Mohon tunggu...
Selasar.com
Selasar.com Mohon Tunggu... -

Selasar adalah Platform tanya jawab, tempat Anda memperluas jejaring pengetahuan. Selasar, tanya, tahu, terhubung.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Inilah 5 Mitos Seputar Pantai Pasir Putih Malikan

7 November 2015   14:46 Diperbarui: 7 November 2015   14:55 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Pasir Putih Malikan, lebih dikenal dengan singkatan Papuma, merupakan salah satu obyek wisata andalan terbaru kota Jember, Jawa Timur. Pesona pantai Papuma yang indah kini membuatnya banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Di balik keindahannya, pantai Papuma diselimuti oleh serangkaian mitos dan legenda. Mulai dari batu batu karang misterius hingga rumor korban jiwa yang dikaitkan dengan Ratu Pantai Selatan. Dikutip dari 5berita.com, inilah 5 Hal Bernuansa Gaib di Pantai Papuma.

 

1. Mitos Ombak Papuma yang Memakan Korban

 Terletak di daerah pesisir Jawa Timur, Pantai Papuma merupakan bagian dari rangkaian garis pantai di selatan Pulau Jawa. Karenanya, sama seperti pantai selatan di daerah daerah lain, pantai ini juga dikenal karena ombaknya yang ganas. Gulungan ombak berkekuatan tinggi Papuma seringkali mencelakakan wisatawan yang berkunjung. Sudah banyak korban yang hanyut terseret ombak Pantai Papuma yang berbahaya.

Seringnya kecelakaan yang terjadi di sini dikait kaitkan dengan Nyi Roro Kidul, sang penguasa pantai selatan yang konon memang sering mengambil korban manusia untuk dijadikan penghuni kerajaan gaibnya. Entah hal ini benar atau tidak. Karena angka kecelakaan yang tinggi, pihak pengelola menempatkan beberapa buah papan peringatan bagi pengunjung agar tidak berenang di pantai.

 

2. Mitos Pulau Tak Bernama yang Dihuni Ular Berbisa

 

Salah satu ciri khas Pantai Papuma adalah gugusan batu karang berukuran raksasa yang oleh penduduk setempat disebut pulau atau gunung kecil. Total ada tujuh tonjolan batu karang yang jika dilihat dari sudut tertentu tampak seperti berderet. Masing masing batu memiliki nama, yaitu Dhampar Kencana, Genteng, Kura-Kura, Kodok, Kresna, Narada, dan Kajang.

Namun ada sebuah batu karang yang tak memiliki nama sendiri. Batu karang ini dihindari oleh warga setempat. Tak ada yang berani mengunjunginya karena konon karang tersebut dihuni banyak ular berbisa.

 

3. Mitos Batu Malikan

Menurut situs resmi Papuma, “malikan” yang menjadi asal usul nama pantai ini adalah sebuah batu datar yang mirip kerang raksasa berjajar di sepanjang bentangan pantai yang menghadap ke Barat. Karena letaknya yang bersebelahan dengan Pantai Watu Ulo, Papuma pun berbagi sejumlah mitos dan legenda yang sama dengan pantai tetangganya itu.

Batu Malikan konon merupakan tempat di mana Raden Mursada dan Mursaud (atau Marsudo dan Joko Samudera menurut versi cerita yang lain) memancing. Di atas batu itu, Mursada tak sengaja memancing ikan ajaib Raja Mina yang kemudian ia lepaskan. Di situ pula kail Mursaud tersangkut ular raksasa. Ular tersebut kemudian dibelah menjadi tiga bagian oleh Mursada dengan cemeti pemberian Raja Mina.

 

4. Mitos Gua Lawa

 

Di salah satu bagaian Pantai Papuma terdapat batu karang dengan ceruk kecil yang oleh penduduk setempat dinamakan Gua Lawa atau gua kelelawar. Gua ini tidak selalu bisa dilihat wisatawan. Hanya saat air sedang surut saja Gua Lawa tampak.

Menurut mitos yang dipercayai penduduk setempat, gua ini merupakan tempat bersemayam Dewi Sri Wulan, salah satu putri penguasa pantai selatan. Gua ini juga merupakan tempat Kyai Mataram bersemedi.

 

5. Mitos Larung Sesajen Agar Panen Melimpah

 

Mitos Papuma
Mitos Papuma
Di Pantai Papuma, rutin dilakukan ritual larung sesajen. Larung sesajen ini merupakan tradisi yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu. Biasanya, warga sekitar ramai ramai mendoakan sesajen. Setelah didoakan, sesajen dihanyutkan ke laut.

Setidaknya, terdapat dua tujuan ritual satu ini. Pertama, sebagai perwujudan rasa syukur atas kelimpahan panen ikan tahun ini. Kedua, sebagai bentuk permohonan agar panen ikan terjadi sepanjang tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun