Yang artinya "Ketahuilah, bahwa dalam jasad manusia itu ada segumpal daging, yang apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah pula seluruh jasad itu, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati". (H.R Bukhori-Muslim).
Tinjauan Spiritual Hadist
Dalam hadist itu sebagaimana kata 'Qalbu' yang kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai 'Hati', tetapi terjemahan itu sebenarnya kurang tepat, sebab hati itu tidak terlihat, sementara dalam hadist tersebut sebelumnya menggunakan kata 'Mudghoh' yang memiliki arti 'Segumpal daging'. Kata Mudghoh ini bisa dijumpai dalam Al-Qur'an Surah 23:14 dan Surah 22:5.Â
Yang mana dalam kedua ayat itu berbicara tentang proses seeta tahapan penciptaan manusia, dan kata 'mudhgoh' itu diterjemahkan menjadi 'Segumpal Daging'. Dan memang demikian, karena konsekuensi logisnya adalah segumpal daging itulah yang nantinya menjadi manusia dan BISA DIAMATI (terlihat). Jadi pada hadist diatas itu, kata 'Qalbu' itu sebenarnya merujuk kepada 'Jantung', karena itulah terjemahan yang paling sesuai dan logis.
Sementara jika hadist itu dipahami dari sudut pandang pengaruh religiusitasnyanya, maka akan bersesuian dengan ayat Al-Qur'an Surah 22:46, yang artinya
 "Apakah mereka tidak berjalan di atas muka bumi itu sehingga HATI menjadi paham, atau telinga mendengarkan. Sesungguhnya yang buta itu bukanlah mata, melainkan hati-hati yang ada dalam dada".
 Ayat yang semisal ini juga terdapat dalam Q.S 07:178.
Dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata ' ' yang merupakan bentuk 'plural/jamak' dari kata ' ', yang berarti 'Hati'. Kemudian kata itu disandingkan dengan kata '' yang merupakan bentuk kata kerja 'present dan future' untuk kata ganti orang 'mereka', yang berarti 'mereka memahami'. Pendeknya, kata  itu dipasangkan dengan kata yang berarti 'Memahami'. Pertanyaannya apakah sebenarnya korelasi antara "hati' dan 'pemahaman'?. Sangat jelas berkorelasi karena bahasa lain dari hati itu adalah akal. Hati dan akal sama-sama bersifat abstrak (tidak terlihat), sengankan jantung dan otak adalah organ tubuh manusia yang bisa diamati.
Maka berkata asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, kita mengimani keterangan al-Qur'an bahwa akal terletak dalam jantung, meski kita tidak mengetahui bagaimana keterkaitannya. (Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, hlm. 134)
Allah 'azza wa jalla menjadikan seluruh tubuh tunduk patuh kepada jantung. Apa yang menetap di dalam jantung akan tampak pada pergerakan tubuh. Jika jantung tersebut baik, tubuh baik pula. Sebaliknya, apabila buruk, tubuh pun buruk. Sebab, jantung merupakan sumber gerakan tubuh dan keinginan jiwa. Jika jantung menginginkan hal yang baik, tubuh bergerak dengan pergerakan yang baik. Demikian pula sebaliknya.
Kesimpulannya adalah sebagai mana yang dikatakan orang bijak, bahwa jantung  itu seperti raja dan tubuh seperti rakyat. Adapula yang mengatakan, jantung adalah raja, sedangkan anggota tubuh yang lain adalah tentaranya yang sangat patuh, mengikuti semua titah sang raja tanpa sedikit pun menyelisihinya.