Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seks Bebas, Nikah Ideal, dan Karir

4 Agustus 2016   14:49 Diperbarui: 4 Agustus 2016   14:58 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.rhkauffman)

Menikah adalah kebutuhan setiap manusia, hal ini karena lebih dari setengah usia dilalui di dalam mahligai pernikahan. Di sisi lain Nikah Ideal menjadi gerakan yang baik untuk mempersiapkan keluarga yang berencana. Namun, Seks bebas menjadi tantangan tersendiri dalam pergaulan remaja saat ini.

Ilustrasi (dok.mjcnews)
Ilustrasi (dok.mjcnews)
Mengatasi Seks Bebas

Seks Bebas di kalangan remaja selayaknya mendapat perhatian serius berbagai macam pihak. Saya sendiri, sempat mendapat kabar dari seorang kawan ada seorang siswi yang sudah melakukan seks bebas. Padahal lingkungannya sudah cukup baik kalau dilihat.

Melihat lebih jauh catatan Perkumpulan Keluarga Bencana Indonesia (PKBI), oleh karena begitu derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa, utamanya internet arus utama, ini semua tentulah memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tak sehat, antaranya adalah hubungan badan sebelum nikah. Bukankah sering kita baca atau jumpai adanya apa yang disebut sebagai "pesta seks" remaja atau anak-anak yang masih duduk di sekolah menengah. Mereka rela melakukan seks bebas, entah dengan pasangannya ataupun dengan berganti pasangan. Ini benar-benar sudah diluar batas toleransi.

Menurut catatan BKKBN sebesar 46 % remaja berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seksual. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 %  perempuan hamil adalah remaja. Seks bebas di kalangan remaja Indonesia adalah suatu yang harus diatasi dan dtemukan solusi yang tepat agar perilaku yang kurang baik tersebut tak lebih meluas lagi.

Membatasi pergaulan, sensor tayangan layar kaca hingga gerakan untuk tidak pacaran di masa remaja pun dilakukan instasi terkait dan masyarakat. Banyaknya program dan gerakan ini dimaksudkan untuk mehilangkan seks bebas di kalangan remaja. Peran pembinaan orang tua pada anak-nya tentu adalah hal penting untuk diperhatikan.

Membatasi Pergaulan memang bisa jadi solusi agar masa depan remaja bisa lebih baik daripada ketularan pergaulan yang kurang berpihak pada nilai agama. Di sisi lain pembatasan ini juga perlu dikaji jika malah membuat kurangnya informasi pada pergaulan, hingga munculah istilah kudet (kurang update) dan istilah lainnya yang menyatakan kurangnya berkembang mengikuti jaman. Oleh karena itulah, membatasi pergulan remaja juga perlu  pula disertai pendidikan agama untuk bisa memfiltrasi pergaulan.

Sensor tayangan di masyarakat sekarang ini semakin ketat daripada sebelumnya.Komisi Penntiaran Indonesia (KPI) dan  Lembaga Sensor Film hadir sebagai institusi yang melakukan sensor pada tayangan yang kurang layak dikonsumsi masyarakat. Hingga munculah standar usia pada tayangan yang hadir di masyarakat.

Peran yang begitu penting inilah membuat Lembaga penyensor ini menjadi tumpuan masyarakat agar tayangan untuk generasi remaja kita bisa sesuai dan tidak menibulkan untuk melakukan seks bebas. Lembaga Sensor Film (LSF) tahun ini telah berusia 100 tahun, dimana melihat perkembangan saat ini, Lembaga Sensor Film (LSF) membuka diri dan mulai berinteraksi dengan komunitas penggiat online yakni blogger. Baru-baru ini dalam kegiatan #Roadblog10cities yang keliling di 10 kota besar di Indonesia, diantaranya Banda Aceh, Madura, Banjarmasin, Bojonegoro, Medan, Surabaya, Jogja, Makassar, Bandung dan Jakarta.   Di kota ini, Para Pembicara banyak melakukan sharing, tukar pendapat disertai sesi tanya-jawab yang dinamis mampu memulai  membangun komunikasi.

Ilustrasi (dok.hipwee)
Ilustrasi (dok.hipwee)
Gerakan Nikah Ideal

Pada Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2016, BKKBN mengangkat tema yang cukup menarik yakni; “Nikah Usia Ideal Raih Masa Depan Cemerlang”. Sebuah tema yang bisa jadi gerakan baik untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Gerakan Nikah ideal ini perlu dilihat dari banyak sisi agar bisa semakin optimal.

Angka pernikahan dini di Indonesia cukup tinggi. Menurut data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia tahun 2015, angka pernikahan dini di Indonesia peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara.

Kawin hamil merupakan konsekuensi logis dari prilaku seks bebas. Itu bisa jadi merupakan penyebab terjadinya pernikahan dini. Menurut data KUA Kecamatan Rupat di Batu Panjang, angka kawil hamil di kecamatan ini hampir mencapai 50%. Sungguh angka yang perlu dikaji lebih dalam agar tak terjadi lagi.

Menikah dini dari jalan hamil dulu merupakan sesuatu yang miris. Seks bebas di kalangan remaja sudah selayaknya ditemukan solusi bersama untuk diatasi agar Nikah ideal bisa terwujud dengan baik.

Gerakan Nikah Ideal berhubungan dengan Generasi Berencana. Dengan adanya perencanaan yang baik, nikah yang ideal bisa dicapai dengan baik pula. Oleh karenanya, gerakan untuk mengatasi Seks bebas perlulah pula dijadikan gerakan bersama untuk solusi tercapainya Nikah usia Ideal untuk meraih masa depan Cemerlang.

Menjadi remaja memang harus bisa mengelola energi semangat mudanya agar bisa disalurkan pada aktivitas yang baik dan dapat menjadi ahli di bidang yang disenanginya. Menurut Kepala BKKBN, Surya Chandra Surapaty “Menjadi remaja harus bisa menularkan kebaikan pada teman sebaya untuk menjauh dari narkoba, seks bebas, serta tunda nikah dini. Maka dengan demikian akan tercipta keluarga berkualitas kelak”. Kualitas keluarga yang baik menurut beliau ini bisa dilihat dari hal-hal penting yang perlu dijauhi jika tak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan itu sendiri.

Ilustrasi (dok.meetdoctor)
Ilustrasi (dok.meetdoctor)
Memilih ASI atau Karir

Nikah ideal bisa dihubungan dengan kesiapan diri dan mental baik pria maupun wanita. Namun jika berbicara tentang karir akan ada yang perlu dikaji lebih dalam jika berhubungan dengan wanita. Hal ini lebih karena perannya sebagai ibu, dimana Air Susu Ibu (ASI) diperlukan untuk anaknya. Jika menjadi wanita karir tentu banyak hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan ASI.

Wanita karir perlu membagi waktu dalam memberikan ASI dan  mengelola karirnya. Memberikan ASI Eksklusif tentunya hal yang perlu diutamakan. Oleh karenanya dalam mendapatkan ASI Eksklusif perlu menggunakan cara yang baik dan tepat.

Memerah ASI lalu menyimpannya dalam botol atau plastik penampuan ASI adalah cara untuk bisa mendapat ASI Eksklusif. Cara memerah ASI juga perlu diperhatikan agar mendapatkan ASI yang memang benar-benar berkualitas. Daya tahan ASI yang disimpan pun hanya sekitar 4 jam jika dalam kondisi suhu ruangan dan bisa sampai 5 hari jika di pendingin/lemari es. Hal-hal inilah yang memang harus sangat diperhatikan oleh wanita karir dalam memenuhi kebutuhan ASI Eksklusif anaknya.

Memilih ASI atau karir akhirnya diserahkan pada wanita bersangkutan. Pun begitu pada menikah di usia ideal yang sebenarnya bertumpu pada jiwa manusianya sendiri. Rencana yang baik tentu menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan masa depan, oleh karenanya hadirlah Generasi Berencana. Dengan adanya perencanaan yang baik, maka diharapkan bisa mendapat masa depan yang cemerlang. [SH]

Facebook: Selamet Hariadi  Twitter: @seHARIADI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun