[caption caption="( Sumber : Tribunnews.com )"][/caption]Sonya Depari telah jadi pelajar yang begitu tenar belakangan ini. Ketenaran yang digapai dengan cepat. Sisi ketenaran yang didambakan banyak remaja. Wajah yang muncul dimana-mana dan dikenal begitu banyak orang. Akun media sosial yang diikuti ribuan orang dan dikomentari sana-sini. Seorang sosialita !
Sonya Depari ” beruntung ” mendapatkan timing dan kondisi yang tepat. Dia terekspos secara nasional dalam isu yang sedang hangat, ujian nasional. (tidak sengaja) diliput media televisi dengan modal paras yang sudah cantik namun kelakukan yang tidak berbanding lurus, mengancam dan menghardik kasar petugas, juga orang yang lebih tua. Bertolak belakang dengan apa yang seharusnya ada dalam diri pelajar. Media mana yang tidak suka konten seperti ini ?
Semua kriteria telah terpenuhi dengan baik untuk membuat seorang Sonya jadi ratu sejagat semalam Indonesia. Segera saja lini masa media sosial kita dipenuhi berita dan gambaran tentangnya. Dan tentu saja, sesuai kebiasaan orang Indonesia, akun-akun media sosial yang empunya cerita tentu langsung dikunjungi ramai-ramai. Dikomentari, dirundung. Sebagian pihak yang menjadi oknum malah mengambil kesempatan ini dengan membuat akun-akun palsu terkait Sonya Depari. Demi apa yang nanti dikelola sebagai engagement, demi traffic , demi pemasukan dari google adsense.
Banyak yang memperkirakan tentu, kisah Sonya ini masih akan berlangsung beberapa saat lagi. Tidak berhenti misalnya hingga dia nanti diundang Deddy Corbuzier di Hitam Putih, atau hingga dibahas Karni Ilyas di Indonesia Lawyers Club. Sebagian netizen bahkan ada yang sudah mahir sekali memperkirakan bahwa Sonya Depari ini kemudian akan menghiasi layar televisi kita sebagai bintang sinetron, atau setidaknya FTV lah.
Entah kata sifat apa yang bisa saya sematkan ke nasib Sonya Depari kemudian. Tidak bisa dibilang beruntung, lebih dekat dengan kata malang, kisah Sonya justru langsung meredup dengan berita mengejutkan dari kematian ayah kandungnya yang mendadak.
Makmur Depari, ayah Sonya, diberitakan meninggal dunia karena serangan jantung.
Sang ayah, tentu mengalami cobaan batin yang besar melihat apa yang anaknya lakukan menjadi berita nasional yang dibicarakan dimana-mana. Berseliweran dengan berita koruptor ini atau itu serta penyanderaan warga negara kita di Filipina. Apalagi melihat bagaimana jagat dunia maya memperlakukan sang anak, ayah mana yang tidak merasa pilu.
Sonya tentu tidak pernah tahu di detik dia marah-marah kepada bu Polwan Perida Panjaitan, segala hal akan saling berkaitan hingga kematian sang ayah. Kalau dia tahu, mungkin dia tidak akan membentak dan mengancam. Mungkin dia tidak akan ikut konvoi selepas ujian. Mungkin dia langsung pulang ke rumah dan menghabiskan waktu dengan ayah.
Andai saja kita, masyarakat ini tahu, mungkin kita akan lebih santun dalam merundung Sonya. Mungkin akan lebih banyak nasihat dan kasih sayang yang kita keluarkan untuknya alih-alih hujatan. Mungkin kita tidak akan membuat meme, menulis blog, menulis update status,atau sekedar komentar bercanda di lini masa yang entah bagaimana sedikit banyak juga menyakiti ayah Sonya.
Duh, Sonya. Semoga kamu, saya, dan kita semua bisa belajar banyak dari kisah mu ini ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H