Zouheir melanjutkan, pelaku kemudian berupaya melarikan diri dari polisi dan meledakkan dirinya. Ledakan terdengar hingga ke dalam stadion.
Jaksa Francois Molins menuturkan, pelaku diyakini berencana mendetonasi bom tersebut di dalam stadion untuk memicu huru-hara dahsyat, yang berpotensi menewaskan banyak penonton.
Tercatat, setidaknya ada 80.000 penonton, termasuk Presiden Prancis Francois Hollande dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, di dalam stadion.
Ketika ledakan pertama terjadi, Zouheir sempat berpikir bahwa itu hanyalah ledakan kembang api biasa. Kembang api adalah sesuatu yang lumrah di pertandingan sepak bola di Eropa. Namun, ketika dia melihat Presiden Hollande dievakuasi keluar dari stadion di daerah St-Denis itu, Zouheri menyadari ada yang tidak beres.
Tiga menit setelah ledakan yang terjadi di paruh pertama pertandingan itu, ledakan lainnya terjadi di luar stadion. Kemudian, pelaku bom bunuh diri ketiga meledakkan dirinya di dekat restoran cepat saji McDonald.
Salah satu penonton di stadion mengaku mendengar ledakan sebanyak dua kali yang memicu kebingungan.
Ledakan juga dapat terdengar di televisi. Pertandingan tetap berlangsung hingga selesai.
Presiden Federasi Sepak Bola Perancis Noel le Graet mengatakan, informasi ledakan tidak disiarkan ke stadion untuk mencegah terjadinya kepanikan dan huru-hara. Berita ini akhirnya tersiar sendiri dari mulut ke mulut di antara penonton. Namun demikian, kesebelasan Jerman memilih tetap tinggal di ruang ganti stadion dan baru meninggalkan lokasi keesokan paginya.
Serangan ini memicu kekhawatiran akan keamanan Perancis mengingat Negeri Mode ini akan menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola Euro 2016 yang akan digelar Juni 2016.
Sumber:Â https://www.selasar.com/budaya/inilah-5-fakta-unik-dari-tragedi-paris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H