Mohon tunggu...
Lyfe

Penarikan yang Menghebohkan

19 Februari 2016   19:01 Diperbarui: 19 Februari 2016   19:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah satu bulan penuh (18 Januari s/d 18 Februari 2016), acara Praktik Kerja Lapangan (PKL) Terpadu Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram secara resmi ditarik pada hari Kamis (18/2) lalu di Auditorium IAIN Mataram. Peserta yang hadir saling berdesakan, bahkan ada yang tidak dapat kursi duduk. Pertama kali dalam sejarah acara besar FDK dihadiri berbagai unsur lambaga sosial yang bergerak di berbagai lingkup. Dinas Sosial Daerah Nusa Tenggara Barat ikut hadir dan menyampaikan sambutan dalam acara itu.

Angka 5 vs 6 di spanduk terpampang

Kehebohannya bukan terletak pada kapasitas yang sangat banyak itu. Tapi, pada spanduk yang bertuliskan tahun 2016. Tidak banyak yang mencermati bahwa angka 6 di tahun itu sebenarnya angka 5 yang mungkin salah cetak atau tema yang dipakai tahun lalu dipakai lagi. Kalau dipikir-pikir dengan meriahnya acara itu, dan banyaknya dana yang dikeluarkan oleh pihak bendahara rasanya nggak mungkin tema tahun lalu yang dipakai lagi. Salah cetak kemungkinan besar terjadi pada spanduk itu.

Dengan begitu, angka 5 yang sudah terlanjur itu disambung perutnya pakai selirban hitam. Kendati demikian, tidak bisa disembunyikan bahwa itu adalah angka 5 sebab keliatan sekali ekornya yang memanjang ke atas lalu datar ke belakang, bukan naik melingkar ke belakang seperti ekor angka 6 yang ke belakang. Coba dah lihat perbedaannya jauh sekali antara (5 vs 6).

Dari beberapa pejabat kampus dan dinas sosial tidak ada yang mengomentari hal itu. Biasa-biasa saja nama juga manusia banyak salah dan lupa.

Musik dihentikan di tengah jalan

Sebelum acara itu dimulai dan untuk menyambut tamu dan para peserta yang hadir. Group band musik BKSM Kampus menghibur dengan lima lagu. Dentuman musiknya kurang bersih, alatnya masih banyak nyaring di sana-sini yang walaupun vokalisnya merdu dan bersuara emas-ke keemasan.

Tibalah rombongan tamu yang berdampingan jalan dengan Rektor IAIN Mataram Dr Mutawalli memasuki auditorium yang sudah panas dan ramai itu. Sambil jalan mendekati kursi di depan yang sudah disediakan, pak rektor memberi intruksi secepatnya hentikan semua acara music yang saat lagunya belum selesai. Selesailah music itu dengan perginya para personel meninggalkan alat music di panggung dengan ketawa-ketawa turun. Acara penarikan pun segera dimulai. 

Rektor tantang debat secara akademik

Setelah dibuka, pemabacaan Kalam Ilahi oleh qori’ mahasiswa sendiri, sambutan ketua panitia yang suaranya dari mix kurang jelas, dan sambutan Ibu dekan yang panjang lebar. Tibalah giliran Pak Rektor Dr Mutawalli menyampaikan sambutan.

Di tengah sambutannya, Dr Mutawalli menegaskan, bahwa fakultas dakwah bukan fakultas teroris dan IAIN pada umumnya tidak menerima serta haram bagi kelompok-kelompok ekstremis. IAIN dan fakultas dakwah khususnya harus inklusip menerima dan bisa bergaul dengan siapa saja demi kemanusiaan.

Perjuangan kampus putih IAIN Mataram tidak lain adalah kemanusiaan. “Manusia dan kemanusiaan yang harus kita perjuangkan bersama. Bukan yang lain. Dan kalau ada yang menolak tentang hal ini saya siap debat secara akademis dengan dia,” paparnya dengan penuh semangat.

Mendengar pernyataan rektor “siap debat” itu, semua mata hadirin tertuju pada podium tersebut. Dr Subhan Abdullah Acim (Wakil rektor III Bidang kemahasiswaan, tokoh Muhammadiyah NTB, dan ketua penerjemah Juz ‘Amma bahasa sasak) dan Dr TGH Lalu Zaenuri (Pembantu Dekan I sekaligus Sekretaris penerjemahan Juz ‘Amma bahasa sasak) yang duduk berjejer di depan bersama kursi rektor di podium itu secara serentak memandang kea rah rektor tersebut sesekali menganggukkan kepala.

Memang seperti biasanya, pernyataan-pernyataan rektor dalam sambutannya sangat agresip tentang prospek yang berbau kekinian alias selalu aktual. Apalagi beliau pernah menulis sebuah buku yang controversial mengomentari salah satu pemikiran keagamaan yang sering dibicarakan yakni JIL (jaringan islam liberal) dengan judul buku yang sangat heroic yakni “Jil digugat, menggugat.”

Dalam buku yang ditulisnya itu, terkutip artikel Ulil Abshar al-Abdilla tokoh JIL di beberapa salah satu media nasional. Artinya, kalau dilihat dari bukunya, rektor IAIN Mataram pro dengan JIL walaupun banyak ditentang oleh masyarakat.

Setelah pak rektor turun dari podium, ia tertegun memikirkan sesuatu di tempat duduknya semula yang di sampingnya ada Dr Faizah, Dr Subhan dan Dr Zaenuri.

Khotbah Dr Subhan setelahnya

Tibalah saatnya Dr Subhan Abdullah Acim menyampaikan pesan-pesan khotbahnya di Masjid Raya at-Taqwa Mataram (19/2). Dengan nada keras diselingi sedih dan terdengar menangis. Beliau menyayangkan sudah banyak terjadi fitnah terhadap Islam oleh orang-orang yang sudah tidak cinta lagi kepada Tuhan dan Rasulnya.

Cinta kepada Allah, Nabi Muhammad dan para Sahabat-sahabatnya terbukti apabila seorang muslim mencegah kemungkaran yang dilarang oleh agama apabila melihatnya. Dan bila ia membiarkannya maka itu berarti sudah hilang kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.

Zaman sekarang ini banyak kelihatan umat Islam sudah tidak cinta lagi kepada Allah katanya. Dan terlihat ada upaya memperlemahkan Islam itu sendiri. Ia pun mengutip sebagai ilustrasi kisah seorang sahabat yang ditanya Nabi SAW tentang kesiapan berupa modal apa yang sudah dipersiapkan untuk menemui hari kiamat. Sang sahabat menjawab singkat dengan menyatakan hanya cinta kepada Allah, Rasulullah lah yang saya punya dan selalu menjalankan seruan dan perintah-perintahnya.

Harapannya umat Islam juga bisa mengambil inspirasi dari pembelajaran itu betapa pentingnya kecintaan kepada Allah dan Rasulnya sebagai modal menemui akhirat.

Di akhir khotbah ia melantunkan do’a panjang lebar sambil tersendu-sendu sedih menjiwai apa yang disampaikan. Jama’ah sholat Jumat menunduk, memanjatkan tangan ke atas sambil menganggukkan kepala mendengar dan menyimak do’a seperti itu. Lalu bagaimanakah khotbah Dr TGH Lalu Zaenuri berikutnya di Masjid raya? Pesan apakah yang ingin disampaikan nantinya? Penulis juga masih penasaran olehnya. Soalnya beliau juga merupakan salah satu ‘Ulama yang handal dalam retorika dan mengomentari hal-hal yang aktual terjadi dalam pengalaman bersama masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun