Percaya atau tidak, diluar bulan Ramadhan saya mungkin sehari bisa menghabiskan sekitar Rp. 50.000 sampai Rp. 70.000 untuk makanan per hari.
Tetapi selama bulan Ramadhan saya hanya perlu Rp. 30.000/hari bisa untuk makan buka puasa dan makan sahur. Nicee, udah cocok belum jadi istri idaman? hahaa
Bagaimana bisa selama 12 hari ini pengeluaran untuk makan turun 50%?
1. Niat dan Penggalangan Komitmen Bersama
Hemat sendirian akan terasa sulit, kita butuh partner untuk sama - sama hemat. Beruntung saya menemukan partner yang juga ingin hemat. Kebetulan partner saya adalah teman kosan saya sendiri. Kita berupaya sekuat tenaga menahan nafsu jajan di Richesee atau Shabu Hachi atau tempat makan hedon lainnya.Â
Menyusun daftar belanja makanan, dan sesekali memilih untuk masak sendiri. Sebenarnya untuk anak kosan, lebih hemat beli di warteg, tetapi kalau masak sendiri kita bisa lebih mengkontrol takaran garam, minyak, dan gula nya. Belanja nya pun kita susun menu sesederhana mungkin. Sering kali kita debat di swalayan, hanya untuk memilih sesuatu sampai yang paling murah. Atau menyampingkan belanjaan yang tidak masuk ke dalam list. Sampai sesederhana nya menu yang kita miliki adalah indomie telur (sesekali), yang dimakan sepiring berdua.
2. Seleksi Ajakan Buka Puasa Bersama
Bukan maksud untuk membatasi tali silaturahmi, tetapi berusaha membatasi ajakan bukber. Atau memilih lokasi bukber yang terjangkau kantong.Â
3. Jalani Hidup di Bawah Ekspektasi Keuangan
Saya belajar untuk menurunkan ekspektasi terhadap daya beli. Mencoba mengukur pemasukan, dan menempatkan diri untuk paling tidak pengeluaran harus 1/2 dari total pendapatan yang diperoleh. Misal gaji 2jt, berekspektasi daya beli yang hanya 1 jt. Mencoba menimbang, bahwa sesuatu yang dibeli apakah bermanfaat? Memiliki manfaat yang sama dengan barang yang harga jual nya lebih tinggi? Daya tahan sesuatu yang kita beli? Ah.. sudah mulai mengarah kesana rupanya
4. Semangat mengalokasikan subsidi silang jenis pengeluaran makan ke hal - hal yang bersifat kesenangan