Alhamdulillah Ramadhan sudah berjalan 12 hari, semoga puasa kita semua tetap lancar dan diberi kesehatan.
Waktu terasa cepat, Hampir dua minggu berpuasa,dan Alhamdulillah terasa ringan di kantong. *loh
Ringan kantong atau kantong kering yah? hehee
"A budget tells us what we cant afford, but it doesnt keep us from buying it", ada yang bilang gitu. Tapi stay cool aja kalau kita bisa mengkontrol pengeluaran sesuai budget yang sudah kita susun. Ingaat, demi menjadi seorang miliyader sedari mudaa hehe, biar masa tua bisa santai - santai di tepi pantai sambil minum es kelapa ! :")Â
Mudah sih berangan - angan, dan akan sedikit sulit merealisasikannya. Tapi sulit bukan berarti tidak mungkin jadi nyata kan yah? We never know when we never try!
Dan... Ramadhan bisa menjadi peluang buat melatih pengeluaran. Sungguh? Yaps, secara nyata saya merasa pengeluaran khususnya untuk biaya makan bisa mengalami penurunan sekitar 50%! Lumayan loh, separuhnya bisa dialihkan ke jenis pengeluaran lain. hehee
Okey, standar hemat saya ini berlaku bagi kaum yang single. Karena beda lagi kalo tanggungannya sudah banyak. :")
Ramadhan benar - benar kesempatan sekali untuk mengurangi kebiasaan jajan siang atau go food makanan.
Sejujurnya, kalau bukan bulan Ramadhan jam - jam 09.00 - 11.00 di kantor adalah jam krusial. Perut mendadak dilanda getaran - getaran, mulut terasa gatal harus mengunyah sesuatu. Alhasil, kita membeli makanan atau jajan di jam itu, dan kita tidak bisa mencegahnya. Â Apalagi jajan bareng - bareng teman, makanan yang kekinian...Â
Terus tidak selesai di jam itu, saat makan siang, beli makan lagi keluar. Belum lagi sama es teh manisnya yang 4000, kan lumayannn..
Menjelang sore? Pulang kantor lewat abang - abang jajanan, melipir lah lagi...:")
Percaya atau tidak, diluar bulan Ramadhan saya mungkin sehari bisa menghabiskan sekitar Rp. 50.000 sampai Rp. 70.000 untuk makanan per hari.
Tetapi selama bulan Ramadhan saya hanya perlu Rp. 30.000/hari bisa untuk makan buka puasa dan makan sahur. Nicee, udah cocok belum jadi istri idaman? hahaa
Bagaimana bisa selama 12 hari ini pengeluaran untuk makan turun 50%?
1. Niat dan Penggalangan Komitmen Bersama
Hemat sendirian akan terasa sulit, kita butuh partner untuk sama - sama hemat. Beruntung saya menemukan partner yang juga ingin hemat. Kebetulan partner saya adalah teman kosan saya sendiri. Kita berupaya sekuat tenaga menahan nafsu jajan di Richesee atau Shabu Hachi atau tempat makan hedon lainnya.Â
Menyusun daftar belanja makanan, dan sesekali memilih untuk masak sendiri. Sebenarnya untuk anak kosan, lebih hemat beli di warteg, tetapi kalau masak sendiri kita bisa lebih mengkontrol takaran garam, minyak, dan gula nya. Belanja nya pun kita susun menu sesederhana mungkin. Sering kali kita debat di swalayan, hanya untuk memilih sesuatu sampai yang paling murah. Atau menyampingkan belanjaan yang tidak masuk ke dalam list. Sampai sesederhana nya menu yang kita miliki adalah indomie telur (sesekali), yang dimakan sepiring berdua.
2. Seleksi Ajakan Buka Puasa Bersama
Bukan maksud untuk membatasi tali silaturahmi, tetapi berusaha membatasi ajakan bukber. Atau memilih lokasi bukber yang terjangkau kantong.Â
3. Jalani Hidup di Bawah Ekspektasi Keuangan
Saya belajar untuk menurunkan ekspektasi terhadap daya beli. Mencoba mengukur pemasukan, dan menempatkan diri untuk paling tidak pengeluaran harus 1/2 dari total pendapatan yang diperoleh. Misal gaji 2jt, berekspektasi daya beli yang hanya 1 jt. Mencoba menimbang, bahwa sesuatu yang dibeli apakah bermanfaat? Memiliki manfaat yang sama dengan barang yang harga jual nya lebih tinggi? Daya tahan sesuatu yang kita beli? Ah.. sudah mulai mengarah kesana rupanya
4. Semangat mengalokasikan subsidi silang jenis pengeluaran makan ke hal - hal yang bersifat kesenangan
Penurunan uang makan, bisa dialokasi untuk membeli keperluan pribadi. Seperti baju atau hal lainnya. hehee... Karena sesungguhnya perempuan akan sulit mengkontrol hal - hal yang berbau diskon. Tetapi biasanya saat berbelanja, saya tipe orang yang mikir - mikir, sayang uangnya :") emang dasar pelit :p
Secara garis besar, sepandai - pandainya kita menyimpan dan mengumpulkan uang, hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah berbagi (zakat).
Mungkin teman - teman sudah sering mendengar atau pernah membaca, bahwa prinsip berbagi itu unik. Semakin banyak kita berbagi, semakin banyak kita memanen hasilnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H