Mohon tunggu...
Selamet
Selamet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Partai Bangkai ke Partai Emas?

20 Juni 2011   07:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu ada harapan untuk memperbaiki yang kurang baik, anda percaya???

Beberapa waktu ini banyak dan ramai sekali berita tentang partai yang terlibat dengan korupsi, eh maksud saya kader partainya. Bagaimana anda melihat hal ini? saya sendiri melihat ini sebagai hal yang kurang lumrah (atau wajar) karena kalau dilihat dari perspektif AD/ART, Filosofi, Latar Belakang hingga Tujuan adanya partai itupun sangat baik. Namun kenapa ada saja korupsi?

Berbicara korupsi, seperti kita ketahui bersama di ranah politik sangat banyak sekali celah korupsi. Ikhwal ini karena politik sebagai jembatan dari banyak cabang bidang yang ada di masyarakat, mulai dari hukum hingga hiburan. Hukum saja bisa kalah oleh Politik, betul?  apalagi hiburan rakyat yang dikecam oleh politik maka akan lari tunggang langgang. Itulah kenapa Politik terlihat sangat lezat (bagi sebagaian orang) karena menjadi pusat dari berbagai aliran penting kebangsaan.

Kembali kepada tantangan partai yang saat ini saya lihat hampir sama saja untuk partai yang bersifat ke-Pancasilaan (Dasar partai dan segala pirantinya bergantung paad pancasila dan nasionalisme). Contohlah partai Biru (anda pasti tahu yang saya maksud) dengan partai Kuning (nah ini dedengkot partai, pasti anda tahu juga), kalau terjadi perdebatan apakah beda partai ini? khan kedua partai ini (yang di ambil contoh) sama saja dengan landasannya sama yakni nasionalisme. Yang sangat ketara membedakan adalah PNS biasanya milih Biru, sedang pengusaha milih kuning (maaf ini gambaran asal saja, tapi pada praktek asli di lapangan tak dapat di-generalisir seperti itu)

[caption id="attachment_111037" align="aligncenter" width="425" caption="Kampanye Salah satu Partai"][/caption]

Oke, kalau partai nasionalisme saja yang menghadapai tantangan. Lalu bagaimana dengan partai yang bersimbol agama? Memang bisa disandarkan landasan mereka adalah agama partai ini dengan tetap menjaga peran Nasionalisme di dalam tubuh serta ruang geraknya, namun dalam prakteknya pun akan sama yakni pada perkembangannya pada golongan segelintir saja.

Bagaimana tentang korupsi pada Kader partai?

Melihat hal ini, saya secara pribadai ingin mengungkapkan bahwa kedaulatan partai dengan segala tata tertibnya haruslah dijaga dengan baik. Terlepas dari "ring" jabatan kader yang tersangkut (sebentar) kasus korupsi, seharusnya ketegasan antar anggota tetap ada bukannya adanya toleransi berlebihan.  Hingga terlihat masyarakat harus melupaannya, apalagi beberapa partai terlihat ada yang "menguasai" media hingga dapat "menguasai" opini publik dan menekan dramatisasi politik menjadi kurang elok dipertontonkan.

Mungkin bagi beberapa kompasianer yang terlibat dengan politik (sepertinya tiap orang ya, maksudnya ya begitu untuk semuanya yang membaca) ada kiranya kita melihat partai yang dengan sistem baik untuk kita pilih. Bagaimana melihatnya? cobalah kita lihat peran ketegasan dan cara partai politik menghadapi tantangan sebuah kasus, bagaimanakah sikap partai? apakah cepat, lambat, bungkam atau malah membiarkan? bagi partai yang dengan nilai presisi baik di sistemnya, maka kader/anggota partai yang bersangkutan akan berupaya memberikan gambaran baik akan tantangan partai tersebut dan membuat masyarakat melihat dari 2 sisi yang benar akan tantangan partai tersebut. Ikhwal yang berlarut sebenarnya malah membuat masyarakat kurang menyukai partai tersebut, terlepas dari suapan manis partai nantinya di Pemilu ya...

secara ringkat saya gambar sebagai berikut untuk membuat partai lebih sehat:

  1. Sistem partai yang jelas akan membuat anggota partai juga baik, maksudnya tak ada kubu senior hingga juniar dalam partai yang terkadang akan "sangat" terlihat "lucu" di masyarakat ketika antar kader di dalam partai saja masih bergumam.
  2. Partai sebaiknya menggunakan mekanisme partai berbasis kader, bukan popularitas satu atau dua kader. nah, hal ini akan membuat sehat di dalam partai karena partai dengan corak ini akan membuat keputusan yang baik bukan memutus aliran hanya pada tokohnya saja.
  3. Peran Partai kepada masyarakat. Nah kalau ini seperti yang dilakukan beberapa partai waktu ada bencana sepertiya layak diapresiasi. Inilah sebenarnya tugas lain partai disamping rapat-rapat untuk "memerintah" bagian lain di negara untuk melaksanana kepentingan yang "katanya" untuk  rakyat.
  4. Tindakan cepat dan represif namun tetap mengelaborasi tantangan yang dihadapi partai. Saya melihat semakin gunjingan pada partai yang terbelit suatu kasus (misal korupsi) maka akan mengakibatkan kepercayaan yang turun nantinya. Kalau pun itu kembali dengan semula, maka membangun basis citra baik akan lebih kerja keras lagi dan menimbulkan grass mission (maksudnya misis tertentu untuk rakyat, namun bila sudah naik jabatan akan lupa dan mengumpulkan dana yang bayk untuk "perut"nya sendiri.

Lalu bagaimanakah sikap masyarakat yang baik? apakah mengecam dan menambah olokan ke partai? Opini yang dibangun adalah melalui media, masyarakat layaknya menegur media yang kadang kurang berimbang menampilkan beritanya (maksudnya terlalu ke-kiri terus atau kanan terus). Ikhwal ini bisa dilihat cara mereka menempatkan nara sumber yang "berpelangi" agar lebih arif menyempaian, serta harus dan wajib ada kader yang berpengaruh serta mempunyai kepentingan membaikkan partainya dari kasus tersebut.

Sebagai Citizen Journalizm (CJ), masyarakat hendaknya memberikan laporan dengan cepat akan sebuah praktek yang dianggap korupsi, sehingga partai yang bersangkutan pun akan dengan segera menyelesaikannya dan fokus pada membaikkan masyrakat lagi dengan caranya.

Ada gula ada semut...

ada hal baik maka akan banyak yang datang...

namun... juga ada yang sudah kenyang dan mencoba gula lainnya...

namun juga... hal itu pastilah akan ketahuan...

Terima Kasih, semoga bermanfaat dan selamat Berkarya para Kompasianer!

Salam Senyum Kompasiana… :)

Selamet Hariadi, Be Best Together!

.

Silahkan memberi KOMENTAR Terbaik Anda serta NILAI pada Tulisan ini.

Harus Baca Juga:

  1. Tips Mudah & Jitu Mendapat Ide MENULIS
  2. Cara Efektif Mendapatkan Investor
  3. APLI & Bisnis Multi Level
  4. Jangan Merasa Rendah Indonesia!
  5. apa itu Filsafat Jiwa?
  6. Android? Apaan sih?
  7. Kiat agar Lingkungan Jadi “Sahabat” Kita
  8. Pola Pemahaman Masyarakat dalam BerAgama
  9. Follow Up Telkomsel Kompasiana BLOGSHOP Malang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun