Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Penjahit Tuna Daksa

21 September 2011   00:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percayakah anda kalau ada orang yang cacat tangannya bisa menjahit???

Hidup sekali, hiduplah yang berarti” demikianlah petikan kata mutiara yang aku dapat dari Gontor 2. Demikian pula yang mungkin dilakukan Pak Bubun seorang Tuna Daksa yang berprofesi sebagai penjahit. Hatiku serasa terkatuk dan terseggol akan bagimana harus bersyukur dalam hidup ini bila melihat orang pinggiran seperti Pak Bubun.

Pak Bubun seorang Tuna Daksa mempelajari jahit sejak kecil, kegigihannya inilah membuatnya mahir akan dunia jahit-menjahit ini. Yang membuatnya lebih dari penjahit lainnya selain fisiknya yang kurang dengan lainnya karena tak mempunyai jari-jemari adalah proses jahit di empat Pak Bubun lumayan cepat yakni sekitar 2 hari disbanding dengan panjahit lainnya yang 1 mingguan. Keuntungan sebagai seorang penjahit pun pas-pasan sehingga membuatnya menangis karena tak mampu meneruskan menyekolahkan anaknya.

Pak Bubun menyediakan waktu sehari untuk membeli kebutuhan jahitnya ke pasar yang lumayan jauh. Beliau membeli kain dan kebutuhan benang dan lainnya di pasar dengan sekitar uang untuk itu 50 ribu Rupiah. Jadi untuk orang yang akan menjahitkan baju bisa langsung membeli kain di Pak Bubun.

Biasanya penjahit memang ramai saat anak sekolah, dan untuk hari biasa pak Bubun biasanya menjahit untuk permak baju. Ohya, Pak Bubun ini punya istri yang bernama Bu Oom. Bu Bubun biasa berjualan pula, yakni krupuk Pangsit (entah apa nama sundanya). Aku cukup salut dengan ibu ini karena menikahi seorang yang Tuna Daksa, yang meski kadang dia jadi bahan olokan orang lain.

Pelajaran dari Pak Bubun ini aku peroleh dari program acara “Orang Pinggiran” di salah satu stasiun televisi dan bisa jadi acara rutin yang layak kita tonton di Selasa sore menjelang Maghrib. Tak salamanya kita hanya mengambil pelajaran dari orang-orang kaya sukses yang merintih kesuksesannya itu dari bawah dengan cerita biografi yang inspiratif, namun kita juga bisa mengambil kisah inspiratif dari orang seperti Pak Bubun ini yang berjuang dalam hidup dengan gigih.

Aku jadi teringat kata Andrea Hirata yang kira-kira mengatakan bahwa orang yang mau sukses tak bisa dilihat dari latar belakangnya sekarang entah dia kaya atau miskin, namun bagaimana dia mengoptimalkan dirinya untuk mencapai kesuksesannya. Jadi sahabat, kesuksesan ini adalah bagaimana kita menyikapi untuk mencapai impian kita, bila anda dilahirkan di keluarga yang kaya mungkin anda memiliki kemampuan untuk mencapai yang lebih dalam jangakauan target kesuksesan; namun bila anda masih dalam keterbatasan maka itulah tantangan anda untuk mencapai target kesuksesan besar yang semua impian anda haruslah selalu disandarkan pada Sang Maha Penguasa alam yang Menciptakan kita, yakni ALLOH SWT.

Terima kasih, semoga kita tetap dalam yang benar dan selalu lebih baik; Be Best Together! Selamet Hariadi.

-

Salam Senyum Kompasiana… :) semoga tulisan ini menjadi sedekah yang bermanfaat bagi semuanya.

Selamet Hariadi, Be Best Together!

follow on Twitter: http://twitter.com/selamethariadi atau @selametHARIADI

Silahkan memberi KOMENTAR Terbaik Anda serta NILAI pada Tulisan ini.

Harus Baca Juga:

  1. Tips Mudah & Jitu Mendapat Ide MENULIS
  2. Cara Efektif Mendapatkan Investor
  3. APLI & Bisnis Multi Level
  4. Jangan Merasa Rendah Indonesia!
  5. apa itu Filsafat Jiwa?
  6. Android? Apaan sih?
  7. Kiat agar Lingkungan Jadi “Sahabat” Kita
  8. Pola Pemahaman Masyarakat dalam BerAgama
  9. Dari Partai Bangkai ke Partai Emas?
  10. Trik Jitu Menulis Secepat Kilat
  11. Membuat Iklan yang Cerdas [Jadi HL]
  12. Etika Bisnis yang Luntur Karena Teknologi
  13. Awas! Phising di Dunia Maya…
  14. Senyum Semangat Sang Dai
  15. Lebaran Fitri nan Berlebihan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun