Mohon tunggu...
Abdul Basir
Abdul Basir Mohon Tunggu... profesional -

Mantan guru Biologi. Sedang aktif di dunia Startup. Penulis dan pencerita macam-macam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Mengajar Dibayar Pakai Singkong dan Ganja, Serta Kisah Sedih yang Itu-itu Saja Soal Profesi Guru

19 Februari 2016   16:49 Diperbarui: 19 Februari 2016   17:17 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru juga harus berperan sekaligus sebagai konsultan, pengawas, diplomator, auditor, perawat, psikolog, komedian, ilmuwan, teman, orangtua, dan kakak. Kecuali pacar.

"Guru-guru ini bagaimana sih, masa nilai anak saya begini-begini saja" Adalah satu kalimat frustasi, penyesalan, kepasrahan, putus asa, atau kemarahan dari orangtua yang sering di dengar. Jeleknya, saya sering ngedumel sendiri. "Ibu ga mau tau sih anak nya di sekolah kayak apa...". 

Penuh tekanan jadi guru itu. Makanya sedih banged kalau denger kisah ada guru zaman sekarang masih di gaji sekian rupiah (ga tega nyebutin nominal nya). Dan karena itu lah saya setuju kalau guru-guru yang belum diangkat jadi PNS itu diangkat semua saja jadi PNS secepatnya. Pemerintah harus tanggung jawab terhadap golongan kecil rakyat dimana masa depan bangsa ini sedang disandarkan. Bukan malah bersembunyi dan bermanis-manis di media terus habis itu lupa.

Wah, saya kenal banyak guru yang sudah mengajar puluhan tahun, menunggu jadi PNS, tapi ya gitu-gitu aja akhir ceritanya. Puluhan tahun lho itu ! Bayangkan kalau bisa dimanfaatkan untun mengerjakan hal lain yang lebih produktif. Atau setidaknya, dikonversi jadi singkong deh.

Walaupun begitu, kesalahan tidak hanya ada di pemerintah. Para guru terutama calon guru juga kebagian salah.

Kabar sedihnya profesi guru itu kan tidak pernah dirahasiakan. Kita bisa melihatnya dengan bebas pada berita di televisi. Membaca keprihatinannya di koran. Mendengar kepiluannya dari sesama teman.

Lha kok sudah begitu masih pada mau saja jadi guru?

Apalagi kamu-kamu yang bersatus calon guru. Atau bercita-cita jadi guru. Lha sudah tahu seperti apa profesi guru itu kok yo tetap punya niat jadi guru? Lalu setelah itu protes sana-sini tentang tunjangan dan kesejahteraan. Lha kan kamu sudah tahu dari awal? Harusnya ga boleh protes dong!

Mungkin demo tempo hari itu kurang greget buat pemerintah. Media saja sudah malas ngeliput perkembangannya. Ayo kita keluar saja ramai - ramai dari profesi guru. Biar pemerintah yang kemudian memanggil kita kembali dan mewujudkan janji-janji kesejahteraan untuk bapak ibu guru sekalian.

Saya tidak usah, karena ini adalah tahun terakhir saya menjadi seseorang yang berprofesi guru. Tapi, Insya Allah saya akan selalu mengajar.

Klaim :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun