Pernahkah kamu tiba-tiba merasa, "Kenapa dadaku sakit? Napasku pendek, keluar keringat dingin, ini kenapa?" Jika iya, kemungkinan besar kamu sedang mengalami serangan panik (panic attack). Tapi, jika serangan ini terus berulang, dengan kemunculan yang tidak dapat diprediksi, itu bisa menjadi tanda panic disorder.
Berbeda dengan gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder), pada panic disorder tingkat kecemasan saat tidak ada serangan bisa nol alias tidak ada sama sekali. Namun, saat serangan terjadi, kecemasannya melonjak tajam. Kondisi ini adalah salah satu bentuk gangguan mental serius yang membutuhkan perhatian khusus.
Apa Itu Panic Disorder?
Panic disorder, atau gangguan panik, secara harfiah dapat diartikan sebagai "tenggelam dalam kepanikan." Penyakit ini pertama kali didiagnosis pada tahun 1832 oleh seorang ahli bedah jantung bernama James Hope. Ia memperhatikan bahwa di antara pasiennya yang mengalami irama jantung tidak teratur dan cepat, ada satu yang menunjukkan reaksi psikologis. Pasien tersebut merasakan ketakutan dan kecemasan berlebihan, merasa bahwa ia akan mati karena kondisi jantungnya. Meskipun hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa tidak ada masalah serius dengan jantungnya, pasien tersebut tetap tidak mempercayainya dan terperangkap dalam ketakutannya sendiri. Kondisi psikologisnya semakin memburuk, menjadi lebih murung, dan dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif.
Pada tahun 1940-an, gangguan ini yang awalnya disebut sebagai "penyakit jantung tidak stabil" atau "penyakit jantung sensitif" akhirnya diakui sebagai gangguan psikologis dan bukan penyakit dalam. Dr. Donald F. Klein kemudian melakukan diagnosa yang lebih mendalam, menyimpulkan bahwa gangguan ini bukanlah kecemasan kronis biasa, melainkan jenis kecemasan yang datang secara tiba-tiba dan intens.
Penelitian menunjukkan bahwa siapa saja bisa mengalami panic disorder, meskipun kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Biasanya, gangguan ini muncul pada masa remaja atau dewasa muda, seringkali dipicu oleh tekanan hidup atau peristiwa emosional yang sangat membebani.
Mengapa Ini Terjadi?
Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, penyebab panic disorder tidak sepenuhnya jelas. Namun, ada beberapa faktor yang sering menjadi pemicu:
Faktor Biologis
Riwayat keluarga dengan gangguan serupa, ketidakseimbangan biokimia di otak, atau penyakit sistemik seperti diabetes yang tidak terkontrol.Faktor Psikologis
Perkembangan kepribadian yang membentuk cara seseorang menghadapi stres sejak kecil.Faktor Sosiokultural
Lingkungan hidup yang penuh tekanan atau trauma sejak kecil hingga dewasa.
Beberapa kondisi spesifik yang sering memicu serangan panik meliputi trauma, pola hidup tidak sehat (misalnya konsumsi kafein berlebihan), hingga perubahan hidup drastis seperti kehilangan pekerjaan atau perceraian.
Gejala yang Harus Diwaspadai
Gejala panic disorder bisa berupa:
- Fisik: Jantung berdebar, sesak napas, pusing, mual, berkeringat, hingga mati rasa.
- Psikologis:Â Takut kehilangan kontrol, takut gila, atau takut mati.
- Perilaku: Dorongan untuk segera buang air besar atau kecil.
Cara Mengatasi Panic Disorder
Latihan Pernapasan
Teknik ini sederhana tapi efektif. Tarik napas perlahan selama 4 detik, tahan 4 detik, lalu hembuskan selama 6 detik. Ulangi beberapa kali hingga merasa lebih tenang.Psikoterapi
- Psikoterapi Suportif: Memberikan validasi, dukungan, dan nasihat yang tepat.
- Terapi Perilaku dan Kognitif: Membantu mengubah pola pikir negatif.
- Psikoterapi Rekonstruktif: Untuk kasus yang lebih kompleks, terapi ini mendalam dan fokus pada penyebab utama kecemasan.
Obat-obatan
Dokter mungkin akan meresepkan:- Antidepresan, seperti SSRI (fluoxetine, sertraline) atau SNRI (venlafaxine), biasanya dikonsumsi selama 6 bulan untuk mengurangi serangan.
- Benzodiazepine, seperti alprazolam, untuk mengatasi serangan dalam jangka pendek (4-8 minggu).
Obat-obatan ini harus digunakan sesuai resep dokter.
Pola Hidup Sehat
- Konsumsi makanan bergizi seimbang.
- Rutin berolahraga atau meditasi.
- Hindari alkohol, kafein, dan rokok.
- Tidur cukup 8 jam sehari.
Komunitas Pendukung
Bergabung dengan komunitas yang memahami kondisi ini bisa membantu berbagi pengalaman dan saling memberi dukungan.
Jangan Tunggu, Cari Bantuan!
Jika serangan panik mulai mengganggu aktivitas harianmu, jangan ragu untuk segera mencari bantuan profesional. Panic disorder bukan akhir dari segalanya---dengan kombinasi terapi yang tepat, pengobatan, dan perubahan gaya hidup yang sehat, kondisi ini bisa dikelola, bahkan diatasi sepenuhnya.
Ingatlah, perjalanan untuk mengatasi panic disorder adalah langkah menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Mulailah dengan hal-hal sederhana, seperti mencatat pemicu serangan atau berbicara dengan orang terdekat. Kamu tidak sendiri, dan bantuan selalu ada di sekitarmu.
Kamu juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan online melalui aplikasi seperti Halodoc atau platform serupa untuk mendapatkan akses cepat ke psikiater. Untuk konsultasi langsung di rumah sakit, kabar baiknya adalah layanan kesehatan mental---termasuk konsultasi psikiater, diagnosis, pengobatan, dan terapi---ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Jadi, jangan biarkan panic disorder mengambil kendali atas hidupmu. Langkah kecil yang kamu ambil hari ini bisa membuka jalan menuju pemulihan yang lebih besar .
Referensi
Elvira, S. D. (2022). Gangguan panik. Kementerian Kesehatan Indonesia. Diakses dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1992/gangguan-panikÂ
Kim, H., & Park, J. (2019). Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Diakses 2025
Kurniawan, D., Mu'arifah, N. E. I., & Ma'shum, A. R . (2022). Analisis Eskalasi Panic Attack And Anxiety Disorder terhadap Kesehatan Mental Remaja. Journal of Broadcasting and Islamic Communication Studies, 3(2). Institut Pesantren Sunan Drajat. Diakses dari https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3033617&val=27489&title=Analisis%20Eskalasi%20Panic%20Attack%20And%20Anxiety%20Disorder%20terhadap%20Kesehatan%20Mental%20RemajaÂ
Penelitian dan Laporan, UNICEF. Diakses pada 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H