Mohon tunggu...
selda yanti
selda yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Tiktok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori perkembangan moral yang dikemukakan Lawrence Kohlberg

20 Januari 2025   12:30 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Perkembangan Moral oleh Lawrence Kohlberg adalah salah satu teori utama dalam psikologi perkembangan yang berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan moral. Kohlberg memperluas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan moral dengan mengusulkan bahwa perkembangan moral berlangsung melalui tiga tingkat utama, yang masing-masing terdiri dari dua tahap.

Tiga Tingkat Perkembangan Moral:

1. Tingkat Pra-Konvensional (Pre-conventional Level)

Moralitas didasarkan pada konsekuensi langsung dari tindakan, seperti hukuman atau hadiah.

Biasanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga dapat terlihat pada orang dewasa yang belum matang secara moral.

Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Ketaatan (Obedience and Punishment Orientation)

Individu mematuhi aturan untuk menghindari hukuman.

Moralitas dilihat sebagai sesuatu yang ditentukan oleh otoritas eksternal.

Contoh: "Jika saya mencuri, saya akan dipenjara, jadi itu salah."

Tahap 2: Orientasi Kepentingan Diri (Self-Interest Orientation)

Tindakan didorong oleh kepentingan pribadi dan kemungkinan mendapatkan imbalan.

Ada kesadaran bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan, tetapi fokus tetap pada manfaat pribadi.

Contoh: "Saya akan membantu kamu jika kamu membantu saya."

2. Tingkat Konvensional (Conventional Level)

Moralitas didasarkan pada norma sosial, ekspektasi kelompok, dan keinginan untuk menjaga harmoni sosial.

Umumnya muncul pada masa remaja dan dewasa muda. 

Tahap 3: Orientasi Kesepakatan Sosial (Interpersonal Accord and Conformity)

Individu bertindak untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain dan mempertahankan hubungan baik.

Moralitas dilihat dari perspektif orang lain, seperti keluarga atau teman.

Contoh: "Saya tidak akan mencuri karena orang lain akan menganggap saya buruk."

Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban (Authority and Social Order Maintaining Orientation)

Moralitas didasarkan pada penghormatan terhadap hukum dan kewajiban untuk menjaga ketertiban sosial.

Aturan dipandang sebagai panduan yang harus diikuti demi stabilitas masyarakat.

Contoh: "Saya tidak akan mencuri karena itu melanggar hukum dan mengganggu masyarakat".

3. Tingkat Pasca-Konvensional (Post-conventional Level)

Moralitas didasarkan pada prinsip-prinsip etika universal yang melampaui aturan atau norma sosial.

Tidak semua orang mencapai tingkat ini; sering kali memerlukan refleksi mendalam dan pemikiran kritis. 

Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial (Social Contract Orientation)

Individu memahami bahwa aturan dan hukum dapat diubah untuk mencerminkan nilai-nilai sosial yang lebih besar.

Ada penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Contoh: "Meski mencuri itu ilegal, mencuri obat untuk menyelamatkan nyawa seseorang mungkin bisa dibenarkan."

Tahap 6: Orientasi Prinsip Etika Universal (Universal Ethical Principles Orientation)

Moralitas didasarkan pada prinsip-prinsip etika universal seperti keadilan, kesetaraan, dan martabat manusia.

Individu bertindak berdasarkan hati nurani, meskipun itu berarti melanggar hukum atau norma sosial.

Contoh: "Saya menolak mendukung ketidakadilan, meskipun itu berarti melawan hukum."

Ciri-Ciri Teori Kohlberg:

1. Universalitas:

Kohlberg berpendapat bahwa tahap-tahap ini bersifat universal, terjadi di berbagai budaya dan masyarakat.

2. Linear dan Bertahap:

Perkembangan moral mengikuti urutan yang tetap, dari tahap 1 hingga tahap 6, meskipun tidak semua individu mencapai tahap tertinggi.

3. Berfokus pada Penalaran:

Teori ini menekankan bagaimana individu berpikir dan memberikan alasan untuk keputusan moral mereka, bukan hanya pada tindakan mereka. 

Kritik terhadap Teori Kohlberg:

1. Bias Gender:

Penelitian Kohlberg sebagian besar didasarkan pada subjek pria, sehingga kritik seperti dari Carol Gilligan menunjukkan bahwa teori ini mengabaikan perspektif moral perempuan, yang sering kali lebih berorientasi pada hubungan dan perawatan (ethics of care).

2. Bias Budaya:

Tahap-tahap post-konvensional mungkin kurang relevan dalam budaya yang lebih menekankan pada harmoni kelompok daripada prinsip individual.

3. Fokus pada Penalaran, Bukan Tindakan:

Teori ini hanya mengukur kemampuan berpikir moral, bukan perilaku moral aktual individu.

Penerapan Teori Kohlberg:

1. Dalam Pendidikan:

Mendorong diskusi etika dan moral di kelas untuk membantu siswa mengembangkan penalaran moral mereka.

2. Dalam Parenting:

Membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dengan menggunakan dialog moral, bukan hanya hukuman.

3. Dalam Hukum dan Kebijakan:

Mempertimbangkan prinsip-prinsip moral dalam merancang kebijakan publik yang adil dan manusiawi.

Teori Kohlberg memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana manusia berkembang dalam pengambilan keputusan moral sepanjang hidup mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun