Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengenal Keterbukaan Diri Kabinet Kerja

13 Januari 2016   09:22 Diperbarui: 13 Januari 2016   09:34 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Ilustrasi (dok.pajak.go.id)"][/caption]Diskusi, debat, hingga curhat tak bisa diperhatikan selalu kita perlukan dalam komunikasi antar manusia. Entah untuk meluapkan hal dalam diri atau untuk mencari inspirasi dari orang lain. Dalam hubungan ini, kita akan merasakan adanya keterbukaan diri, yang mana akan membimbing kita pada ranah kedekatan diri. Hingga pada hilirnya keakraban dan kenyamanan akan terasa dalam pergolakan kejiwaan kita dalam melakukan komunikasi-komunikasi antar person.

Tipe Keterbukaan Diri

Memang keterbukaan diri seperti pintu rumah yang ada tahapan-tahapan tersendiri dalam memasukinya. Pada saat dibuka pun pintu akan banyak perspektif dalam menanggapinya, ada yang terbuka sedikit hingga beberapa persen lebih jauh. Keterbukaan pintu ini pun hampir selalu pasti melihat tamu yang akan masuk melalui pintu ini. Semakin terbuka pintu, maka akan semakin besar kepercayaan sang pembuka dan pemilik pintu rumah tersebut terhadap orang yang ada di depan pintu tersebut.

[caption caption="Ilustrasi (dok.ipb)"]

[/caption]Beberapa tipe keterbukaan diri:

1. Tipe keterbukaan satu arah. Dimana hanya ada gerakan satu arah dalam perlakuan keterbukaan diri. Tak adanya timbale balik yang seimbang hampir selalu menyebabkan ketimpangan reaksi.

2. Tipe Keterbukaan dua arah. Keterbukaan yang ini memiliki simbiosis Mutualisme atau hal saling membutuhkan sehingga timbale balik reaksi juga memberikan kesejukan lawan komunikasi kita. Pada jenis ini juga masih dibagi menjadi lebih rinci pada keterbukaan dua arah lebih lanjut, yang mana arus keterbukaan kadang tak selalu berimbang.

3. Tipe keterbukaan berkebutuhan. Jenis keterbukaan ini hampir sama pada tipe keterbukaan dua arah, namun pada perjalanan waktunya hanyalah pada ikhwal tertentu saja.

Keterbukaan diri bagaimanapun juga selalu dibutuhkan setiap insan, karena setiap kita selalu membutuhkan pihak yang lain dalam perlakukan kehidupan yang lebih baik dan menyamankan. Namun juga diperlukan adanya saling timbal balik yang baik antar pemeran komunkasi dalam menciptakan keterbukaan diri.

Keterbukaan diri selalu berhubungan pada pintu hati dan fikiran, memang jika tak ada timbal balik saling keterbukaan diri selayaknya kita tak melakukan keterbukaan diri juga pada partner komunikasi kita itu. Pun demikian, kita juga haruslah menuggu beberapa waktu untuk respon keterbukaan diri dari partner komunikasi kita, jika telah sering keterbukaan tak terbentuk, wajarlah jika kita juga menutup sedikit demi sedikit keterbukaan diri kita.

"jika kau tak boleh bertamu dirumah orang lain, mengapa kau buka pintu rumahmu untuk dia. Namun sebaiknya kau bukakan pintu untuk orang yang jika kita bertamu ke tempatnya juga dipersilahkan dengan baik"

 [caption caption="Ilustrasi (dok.papankecil)"]

[/caption]Kabinet Kerja dan Pencitraan Kerja

Siapa Sosok Menteri yang perlu di-Reshuffle? Angin berita media massa Indonesia yang berhembus sudah mematok beberapa Menteri yang kurang kinerjanya. Namun di sisi lain apakah benar mereka kurang dalam hal kinerja?

Media memang seperti hangatnya kopi di wilayah Ijen pada malam yang dingin, yakni hanya hangat sebenar saja dan jika sudah dingin perlu mencari kopi lain yang lebih fresh hangatnya. Memang tak salah hal demikian, namun kontrol media juga perlu pada hal yang urgent bagi masyarakat. Seperti Freeport, BLBI, dan hal-hal lain yang dirasa perlu terus dikawal agar bisa segera selesai.

Beberapa waktu ini hal yang hangat adalah perihal reshuffle Kabinet Kerja. Banyak ungkapan di media yang seolah-olah memang benar aka nada reshuffle. Di sisi lain, Presiden Jokowi juga menerangkan bahwa hal itu adalah hak beliau.  

Dalam terori cara pandang, kita akan menemui cara pandang lainnya selain kita. Hal ini diibaratkan seperti melihat telapak tangan di hadapkan di depan wajah kita. Jika kita melihat telapak tangan, maka punggung tangan akan menghadap ke orang lain yang melihatnya sedang kita tak bisa melihat jika tak diputar telapak tangan ini.

[caption caption="Jokowi tegas (dok.beritajokowi)"]

[/caption]Kabinet Kerja memang mengutamakan kerja. Namun di sisi lain saran dari masyarakat layaklah dimasukkan dalam perbaikan untuk lebih baik. Seperti teori cara pandang di atas tadi, bahwa kadang perlu orang lain untuk melihat hal lain tentang diri kita. Apa yang dianggap benar menurut kita belum tentu bagi orang lain. Pun demikian pula sebaliknya, jika menurut orang lain benar namun ternyata belum tepat menurut kita.

Banyak orang punya pertimbangan masing-masing, perlulah saling kolaborasi untuk bisa membuat negeri ini lebih makmur dan sejahtera. Megawati Soekarno Putri dalam pidato Rakernas PDI Perjuangan beberapa waktu yang lalu sempat menyinggung kinerja Pemerintah. Kinerja ini seperti perlunya pembangunan berkelanjutan bukan maju mundur hingga perlunya penyelamatan aset Negara.

Pidato ketua Umum PDI Perjuangan ini dirasa cukup penting bagi masukan Kabinet Kerja. Meski Presiden Jokowi langsung menjawab hasil kinerjanya selepas pidato Bu mega, namun masukan sang ketua Partai perlu dijadikan bahan pertimbangan. Hal ini tentu sebagai nasehat Bu mega yang sudah pernah jadi Presiden Indonesia dan merasakan perkembangan Indonesia dari beberapa waktu terakhir.

Pencitraan akan kinerja dirasa memang penting, namun pencitraan yang positif yakni masyarakat perlu tahu kinerja atau milestone yang sudah dilakukan Kabinet Kerja. Di sisi lain bukanlah pencitraan palsu belaka, hanya rame di media namun sepi dalam kerja nyata.

Masyarakat juga perlu memiliki rasa Optimisme untuk membangun negeri. Semangat yang Optimis adalah bahan bakar yang tepat sebelum hal lainnya, karena jika semangat 100% maka yang lainnya akan mengikuti Optimal pula. Cara pandang positif perlu dibangun karena ada kultur gaya kementerian tak terlalu di-publish oleh Media. Namun juga sikap memberikan saran dirasa sangat perlu pada kekurangan yang terlihat pada kinerja Kabinet Kerja agar kinerjanya terus meningkat dalam kebaikan dan kebermanfa’atan. Penunjukan Johan Budi yang lihai mengolah kata, sebagai juru Bicara Presiden bisa jadi mengindikasikan perbaikan dalam sistem komunikasi Presiden. [SH]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun