Mohon tunggu...
Lyfe

Penarikan yang Menghebohkan

19 Februari 2016   19:01 Diperbarui: 19 Februari 2016   19:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjuangan kampus putih IAIN Mataram tidak lain adalah kemanusiaan. “Manusia dan kemanusiaan yang harus kita perjuangkan bersama. Bukan yang lain. Dan kalau ada yang menolak tentang hal ini saya siap debat secara akademis dengan dia,” paparnya dengan penuh semangat.

Mendengar pernyataan rektor “siap debat” itu, semua mata hadirin tertuju pada podium tersebut. Dr Subhan Abdullah Acim (Wakil rektor III Bidang kemahasiswaan, tokoh Muhammadiyah NTB, dan ketua penerjemah Juz ‘Amma bahasa sasak) dan Dr TGH Lalu Zaenuri (Pembantu Dekan I sekaligus Sekretaris penerjemahan Juz ‘Amma bahasa sasak) yang duduk berjejer di depan bersama kursi rektor di podium itu secara serentak memandang kea rah rektor tersebut sesekali menganggukkan kepala.

Memang seperti biasanya, pernyataan-pernyataan rektor dalam sambutannya sangat agresip tentang prospek yang berbau kekinian alias selalu aktual. Apalagi beliau pernah menulis sebuah buku yang controversial mengomentari salah satu pemikiran keagamaan yang sering dibicarakan yakni JIL (jaringan islam liberal) dengan judul buku yang sangat heroic yakni “Jil digugat, menggugat.”

Dalam buku yang ditulisnya itu, terkutip artikel Ulil Abshar al-Abdilla tokoh JIL di beberapa salah satu media nasional. Artinya, kalau dilihat dari bukunya, rektor IAIN Mataram pro dengan JIL walaupun banyak ditentang oleh masyarakat.

Setelah pak rektor turun dari podium, ia tertegun memikirkan sesuatu di tempat duduknya semula yang di sampingnya ada Dr Faizah, Dr Subhan dan Dr Zaenuri.

Khotbah Dr Subhan setelahnya

Tibalah saatnya Dr Subhan Abdullah Acim menyampaikan pesan-pesan khotbahnya di Masjid Raya at-Taqwa Mataram (19/2). Dengan nada keras diselingi sedih dan terdengar menangis. Beliau menyayangkan sudah banyak terjadi fitnah terhadap Islam oleh orang-orang yang sudah tidak cinta lagi kepada Tuhan dan Rasulnya.

Cinta kepada Allah, Nabi Muhammad dan para Sahabat-sahabatnya terbukti apabila seorang muslim mencegah kemungkaran yang dilarang oleh agama apabila melihatnya. Dan bila ia membiarkannya maka itu berarti sudah hilang kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.

Zaman sekarang ini banyak kelihatan umat Islam sudah tidak cinta lagi kepada Allah katanya. Dan terlihat ada upaya memperlemahkan Islam itu sendiri. Ia pun mengutip sebagai ilustrasi kisah seorang sahabat yang ditanya Nabi SAW tentang kesiapan berupa modal apa yang sudah dipersiapkan untuk menemui hari kiamat. Sang sahabat menjawab singkat dengan menyatakan hanya cinta kepada Allah, Rasulullah lah yang saya punya dan selalu menjalankan seruan dan perintah-perintahnya.

Harapannya umat Islam juga bisa mengambil inspirasi dari pembelajaran itu betapa pentingnya kecintaan kepada Allah dan Rasulnya sebagai modal menemui akhirat.

Di akhir khotbah ia melantunkan do’a panjang lebar sambil tersendu-sendu sedih menjiwai apa yang disampaikan. Jama’ah sholat Jumat menunduk, memanjatkan tangan ke atas sambil menganggukkan kepala mendengar dan menyimak do’a seperti itu. Lalu bagaimanakah khotbah Dr TGH Lalu Zaenuri berikutnya di Masjid raya? Pesan apakah yang ingin disampaikan nantinya? Penulis juga masih penasaran olehnya. Soalnya beliau juga merupakan salah satu ‘Ulama yang handal dalam retorika dan mengomentari hal-hal yang aktual terjadi dalam pengalaman bersama masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun