Siapa Sosok Menteri yang perlu di-Reshuffle? Angin berita media massa Indonesia yang berhembus sudah mematok beberapa Menteri yang kurang kinerjanya. Namun di sisi lain apakah benar mereka kurang dalam hal kinerja?
Media memang seperti hangatnya kopi di wilayah Ijen pada malam yang dingin, yakni hanya hangat sebenar saja dan jika sudah dingin perlu mencari kopi lain yang lebih fresh hangatnya. Memang tak salah hal demikian, namun kontrol media juga perlu pada hal yang urgent bagi masyarakat. Seperti Freeport, BLBI, dan hal-hal lain yang dirasa perlu terus dikawal agar bisa segera selesai.
Beberapa waktu ini hal yang hangat adalah perihal reshuffle Kabinet Kerja. Banyak ungkapan di media yang seolah-olah memang benar aka nada reshuffle. Di sisi lain, Presiden Jokowi juga menerangkan bahwa hal itu adalah hak beliau. Â
Dalam terori cara pandang, kita akan menemui cara pandang lainnya selain kita. Hal ini diibaratkan seperti melihat telapak tangan di hadapkan di depan wajah kita. Jika kita melihat telapak tangan, maka punggung tangan akan menghadap ke orang lain yang melihatnya sedang kita tak bisa melihat jika tak diputar telapak tangan ini.
[caption caption="Jokowi tegas (dok.beritajokowi)"]
Banyak orang punya pertimbangan masing-masing, perlulah saling kolaborasi untuk bisa membuat negeri ini lebih makmur dan sejahtera. Megawati Soekarno Putri dalam pidato Rakernas PDI Perjuangan beberapa waktu yang lalu sempat menyinggung kinerja Pemerintah. Kinerja ini seperti perlunya pembangunan berkelanjutan bukan maju mundur hingga perlunya penyelamatan aset Negara.
Pidato ketua Umum PDI Perjuangan ini dirasa cukup penting bagi masukan Kabinet Kerja. Meski Presiden Jokowi langsung menjawab hasil kinerjanya selepas pidato Bu mega, namun masukan sang ketua Partai perlu dijadikan bahan pertimbangan. Hal ini tentu sebagai nasehat Bu mega yang sudah pernah jadi Presiden Indonesia dan merasakan perkembangan Indonesia dari beberapa waktu terakhir.
Pencitraan akan kinerja dirasa memang penting, namun pencitraan yang positif yakni masyarakat perlu tahu kinerja atau milestone yang sudah dilakukan Kabinet Kerja. Di sisi lain bukanlah pencitraan palsu belaka, hanya rame di media namun sepi dalam kerja nyata.
Masyarakat juga perlu memiliki rasa Optimisme untuk membangun negeri. Semangat yang Optimis adalah bahan bakar yang tepat sebelum hal lainnya, karena jika semangat 100% maka yang lainnya akan mengikuti Optimal pula. Cara pandang positif perlu dibangun karena ada kultur gaya kementerian tak terlalu di-publish oleh Media. Namun juga sikap memberikan saran dirasa sangat perlu pada kekurangan yang terlihat pada kinerja Kabinet Kerja agar kinerjanya terus meningkat dalam kebaikan dan kebermanfa’atan. Penunjukan Johan Budi yang lihai mengolah kata, sebagai juru Bicara Presiden bisa jadi mengindikasikan perbaikan dalam sistem komunikasi Presiden. [SH]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H