Mohon tunggu...
Harun Al Rasyid Selano
Harun Al Rasyid Selano Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sorong, Komisariat UNIMUDA.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dekontekstualisasi Islam

9 Juli 2020   15:55 Diperbarui: 9 Juli 2020   16:08 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Dalam kutipan ayat suci diatas, kita bisa melihat dua dimensi yang ada dalam diri manusia sekaligus, yaitu dimensi ilahiyah (ruh) dan dimensi jasadiyah (jasad). Jasad kasar manusia itu terbuat dari bahan dasar yang berasal dari alam semesta, yaitu tanah. Sebagaimana pula bahan dasar penciptaan makhluk lain yang juga berasal dari alam semesta seperti jin (yang tercipta dari api), mka semuanya memiliki karakter (nature) yang sama, yaitu suatu ketundukan dan kepasrahan pada Penciptanya. Sebagaimana alam semesta yang memiliki sifat dasar ketundukan dan juga ketaatan , maka bagi manusia yang juga adalah memiliki unsur-unsur dari alam semesta yang ada pada dirinya, dengan sendirinya mempunyai sifat yang demikian (yaitu sifat ketaatan dan ketundukan/Islam) .


Akan tetapi berbeda dari ciptaan yang lainnya (benda-beda mati), manusia disamping mempunyai bahan dasar penciptaan dari alam semesta, dia juga mempunyai keunikan sendiri yang membedakannya dari ciptaan selainnya, yaitu dia mempunya dimensi Ilahiyah. Sebagaimana dalam kutipan ayat suci diatas, bahwa ketika Allah Swt. telah selesai memperindah ciptaan-Nya yang pertama (Adam), tahap berikutnya adalah Dia kemudian meniupkan 'Ruh' ciptaan-Nya sendiri kedalam tubuh yang telah terbentuk itu. Sehingga dengan adanya dimensi ruh tersebut, manusia kemudian memiliki kecenderungan yang membebaskan.


Perbedaan ketundukan antara manusia dengan ciptaan lainnya adalah bahwa benda-benda di alam semesta ini menundukkan diri kepada Allah dengan dua sikap, yaitu secara taat dan secara terpaksa. Sementara ketundukan dan kepatuhan manusia (berIslam)nya adalah merupakan sebuah pilihan berdasarkan kebebsan yang telah diberikan Allah kepadanya. oleh karena adanya kebebasan (free will) tersebut, maka manusia yang akan menanggung sendiri akibat dari pilihannya itu di hadapan Allah Swt pada hari penghakiman nanti (Kiamat).  Akan menjadi hal yang tidak rasional jika Allah menghukum seorang manusia tanpa memberikan potensi kebebasan kepadanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun