah generasi keberapa hayoo dari Mbah Amin? (ibu dari Bapakku)"

"Ketigaaa mba. Kalau punya warisan yang gak habis tujuh turunan, kita masih termasuk kaya raya. hahaa.." jawabku yakin sambil bercanda. Hehee

"Iya ketiga dari mbah Amin kebawah kan kita kenalnya, generasi keatasnya gatau lagi. Hahaa... kita ga kenal warisan, kenalnya urip iku urup", jawabnya sambil bercanda

Iya, mbak saya yang paling bijaksana dan mengayomi adik -- adiknya yang banyak. Mbak sepupu, yang saya rasakan sudah seperti mbak kandung. Mbak yang selalu mengajak adik -- adiknya jangan lupa menabung ya, buat mudik. Biar keluarga kita tetap bisa jalan -- jalan bareng, silaturahmi bareng, pakde pasti senang dikunjungin rame -- rame.

Tahun ini tepat ketiga kalinya, setelah jeda dua tahun, InsyaAllah kami sekeluarga akan mudik. Mempertemukan lima sekawan, dalam satu moment bingkai kebersamaan. Saya selalu mengagumi lima bersaudara ini, sederhana, dan rasanya jarang melihat Bapak terlalu lama dipusingkan dengan masalah dunia. Persis dengan saudaranya yang lain. Mirip di wajah, mirip di prinsip, walau mungkin berbeda sedikit karakternya.

doc pribadi
doc pribadi
Mereka tidak menuntut banyak dari anak -- anaknya, tapi kami ingin selalu membuat mereka bahagia, karena sekedar membalas jasanya tidak akan pernah cukup. Moment Mudik bisa menjadi kado kecil untuk lima sekawan ini, dari kami anak -- anak yang begitu menyayangi mereka. Yang ingin tumbuh dalam pemahaman "urip iku urup".

Rute Perjalanan Mudik 2018 

Rancana mudik tahun ini adalah perjalanan panjang dari ujung Barat Pulau Jawa (DKI Jakarta) ke Ujung Timur Pulau Jawa (Benculuk, Banyuwangi). Berhenti menginap semalam mungkin di Boyolali. Total perjalanan yang akan kami tempuh adalah 1.161 km. Wahhh, perjalanan yang cukup panjang dan perlu atur stamina. Apalagi yang menjadi partisipan kegiatan ini dari berbagai kalangan usia, mulai dari yang bayi sampai yang sudah memasuki usia tua.  Berikut ini Tips Mudik Ala Mbah Amin's Fams bagi yang naik bus atau kendaraan pribadi :

  • Pemilihan bus yang nyaman dan terpercaya, bus merupakan transportasi utama yang kami gunakan, bus khusus yang diisi hanya untuk keluarga besar semua. Sehingga kami bisa dengan bebas meminta berhenti di rest area bila memang keadaannya genting dan untuk beristirahat.
  • Mensetting bangku -- bangku prioritas. Bukan hanya di transportasi umum, kami juga memiliki bangku prioritas, bangku depan khusus untuk para orang tua kami, mereka diberikan dua bangku untuk satu orang. Spesial, supaya perjalanan jauh mereka bisa tetap nyaman. Disusul oleh bangku yang lebih dahulu diisi keluarga yang memiliki anak bayi, kemudian di kursi paling belakang adalah kelompok anak -- anak muda yang fleksibel duduk dimana saja
  • Membawa bantal dan kasur secukupnya, biar nyaman. Karena di sela -- sela bisa digelar kasur, kalau ada yang ingin gantian selonjoran disana, apalagi anak -- anak kecil.
  • Membawa roll kabel. Biasanya di bangku belakang jadi charger station, hanya ada dua colokan pusat di bus (Depan dan belakang), supaya tidak rebutan, bawa roll kabel jadi solusinya
  • Membawa obat -- obatan khusus, ada seksi kesehatannya juga di keluarga hehee
  • Membawa kaset -- kaset film, lagu, supaya tidak jenuh dalam perjalanan
  • Membawa kardus air minum yang cukup, untuk perbekalan. Kalau habis bisa sambil beli di rest area
  • Membawa makanan secukupnya
  • Berdoa, dan saling mengingatkan teman sebangkunya, supaya tidak ada yang ketinggalan bus saat berhenti di rest area hehee (maklum bawa rombongan banyak). Dan kalau kebelet ingin buat air besar dan kecil, jangan sungkan, paling tidak berikan aba -- aba untuk berhenti di rest area terdekat
  • Komunikasikan dengan supir, untuk mengendarai dengan aman, santai, dan istirahat apabila lelah, atau bergantian.
  • Membawa barang seperlunya ke atas bus, sisanya bisa disimpan di bagasi, supaya bus rapih
  • Keep wifi on, hihiiii ini sihh paling ampuh. Walau kadang suka membuat autis sendiri.

Itulah tips mudik ala kami, tapi jarak sejauh apapun selama ini tidak terasa melelahkan, karena moment kebersamaan di dalamnya. Apalagi saat sudah sampai di tujuan dan bertemu dengan keluarga dan tetangga di kampung halaman Bapak yang banyak. :")

doc pribadi
doc pribadi
illustrasi : gambarkata.co
illustrasi : gambarkata.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun