Mohon tunggu...
Abdul Basir
Abdul Basir Mohon Tunggu... profesional -

Mantan guru Biologi. Sedang aktif di dunia Startup. Penulis dan pencerita macam-macam.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Siapa Suruh Jadi Guru (Honorer)?

18 Mei 2017   20:09 Diperbarui: 19 Mei 2017   16:13 12674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama rekan guru berfoto sehabis upacara peringatan Hari Guru

Lah? Kan sedari awal kondisi guru perhonoreran tidak dibuat sembunyi-sembunyi? Bisa dibaca di koran, bisa di lihat di televisi, bisa di telan bulat - bulat dari curhat para kolega. Lah kok bisa setelah segala faktanya terbeberkan, diketahui dengan gamblang, kok masih ngeluh ga PNS - PNS? Kok yo ngeluh sama status honorernya? Kok yo protes setelah jadi guru?

Pernah saat ada beberapa guru Biologi magang di sekolah kami, pada sarjana segar, para fresh graduate itu, saya bertanya

"Kalian kenapa mau jadi guru sih? Kan gajinya kecil lho. Mending kerja di bank tau "

Saya masih saja mendapatkan jawaban - jawaban klise seperti pengabdian, cita-cita, atau minimal senang mengajar. Sungguh kah itu jawaban yang akan kalian pelihara di tahun - tahun ke depan?

Karena kamu menunggu gaji dan tunjangan PNS? Karena kamu berharap dari nominal jaminan uang pensiun PNS di akhir karir? Hah? Sungguhkah? Tidak kah sesi Matematika dasar di kampus mengajarkan mu sesuatu? .

Coba bayangkan seandainya pada waktu - waktu menunggu itu kamu bekerja di tempat lain, pernah berhitung berapa yang seharusnya kamu dapat? Atau bagaimana jika dengan keberanian mu kamu mulai berwirausaha? Sudah berapa besar yang kamu bangun? Tidakkah terbersit bahwa ada setidaknya, sedikit kesia - siaan di masa muda mu dengan menjadi guru hanya untuk mengeluh di kemudian hari?

Para guru harusnya sadar dan mawas diri. Bahwa tidak ada konsep kesejahteraan dalam profesinya. Bersama mereka adalah para perawat, dokter, polisi polisi dan tentara.

Berkelakar. Saya malah menyarankan agar ada kesadaran kolektif untuk para calon mahasiswa keguruan agar membatalkan saja niatnya menjadi guru. Agar para lulusan UNJ, UPI, dan sebagainya berhenti mengorbankan masa muda mereka pada sekolah - sekolah negara yang pemerintah nya tidak mampu membayar harga dari ilmu dan dedikasi.

Biar. Biar saja kelas - kelas itu kosong dari hadirnya guru. Biarkan saja sudah negara ini jadi susah. Karena tidak ada yang mendidik anak-anaknya. Tidak ada lagi yang membangun karakter mereka saat di sekolah.

Bahkan presiden dan para menterinya pun sampai disana karena urun peran kamu. Biar kamu bisa balik kesetimbangan menuju kalian. Biar tidak perlu lagi ada calon guru. Biar kesusahan negara ini membuatnya memanggil mu dan kawan - kawan seprofesimu satu - satu dengan panggilan yang lebih baik.

Jika kamu sudah sadar, karena besarnya peran diri kalian itu, maka 1.5 juta, 900 ribu, apalagi 400 ribu sebulan bukanlah harga jasa dari kamu dan kawan-kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun