Mohon tunggu...
SELENA AULIA
SELENA AULIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

~~~

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengatasi Kesenjangan dalam Pendidikan PAI di Era Media Sosial: Optimalisasi Pendidikan Akhlak dan Etika Digital

5 Oktober 2024   13:32 Diperbarui: 5 Oktober 2024   13:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman digital seperti sekarang ini, teknologi berkembang super cepat, terutama di media sosial. Rasanya hidup jadi lebih gampang, kan? Mau ngobrol sama teman jauh tinggal kirim pesan, mau cari informasi tinggal scroll, bahkan semua aktivitas sehari-hari bisa kita lakukan lewat layar. Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada satu masalah yang mulai muncul dan makin terasa, kurangnya etika dalam berinteraksi di dunia maya. 

Banyak dari kita yang dengan santainya menyebarkan berita tanpa cek dulu kebenarannya, ikutan nge-bully, atau bahkan terlibat dalam drama ujaran kebencian online. Hal-hal kayak gini bikin kita sadar bahwa pendidikan akhlak dan etika digital itu penting banget, apalagi dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI). Yuk, kita bahas lebih lanjut kenapa hal ini sangat relevan untuk diterapkan sekarang!

Oke, jadi pertama-tama kita coba flashback dulu, deh, gimana media sosial mengubah cara kita berkomunikasi. Kalau dulu kita harus janjian ketemu atau telepon buat ngobrol panjang lebar, sekarang? Cukup ketik pesan atau tinggal buka kolom komentar, langsung terhubung! Nah, saking gampangnya, banyak orang merasa bebas banget buat ngomong apa aja, tanpa mikirin efek dari kata-kata mereka. Banyak yang ngerasa "yaudah lah, cuma komentar doang ini," padahal dampaknya bisa besar banget, lho. 

Di sinilah pentingnya pendidikan akhlak. Kita perlu menanamkan pada generasi muda (termasuk diri kita sendiri) untuk lebih bertanggung jawab setiap kali mereka menggunakan media sosial. Ingat, pendidikan akhlak itu bukan cuma sekedar pengetahuan di kelas, tapi juga harus benar-benar diterapin di kehidupan sehari-hari, termasuk dalam setiap interaksi online yang kita lakukan.

Kalau ngomongin PAI, kurikulumnya sebenarnya udah mencakup banyak banget nilai-nilai etika yang penting. Cuma, sekarang kita perlu lebih spesifik lagi buat ngegabungin ajaran-ajaran itu dengan etika digital. Misalnya, ajaran tentang kejujuran dan menghargai sesama bisa langsung diterapkan dalam konteks media sosial. Kita bisa kasih contoh gimana penyebaran berita palsu atau hoaks bisa ngerugiin banyak orang. Bukan cuma secara teori, tapi juga mereka bisa langsung lihat efeknya di kehidupan nyata. Dengan cara ini, peserta didik nggak cuma belajar soal nilai-nilai agama, tapi juga ngerti gimana tindakan mereka di dunia maya itu punya konsekuensi nyata. Ini bakal ngebantu mereka lebih sadar dan bijak dalam menggunakan teknologi. 

Selain soal jujur dan menghormati, ada lagi nih yang nggak kalah penting: privasi online. Kita sering banget nggak sadar bahwa informasi pribadi yang kita share di media sosial bisa dipakai orang lain buat hal-hal yang nggak baik. Serem, kan? Makanya, melalui pendidikan akhlak, pendidik juga harus mengajarkan peserta didik soal pentingnya ngerti batasan dalam berbagi informasi. Jangan sampai kita terlalu gampang nge-share hal-hal pribadi tanpa mikir panjang. Ini bakal melatih mereka buat lebih hati-hati sebelum nge-post sesuatu, biar nggak ada yang dirugikan di kemudian hari.

Terus, ada satu lagi masalah yang sayangnya makin sering terjadi: cyberbullying. Duh, ini sih bener-bener bikin resah. Banyak banget remaja yang jadi korban bullying di dunia maya, dan efeknya itu bisa serius banget buat kesehatan mental mereka. Di sinilah pentingnya kita mengajarkan empati dan rasa saling menghargai lewat pendidikan akhlak. 

Peserta didik harus diajak buat lebih ngerti perasaan orang lain, dan diajarin untuk nggak asal ngomong atau bertindak yang bisa nyakitin orang lain, apalagi di dunia maya. Kalau kita bisa tanamkan rasa empati ini dari awal, bisa kebayang nggak sih gimana damainya dunia maya kita? Bakal lebih banyak vibes positif ketimbang drama-drama nggak penting. Terus, ada juga literasi digital yang nggak kalah penting buat dipelajari. Di zaman informasi yang serba cepat kayak sekarang, peserta didik nggak cuma perlu diajarin buat baca berita, tapi juga buat memilah mana yang benar dan mana yang hoaks. Mereka perlu belajar gimana caranya ngecek sumber berita, biar nggak gampang kebawa arus informasi yang salah. Ini penting banget buat ngebantu mereka jadi pengguna media sosial yang lebih kritis dan nggak gampang ketipu sama info yang nggak jelas.

Nah, sekarang pertanyaannya: gimana cara kita mengoptimalkan pendidikan akhlak dan etika digital dalam PAI? Kolaborasi antara sekolah dan orang tua jelas jadi kunci utama. Orang tua harus ikut berperan dalam memberi nilai-nilai etika di rumah, biar anak-anak dapet reinforcement yang konsisten, nggak cuma di sekolah tapi juga di lingkungan keluarga. Terus, sekolah juga harus kasih ruang buat peserta didik berdiskusi tentang masalah-masalah aktual di dunia maya, kayak bullying online atau penyebaran hoaks. Dengan cara ini, peserta didik nggak cuma dapat teori, tapi juga bisa langsung mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan situasi nyata yang mereka hadapi sehari-hari. 

Dan, teknologi itu nggak selamanya jadi musuh, kok! Kita bisa banget memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan akhlak. Misalnya, bikin konten-konten edukatif di platform media sosial yang sering dipake peserta didik. Dengan begitu, mereka bisa belajar tentang etika digital lewat media yang mereka seneng dan familiar. Ini bakal bikin mereka lebih mudah memahami dan menerima pesan-pesan moral yang pengen kita sampaikan. Seru, kan? Kita bisa bikin belajar jadi lebih asyik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Jangan lupa, melibatkan komunitas juga penting, lho! Kegiatan sosial atau kampanye kesadaran tentang etika digital bisa jadi cara efektif buat nyebarin pesan-pesan positif ini ke masyarakat luas. Dengan melibatkan banyak elemen, kita bisa bareng-bareng menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan sehat buat generasi muda kita, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Jadi, pada akhirnya, pendidikan akhlak dan etika digital dalam PAI itu bukan cuma soal pelajaran, tapi justru jadi solusi penting buat ngatasi tantangan di era media sosial ini. Kita semua punya peran dalam menciptakan generasi yang nggak cuma cerdas, tapi juga punya moralitas dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Yuk, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, buat jadi contoh yang baik di dunia maya dan bantu generasi muda kita tumbuh jadi pribadi yang lebih baik, nggak cuma di kehidupan nyata, tapi juga di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun