Mohon tunggu...
Selamet afrian
Selamet afrian Mohon Tunggu... Penulis - Saya Mahasiswa Prodi Filsafat

Berkarya Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wabah Pandemi Corona Perspektif Tasawuf Falsafi

1 Juli 2020   10:00 Diperbarui: 1 Juli 2020   10:08 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

                            

                              Oleh : Selamet Afrian
                                            

             Email:  selametafrian24@gmail.com
       

                                         Abstrak
Covid-19 atau yang biasa sering kita sebut virus corona, saat ini sedang menjadi perbincangan khalayak umum. Bukan hanya di negera kita Indonesia saja, akan tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Virus yang pada awalnya muncul di provinsi Wuhan,China pada akhir tahun 2019 tersebut, saat ini sudah menyebar hampir disetiap negara di belahan penjuru dunia, karena proses penyebarannya virus tersebut sangat cepat, maka tak heran di Indonesia pun yang mana pada awal masuk di negara kita tepatnya pada awal bulan Maret 2020, hingga sampai saat ini. Dari hari kehari progresnya sangat meningkat dari mulai angka seseorang yang dinyatakan positif, angka kesembuhan, dan hingga angka kematiannya pun dari hari kehari mengalami penambahan. Hal tersebut merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan bagi kita semua, bahkan dalam hal ini labelnya sudah di tetapkan menjadi wabah pandemi, dan bukan hanya sebagai suatu penyakit semata. Hal tersebut semata-mata karena melihat proses penyebaran dan segi penularannya yang selalu bergerak cepat, dan juga dikarenakan disisi lain virus tersebut merupakan virus yang mematikan, terlebih lagi hingga saat ini belum di temukan suatu obatnya. Beberapa usaha penanganan yang telah diberikan oleh pemerintah pun sebagian sudah dilakukan, dari mulai penerapan pola hidup sehat dan pola hidup bersih guna memperbaiki dan menambah daya imun tubuh, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, rajin mencuci tangan, penyemprotan disinfektan, pemberlakuan social distancing, fisical distancing, penangan aktif yang selalu di lakukan setiap hari bahkan hampir tanpa henti dari para tim medis yang merupakan garda terakhir dalam hal ini, selain kita semua yang merupakan garda terdepan, dan hingga sampai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat ini sudah mulai di berlakukan, salah satunya di ibu kota Jakarta, dan akan disusul oleh Kota Bogor, Depok, Bekasi, dan mungkin juga dilakukan oleh kota-kota yang lainnya di Indonesia.....
Kata-kata kunci: persepsi tasawuf dalam, menangani, menyikapi,wabah pandemi.  

                                        Abstract
Covid-19 or what we commonly call the corona virus, is currently a public conversation. Not only in our country, Indonesia, but also in all corners of the world. The virus that initially appeared in Wuhan province, China at the end of 2019, has now spread to almost every country in the corners of the world, because the process of spreading the virus is very fast, it is no wonder in Indonesia which at the beginning entered our country precisely at the beginning of March 2020, until now. From day to day the progress has greatly increased from the start of a positive number of people, the cure rate, and even to the death rate from day to day has increased. This is a matter that is very worrying for all of us, even in this case the label has been designated as a pandemic outbreak, and not just as a disease alone. This is solely because of seeing the process of spread and terms of transmission which is always moving fast, and also because on the other hand the virus is a deadly virus, even more so until now there has not been found a cure. Some of the handling efforts that have been given by the government have also been carried out, from starting the application of healthy lifestyles and clean lifestyles to improve and increase the body's immune power, working from home, learning from home, diligently washing hands, spraying disinfectants, applying social distancing, physical distancing, active handlers who are always doing every day even almost without stopping from the medical teams who are the last guard in this case, besides all of us who are the front guard, and up to the Large Scale Social Restrictions (PSBB) which have now begun implemented, one of which is in the capital city of Jakarta, and will be followed by the City of Bogor, Depok, Bekasi, and possibly other cities in Indonesia as well.....
Keywords: Sufism perception in dealing with, responding to,pandemic outbreaks.
Pendahuluan

          Penyakit adalah salah satu kondisi keadaan tubuh kita dimana sedang dalam keadaan tidak normal (Abnormal) tertentu yang secara negatif mempengaruhi sistem kerja tubuh kita, walaupun hanya salah satu sistem tubuh kita yang mengalami masalahnya, namun secara tidak langsung bagian sistem tubuh kita yang lainnya pun secara otomatis merasakan dampaknya dari keadaan tersebut. disisi lain penyakit sendiri dapat dikatakan ataupun sering dikenal sebagi kondisi dalam hal medis yang selalu berhubungan dengan suatu gejala-gejala dan juga tanda klinis tertentu. 

 
         Dalam dunia medis penyakit sendiri telah diklasifikasikan atau telah di golongkan atas beberapa jenis-jenis yang masuk ke dalam penyakit tersebut. Kita pasti sudah mengetahui beberapa yang tergolong ke dalam jenis-jenis penyakit seperti Typus, Diare, Demam Berdarah, Flu Burung, Flu Babi, TBC, Meningitis, Kanker, dan lain sebagainya. Beberapa jenis-jenis penyakit tersebut merupakan jenis-jenis penyakit yang sering kita lihat, dan kita temukan dewasa ini. Dan sebenarnya bila kita lihat kebelakang bahwasanya jenis-jenis penyakit sudah ada sejak dari dahulu kala, bahkan dalam hal ini penyakit pun selalu mengalami suatu perkembangan, dan selalu saja ada kasus jenis penyakit-penyakit baru setiap masa atau setiap tahunnya. Bahkan tidak jarang pula ada jenis penyakit pada masa lalu yang dikemudian hari muncul kembali dengan gejala-gejalanya yang tidak jauh berbeda, akan tetapi hanya penyebutan istilah dari jenis penyakit tersebut saja yang berbeda atau mengalami perubahan.


         Dari jenis-jenis penyakit yang telah disebutkan diatas sendiri ada suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh suatu virus dan disisi lain juga ada suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh suatu bakteri. Sama halnya dengan situasi dan kondisi yang saat ini kita warga dunia sedang mengalaminya yakni, suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengan nama virus corona (covid-19) dimana covid-19 ini telah di cap oleh WHO atau badan kesehatan dunia sebagai suatu wabah pandemi yang bersifat global. Dimana yang menjadi perhatian bagi kita warga dunia bahwasanya virus tersebut tidak pandang bulu, tidak memilih siapapun baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua, seorang raja, presiden, orang kaya, orang pintar (ilmuwan) dan lain sebaginya. Semua orang bisa saja berkemungkinan terkena atau terserang virus tersebut. Namun disisi lain sebenarnya kita pun dalam hal ini tidak mengalami suatu kepanikan yang luar biasa, dikarenakan bila kita menilik sejarah pada masa lalu pun sebenarnya wabah virus sudah ada, seperti salah satu diantaranya adalah virus flu di Spanyol dan virus ebola di Afrika. Dan bukannya setiap hari pun kita selalu hidup berdampingan dengan virus, bahkan juga dengan bakteri. Namun mungkin yang mengakibatkan kita menjadi sangat panik itu karena dalam hal ini cakupan wabah pandemi yang bersifat global. Berbeada dengan wabah virus yang sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencakup sebagian daerah atau wilayah saja, dan sistem penyebarannya pun tidak sangat massif seperti belakangan ini kita warga dunia alami.


       Disisi lain dengan adanya wabah pandemi covid-19 yang bersifat global dan sistem persebarannya yang sangat masif, dan setiap harinya selalu terdapat kasus yang tidak menentu jumlahnya ini. Kadang banyak dan kadang pula sedikit, kadang mengalami kenaikan dan kadang pula mengalami penurunan kurva. Namun sebaiknya kita pun tidak selalu setiap saat mengalami kepanikan-kepanikan yang luar biasa akibat peristiwa fenomena tersebut, melainkan alangkah baiknya kita selalu waspada dan menerapkan protokol-protokol kesehatan yang telah di cetuskan oleh pihak-pihak terkait. Seperti pemerintah, tim medis, gugus terkait penanganan, para pakar ahli di bidang terkait, para ualama atupun pemuka agama lainnya, ilmuwan, dan lain sebagainya. Yang mana beberapa diantaranya dengan menerapkan pola hidup sehat, pola hidup bersih, melakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan daya imun tubuh, menerapkan social distancing, menerapkan fisical distancing, menggunakan masker, diupayakan agar tidak keluar rumah apabila hal tersebut tidak sangat-sangat penting sekali, dan upaya-upaya yang lain sebagainya. Disamping itu banyak juga pendapat-pendapat atau persepsi-persepsi seseorang terkait dengan cara menangani dan cara menyikapi kondisi wabah pandemi covid-19 saat ini, bahkan bukan hanya pendapat atau persepsi orang khalayak umum saja, namun disisi lain seperti para agamawan (ulama, sufi, fuqaha, mutakalimin, mufasir), public figure, politikus, ekonom, pengusaha, psikolog, filsuf, para ilmuwan lain terutama yang ahli dalam bidang terkait dengan hal ini, dan lain sebagainya, pun memberikan persepsi, pendapat, tanggapanya terkait dengan peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi sekarang ini. Maka dalam hal ini penulispun akan sedikit mencoba memaparkan terkait dengan bagaimana pandangan perspektif tasawuf dalam menyikapi dan menangani wabah pandemi covid-19 ini.

Telaah Dibalik Ujian

       Ujian merupakan suatu tahap yang dialkukan oleh makhluk Allah SWT, terutama oleh manusia untuk mencapai ekstase (tingkatan) kelas dengan usaha tertentu. Hal tersebut menggambarkan sangatlah jelas bahwa Allah SWT memberikan ujian tersebut bukan semata-mata hanya sebagai alat untuk mengetes kita saja, tetapi disisi lain dengan ujian tersebut bahwasanya Allah SWT sedang sangat memperhatikan kita, sedang dekat-dekatnya dengan kita. Yang mana ketika ujian tersebut telah berhasil kita capai dan telah selesai kita lakukan dalam hal ini dijalani, maka untuk kemudian hasilnya adalah kita mendapatkan ekstase capaian kelas satu tingkat, dalam hal ini derajat kita akan diangkat oleh Allah SWT.


       Terkait dengan hal tersebut, kita mungkin sangat mengetahui dan hampir setiap semester dalam tahap jenjang pembelajaran di intansi pendidikan pun kita selalu mengalami yang namanya suatu ujian. Dari mulai kita menginjak tingkat pendidikan sekolah dasar, hingga pendidikan tingkat sekolah menengah atas, disetiap semesternya kita selalu mengalami namanya suatu ujian. Biasanya istilah ujian yang dimaksud dalam hal ini adalah UTS dan UAS, bahkan jika kita melanjutkan suatu jenjang pendidikan di perguruan tinggi pun, baik UTS maupun UAS masih tetap ada.


       Dengan ujian tersebut inilah selain kita sedang di tes, di perhatikan, di pantau, katakanlah sedang sangat di sayang-sayangnya, dan sedang sangat dekat dengan Rabb kita Allah SWT, namun bukankah Allah SWT itu pada dasarnya memang sangat-sangat dekat dengan kita selaku makhluk hambanya ?, yang mana telah tertuang dalam firmannya didalam Al-quran surah Al-Qaf ayat 16, yang dalam artinya berbunyi: Allah lebih dekat dari urat nadi kita. Memang demikian itulah kenyataannya, oleh karenanya para alim ulama ketika sedang diuji oleh Allah SWT mereka malahan semakin tinggi semangatnya dalam melakukan amal ibadah. Kita mungkin pernah mendengar bahwa ketika datang suatu ujian menimpa kita seperti salah satu contohnya sakit, maka pada saat itulah Allah SWT pada dasarnya sedang menghapus sebagian dari dosa-dosa kita para makhluk hambanya. Oleh sebab itu kita seharusnya pada saat sedang diuji dengan suatu penyakit salah satu contohnya, maka alangkah baiknya mengikuti apa yang dilakukan ataupun dicontohkan oleh para alim ulama kita, dengan menumbuhkan semangat dalam melaksanakan amal ibadah. Karena jikalau hal tersebut kita implementasikan atau kita terapkan, maka seperti halnya kita sedang menguras dalam hal ini membersihkan bak kamar mandi, dengan membuang air kotor yang berada didalamnya sedikit demi sedikit, untuk selanjutnya ketika air kotor tersebut sudah hilang dan disisi lain kita pun sedikit demi sedikit mengisi bak kamar mandi dengan air yang bersih sebagai pengganti dari air kotor tersebut yang sudah dibuang.    

 
         Hal tersebut sebagai suatu gambaran hasil yang kita dapatkan ketika telah berhasil menyelesaikan dan merampungkan ujian yang telah Allah berikan, dengan disisi lain pada saat itu juga kita selalu berusaha untuk meningkatkan amaliah ibadah kita ketika sedang di uji. Namun hal tersebut secara langsung dengan otomatis dapat menghapus semua dosa-dosa kita, akan tetapi dosa-dosa kita dapat dihapuskan ketika kita melakukan suatu tingkatan taubat dengan sebenar-benarnya taubat, yang mana taubat tersebut jika dilihat oleh kita seperti taubatan nasuha. Jika diibaratkan kembali atau dianalogikan kembali dengan menguras atau membersihkan bak kamar mandi, bahwasanya air kotor yang telah dibuang itu pasti bercak noda dan kotorannya pun masih ada alias masih menempel di bak kamar mandi tersebut, dalam hal ini dibagian keramiknya atau lepahan semen bentuk bangunan bak kamar mandi. Maka dalam hal ini salah satu usaha untuk membersihkannya ialah dengan cara membersihkan menggosok menggunakan sabun yang dapat menghilangkan berkas bercak noda tersebut dengan sangat baik. Hal inilah yang bisa diibartkan sebagai taubat dengan sebenar-benarnya taubat, untuk kemudian selanjutnya kita dapat mengisi bak kamar mandi yang telah bersih tersebut dengan air yang bersih.


        Maka oleh sebab itu betapa sangat pentingnya tigkatan ekstase tingkatan taubat tersebut. juga tidak heran ketika kita melihat dalam tradisi tarekat, apabila terdapat anggota murid baru yang ingin mengikuti tarekat tersebut awalnya yakni melakukan proses pembaiatan, dimana kemudian setelah suatu proses pembaiatan tersebut telah dilakukan oleh seorang murid melalui arahan mursyid, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh si murid tersebut ialah melaksanakan atau melakukan proses taubat.


        Maka dengan demikian, apa yang telah dijelaskan diatas merupakan salah satu bisa dikatakan sebagai suatu acuan ataupun patokan dalam menangani maupun dalam menyikapi suatu peristiwa yang saat ini sedang kita hadapi yang  berupa wabah pandemi covid 19, bukan hanya warga masyarakat negara Indonesia saja dalam hal ini, akan tetapi warga masyarakat dunia pun juga menghadapinya. Hal tersebut merupakan suatu cara dalam menangani maupun cara menyikapi dalam bentuk amaliah ibadah, disisi lain selain dalam bentuk ikhtiar. Dengan adanya kondisi peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini yakni wabah pandemi covid 19, tidak jarang banyak anggapan-anggapan yang bermunculan terkait hal ini. Beberapa diantaranya ada yang beranggapan bahwa, sebenarnya peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini merupakan benar-benar sebuah ujian dan cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita, ataupun semata-mata sebagai adzab dan laknat dari Allah SWT, dan juga anggapan-anggapan lain sebagainya yang muncul.


          Adanya anggapan-anggapan respon yang demikian adanya, membuat si penulis akhirnya juga merespon terkait dengan anggapan-anggapan tersebut. Dimana menurut hemat penulis bahwasanya peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini yakni wabah pandemi covid 19 adalah benar-benar sebuah ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita orang-orang yang beriman. Nampaknya ketika peristiwa tersebut dianggap sebagai sebuah adzab ataupun laknat yang diberikan oleh Allah SWT tidak pas juga, karena dalam hal ini orang-orang yang beriman pun turut merasakan dalam menghadapi peristiwa wabah pandemi covid 19 ini. Namun juga disisi lain kita harus menilik ataupun menengok terkait dengan arti kalimat orang-orang beriman, dalam hal ini dimana menurut pendapat penulis bahwasanya arti dari kalimat tersebut ialah gampangnya adalah orang yang sangat mempercayai adanya Tuhan, percaya bahwa Tuhan itu esa, dan juga selalu menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam hal ini ialah berbuat baik, itu juga merupakan salah satu dari bentuk arti maksud kalimat orang-orang beriman.


          Jadi pada intinya, peristiwa yang sedang kita alami pada saat ini berupa wabah pandemi covid 19 adalah sebagai suatu bentuk ujian dan cobaan dari Allah SWT. Karena pada dasarnya setiap makhluk ataupun hamba yang beriman pasti akan diuji oleh Allah SWT, bukankah kita pernah mendengar suatu kalimat yang menyatakan bahwa engkau beriman maka engkau diuji. Kalimat singkat namun syarat akan makna tersebut menjelaskan kepada kita bahwasanya salah satu cara yang Allah SWT berikan dalam mengetes keimanan kita adalah dengan memberikan atau mendatangkannya sebuah ujian. Dimana ujian tersebut sebagai suatu cara untuk mengukur derajat keimanan yang kita miliki, karena setiap orang yang telah mengikrarkan dirinya beriman maka ia akan diuji oleh Allah SWT dengan berbagai macam bentuk ujian dan cobaan, salah satu contohnya ialah apa yang sedang saat ini kita alami berupa wabah pandemi covid 19.


          Bahkan disisi lain banyak berbagai macam cara yang dilakukan oleh sesorang dalam menyikapi suatu ujian tersebut. Ada seseorang yang menyikapinya dengan cara terus-menerus mengeluh, meratapi nasib yang dialaminya itu, mengutuk keadaan, bahkan yang lebih parahnya lagi ialah ada yang berprasangka buruk kepada apa yang Allah telah berikan kepadanya yang berupa ujian tersebut. namun juga disisi lain ada juga yang menyikapinya dengan bersabar, menyesali akan perbuatannya, berikhtiar dalam menanggulangi suatu ujian yang telah didapatkannya itu, berserah diri kepada Allah SWT, juga selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dengan bentuk ujian yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya itu. Karena mereka beranggapan bahwa ujian tersebut dapat menjadikannya semakin kuat, dan menjadikan keimanannya tangguh, karena mereka yakin bahwa apapun yang Allah SWT ujikan kepada kita itu mengandung suatu nilai hikmah yang besar, berharga dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu pelajaran yang berharga dalam hidupnya. Karena pada dasarnya Allah telah menegaskan kepada kita didalam suatu firmannya Al-quran surah Al-Insyirah ayat 6, dengan arti ayatnya yang berbunyi sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.


        Allah SWT pada dasarnya memiliki berbagai macam cara dalam memberikan suatu ujian kepada kita, kadang memberikannya berupa nikmat, dan disisi lain pula kadang memberikannya berupa musibah. Dalam hal itu Allah SWT akan melihat siapa saja yang selalu menyikapinya dengan selalu bersyukur, dan siapa saja yang menyikapinya dengan kufur, siapa yang selalu bersabar, dan juga siapa yang selalu ber putus asa.


        Ujian dan cobaan tersebut juga dapat dijadikan bahan tolak ukur bagi kita, dimana sipa yang dalam hal ini paling baik amalnya, yaitu siapa yang selalu bersikap teguh dalam menjaga keimanannya, dan juga siapa pula yang selalu mudah goyah bahkan runtuh keimanan yang dimilikinya. Maka selalu ingatlah bahwa apa yang kita telah ucapkan atau ikrarkan yang merupakan suatu penanda diri kita ini sebagai orang yang beriman, maka kita pasti akan diuji oleh Allah SWT.

Uzlah dan Khalwat

           Berbicara mengenai uzlah dan khalwat ini, bahwasanya uzlah maupun khalwat sendiri dalam hal ini sangat erat sekali kaitannya dengan tradisi para kaum sufi, dimana jika dilihat dari segi arti sendiri, istilah uzlah memiliki suatu arti (mengasingkan diri), sedangkan arti khalwat  sendiri memiliki suatu arti (menyendiri). Maka jelas sekali kaitannya dalam hal ini baik uzlah maupun khalwat bisa dimaknai kepada suatu hal dalam upaya menjauhkan diri dari hiruk pikuk keramaian, atau menjauhkan dari tempat-tempat keramaian. Sementara disisi lain untuk praktik khalwat tersebut yang dilakukan dengan jangka waktu yang panjang biasa sering kita sebut dengan uzlah. Maka dengan demikian baik khalwat maupun uzlah sering dilakukan dengan suatu cara mengasingkan, menghindari, menjauhkan, menyepikan diri dari berbagai macam hiruk pikuk kehidupan duniawi yang juga merupakan inti dari khalwat itu sendiri, untuk kemudian melakukan suatu amaliah ibadah salah satunya dalam hal ini ialah berdzikir atau wirid, namun juga tidak lupa pula melakukan tafakkur guna memiliki ataupun menumbuhkan rasa kesadaran yang mendalam akan kehadiran Tuhan. Kaitannya dengan hal ini, jika kita lihat secara konkret maupun kita lihat dari segi fisik sendiri, kondisi tersebut mengakibatkan suatu kondisi yang amat sepi, sunyi, tidak merasakan hiruk pikuk dan keramaian, namun disisi lain berbeda dengan suatu kondisi yang dirasakan oleh batin, dimana yang dihasilkan oleh kondisi batin ini malah justru keramaian yang ada dan didapatkan. Bahkan dikatakan khalwat seperti halnya suatu acara pesta yang mana didalamnya kita bisa berdansa, namun berdansa dalam hal ini ialah berdansa dalam batin, guna merayakan kejayaan cinta illahi.


         Sudah kita singgung diatas bahwasanya khalwat merupakan suatu praktik menyendiri, menyepi guna menghindari hiruk pikuk keramaian untuk sementara waktu, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Khalwat sendiri memilki konotasi positif yang mana dapat dimaksudkan untuk menghindari segala sesuatu hal yang negatif yang tumbuh dari dalam diri kita, maupun yang muncul dari luar diri kita.


         Maka jika kita kaitkan hal tersebut dengan kondisi yang kita warga masyarakat dunia sedang hadapi dan alami saat ini berupa wabah pandemi covid 19 sangatlah dibutuhkan sekali untuk kita terapkan. Dimana hal tersebut merupakan salah satu cara yang efektif dan merupakan bentuk usaha yang sangat baik dan tepat guna memerangi berjihad melawan wabah pandemi covid 19 ini. Khalwat dan uzlah sendiri dalam hal ini dapat meredam dan juga mampu memutus persebaran rantai virus yang sifatnya sangatlah massif dari segi persebarannya. Oleh karenanya para pakar di bidang medis dunia menghimbau agar menerapkan cara-cara seperti khalwat dan uzlah ini, dimana konteks ini secara umum sering kita sebut maknanya sebagai bentuk isolasi, social distance, PSBB, ataupun lock down. Dimana contoh-contoh tersebut merupakan bentuk penafsiran khalwat dan uzlah dalam konteks tafsir dibidang wabah pandemi covid 19.


         Bahkan sering kita lihat pada saat ini baik didalam berita maupun dalam bentuk konkret adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terkait dalam rangka menanggulangi dampak persebaran wabah pandemi covid 19, yang dari hari ke hari persebarannya sangatlah masif, maka beberapa upaya yang telah dilakukan pun bermacam-macam bentuknya seperti, menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan secara online, atau proses pembelajaran jarak jauh, memberlakukan kegiatan bekerja dari rumah bagi para pekerja, dalam hal ini pegawai karyawan, dan juga bahkan ditutupnya rumah-rumah atau tempat ibadah. Dimana hal tersebut tujuannya tidak lain adalah menghindari segala aktifitas yang dapat mengumpulkan orang banyak, dan memberlakukan protokol-protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memberlakukan pola hidup sehat, memberlakukan pola hidup bersih, rajin mencuci tangan, hindari kerumunan (aktifitas yang dapat mendatangkan orang banyak) dan lain sebagainya. Yang mana hal-hal semacam itu adalah bentuk khalwat dan uzlah sebagai ikhtiar kita dalam menghadapi, menangani, melawan, memerangi, berjihad, menanggulangi, menyikapi, yang dinamakan wabah pandemi covid 19 yang sangat amat-amat berbahaya pada saat ini. Yang mana larangan berkumpul mendatangkan orang banyak merupakan suatu bentuk persunyian, dan persepian khalwat yang sangat konkret dalam hal ini. Dimana upaya tersebut merupakan alat pemutus ataupun memangkas jalur-jalur saraf nadi persebaran wabah pandemi covid 19 yang sangat masif. Maka jika makna khalwat dan uzlah hanya diartikan sebagai upaya penyendirian, dan penyepian guna menghindari hiruk pikuk keramaian untuk kemudian melakukan amaliah ibadah seperti sholat, dzikir, wirid, saja semata-mata, maka hal itu anggapan yang sangatlah sempit.


         Walaupun dalam kegiatan suatu agama, khalwat dan uzlah ini dalam praktiknya menganjurkan kita agar selalu berdoa sepanjang waktu, guna melindungi dan menghindarkan kita dari wabah pandemi covid 19, namun disisi lain juga kita harus mengikuti petunjuk para pakar dibidang medis, juga mengikuti petunjuk himbauan protokol-protokol yang diberikan oleh pemerintah. Karena jika hanya tertuju dan terpaku pada usaha doa saja maka tidak akan berhasil jika tidak adanya bentuk suatu ikhtiar dalam hal ini, sama halnya seperti kita merasakan lapar, rasa lapar itu tidak akan hilang jika kita terus berdoa agar rasa lapar itu hilang dari perut kita, tanpa adanya usaha untuk memakan suatu makanan yang dapat mengenyangkan kita. Juga sama halnya ketika motor kita mengalami mogok, lantas kita tidak dapat terus-menerus berdoa agar motor kita tersebut dapat jalan kembali, tanpa adanya usaha untuk membawanya ke suatu bengkel motor ataupun tempat pom bensin guna membereskan motor kita yang mogok, ataupun mengisikan bensin untuk kemudian akhirnya motor tersebut dapat jalan kembali. Karena pada dasarnya doa, dzikir, dan wirid saja tidak dapat mengenyangkan perut kita, dan disisi lain tidak dapat memperbaiki motor kita. Maka kemudian dalam hal ini ibarat lapar, yang terpenting adalah makan, bukan doa agar supaya kita kenyang. Berdoa dalam hal ini memberi bobot pada nilai makan, dan bukan mengganti aktivitas makan. Pada dasarnya Tuhan memberikan kepada kita suatu kebebasan dalam menangani suatu problem yang kita hadapi katakanlah melalui tangan manusia sendiri, dalam suatu kerangka hukum alam (sunnatullah). Kitab suci tidaklah membicarakan soal teknis ilmu pengetahuan, melainkan kitab suci hanya membicarakan ide-ide moral juga spirit ilmu pengetahuan didalamnya. Begitupun jika kita soalkan mengenai wabah pandemi covid 19 ini, yang mana salah satu cara menanggulanginya bukan hanya soal hal-hal yang dianjurkan oleh agama seperti doa, dzikir, dan wirid saja, namun disisi lain juga harus menerapkan ataupun menggunakan metode saintifik. Pada intinya bukan hanya menyoal pada keyakinan dogma keagamaan saja, namun juga soal sains.


         Bahkan jika kita melihat suatu kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tabligh akbar, doa bersama, pengajian umum, dan juga kegiatan-kegiatan agama lainnya. Maka dalam hal ini sangatlah baik sekali sebenarnya, karena tujuannya adalah melaksanakan doa bersama agar wabah pandemi covid 19 ini cepat hilang dari dunia. Namun juga disisi lain jika hal tersebut melanggar protocol-protokol yang sudah ditetapkan dengan mengumpulkan banyak orang yang tidak terkendali, maka dalam hal ini juga sesungguhnya secara tidak langsung telah melawan sunnatullah. Yang mana hal tersebut menurut ilmuwan adalah perbuatan hal sembrono, karena melawan ilmu pengetahuan, dan juga dikatakan telah menghina sains. Maka dari itu kemudian kita berlindung kepada Allah SWT dari suatu godaan-godaan imajinasi keagamaan yang berlawanan dengan ilmu pengetahuan juga sebaliknya. Bahkan ketika ulama mengeluarkan fatwa agar tempat rumah ibadah dalam hal ini terutama masjid agar ditutup sementara waktu, sungguh kebijakan tersebut sangatlah rasional sekali walupun disisi lain masih ada saja sebagian orang yang tidak menyetujui kebijakan tersebut, dengan kata lain masih percaya kepada keyakinan imajinatifnya, yang mana akhirnya mengabaikan perintah akal sehat yang dimilikinya. Karena pada dasarnya Tuhan telah memberikan kita akal bukan sebagai barang simpanan yang selalu disegel dan tidak digunakan.


         Dengan demikian baik khalwat maupun uzlah merupakan suatu doktrin tasawuf yang seharusnya kita praktikan atau kita implementasikan guna membendung dan memutuskan mata rantai persebaran wabah pandemi covid 19 yang persebarannya kian hari kian sangat masih, karena dengan kita menerapkan khalwat dan uzlah, secara tidak langsung bahwasanya kita telah menggunakan kemampuan akal sehat kita dalam berpikir guna mengupayakan dalam menangani covid 19 ini. Karena dengan berkhalwat dan beruzlah kita juga dapat bertaqarrub, bertafakkur, berdzikir, wirid dan melakukan amaliah ibadah lainnya yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, dan juga kita melakukan usaha ikhtiar lainnya, baik itu dirumah, dikantor, maupun ditempat lain tanpa harus mendatangkan dan mengumpulkan orang-orang banyak katakanlah kemruyuk. Percayalah bahwa penerapan khalwat dan uzlah tersebut dapat efektif dalam menurunkan dan menghambat persebaran wabah pandemi covid 19, bahkan juga pada akhirnya bisa menghilangkan covid 19 ini dari dunia.

Kesimpulan

      Apa yang telah dibahas beberapa pembicaraan diatas terkait dengan munculnya suatu wabah pandemi covid 19 ini, yang mana dapat disimpulkan bahwa cara menanggulangi, dan juga cara menyikapinya terdapat bermacam-macam sudut pandang dari berbagai macam kalangan seperti pandangan orang awam, politikus, psikolog, biolog, ekonom, seajarawan, agamawan (alim ulama, fuqaha, mufasir, mutakalimin, sufi), para agamawan lain, filsuf, pakar dibidang medis, dan pandangan-pandangan lain sebagainya. Bahkan tak lupa pula dalam hal ini pandangan dari kaum sufi sendiri sesuai apa yang telah di bahas dalam pembahasan tulisan ini. Yang mana kaum sufi sendiri dalam memandang adanya suatu wabah pandemi covid 19 ini dalam segi cara menanggulangi dan menyikapinya sendiri tidak tertuju ataupun terpatok terhadap suatu praktis amaliah ibadah saja dengan melakukan hal-hal seperti dzikir,wirid, atau doa semata-mata, seperti pemahaman yang kita ketahui tentang apa yang sering dilakukan oleh para sufi, tanpa melakukan suatu ikhtiar usaha lain seperti yang telah dihimbau oleh kalangan-kalangan yang tugasnya terkait dengan penanganan wabah pandemi covid 19, seperti menerapkan protokol-protokol kesehatan, sosial distance, PSBB, lock down, menerapkan pola hidup sehat dan bersih, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan lain sebagainya.
      Bahwasanya apa yang telah dilakukan oleh kalangan kaum sufi dalam menanggulangi dan menyikapi wabah pandemi covid 19 ini sangatlah sudah tepat dan bijak, dari mulai cara menyikapi dan menafsirkan ujian tersebut dengan baik hingga mengubah metode cara yang biasa dilakukan seperti praktik khalwat dan uzlah dengan menjidakannya suatu metode yang pada akhirnya akan merujuk kepada suatu aktivitas yang sangat efektif dalam menanggulangi dan menyikapi covid 19 tanpa mengubah nilai keaslian dari khalwat dan uzlah sendiri, dimana hal tersebut dapat menekan dan menghambat persebaran dari pada covid 19 yang persebarannya setiap hari sangat masif, dengan begitu semoga wabah pandemi covid 19 ini segera berlalu dan berakhir secepatnya amiin.      

                                                       

     DAFTAR PUSTAKA

Alquran Karim
Junaedi, Didi. 5 Langkah Menuju Sukses Dunia-Akhirat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013.
Shihab, Alwi. Akar Tasawuf di Indonesia. Depok: Pustaka IIMaN, 2009.
http://iain-surakarta-.ac.id/jihad-melawan-covid-19-dengan-laku-sufi/
http://id.m.wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun