Belakangan ini ada beberapa kejadian yang lagi ramai di repoeblik.
Apakah itu soal penipuan puluhan ribu Jemaah umrah oleh first travel, investasi 14 triliun Alibaba pada Tokopedia, terbongkarnya kedok jaringan hatred buzzer bernama Saracen, hingga divestasi saham Freeport menjadi 51% milik Indonesia.
Karena saya tidak memiliki pengalaman menipu puluhan ribu jemaah, belum pernah ditanamkan modal hingga angka triliunan, dan tidak paham bagaimana negosiasi saham di tingkat korporasi dan diplomasi negara, maka di tulisan kali ini saya memilih untuk membahas tentang Saracen saja.
Semoga dapat menjadi manfaat.
Sebagai pembuka tulisan, saya tidak ingin berusaha membuatmu sepaham dengan saya. Namun, saya merasa perlu bilang, bahwa tidak ada ideologi pada bisnis ala Saracen ini.
Sekali lagi.
Tidak ada ideologi pada Saracen.
Walau bertujuan untuk menguntungkan pihak pemesan, yang biasanya memang cenderung ke salah satu kubu yang sedang berpolemik apapun. Bisa jadi mereka tidak ada urusan dengan ideologi atau perjuangan tertentu.
Ideologi mereka adalah ideologi kapital para pemesan jasa. Siapa bayar mereka akan berkoar. Jadi, tidak karena namanya Saracen, maka terasa Islam. Karena bisa jadi di tempat lain akan ada Teutonic Knight, atau malah Templar kali. Mereka ingin merasa apa yang mereka lakukan itu heroik sekali ya?
Saracen dan sejenisnya akan memenuhi jagat maya dengan rakyat republik kepalsuannya yang berjumlah, konon bisa mencapai 800.000. Akun-akun itu disebarkan pada kedua sisi yang berpolemik. Tapi ya tujuannya sih memenangkan salah satu sisi.
Cara kerjanya lebih kurang begini