Terkait dengan hal tersebut, kita mungkin sangat mengetahui dan hampir setiap semester dalam tahap jenjang pembelajaran di intansi pendidikan pun kita selalu mengalami yang namanya suatu ujian. Dari mulai kita menginjak tingkat pendidikan sekolah dasar, hingga pendidikan tingkat sekolah menengah atas, disetiap semesternya kita selalu mengalami namanya suatu ujian. Biasanya istilah ujian yang dimaksud dalam hal ini adalah UTS dan UAS, bahkan jika kita melanjutkan suatu jenjang pendidikan di perguruan tinggi pun, baik UTS maupun UAS masih tetap ada.
    Dengan ujian tersebut inilah selain kita sedang di tes, di perhatikan, di pantau, katakanlah sedang sangat di sayang-sayangnya, dan sedang sangat dekat dengan Rabb kita Allah SWT, namun bukankah Allah SWT itu pada dasarnya memang sangat-sangat dekat dengan kita selaku makhluk hambanya ?, yang mana telah tertuang dalam firmannya didalam Al-quran surah Al-Qaf ayat 16, yang dalam artinya berbunyi: Allah lebih dekat dari urat nadi kita. Memang demikian itulah kenyataannya, oleh karenanya para alim ulama ketika sedang diuji oleh Allah SWT mereka malahan semakin tinggi semangatnya dalam melakukan amal ibadah. Kita mungkin pernah mendengar bahwa ketika datang suatu ujian menimpa kita seperti salah satu contohnya sakit, maka pada saat itulah Allah SWT pada dasarnya sedang menghapus sebagian dari dosa-dosa kita para makhluk hambanya. Oleh sebab itu kita seharusnya pada saat sedang diuji dengan suatu penyakit salah satu contohnya, maka alangkah baiknya mengikuti apa yang dilakukan ataupun dicontohkan oleh para alim ulama kita, dengan menumbuhkan semangat dalam melaksanakan amal ibadah. Karena jikalau hal tersebut kita implementasikan atau kita terapkan, maka seperti halnya kita sedang menguras dalam hal ini membersihkan bak kamar mandi, dengan membuang air kotor yang berada didalamnya sedikit demi sedikit, untuk selanjutnya ketika air kotor tersebut sudah hilang dan disisi lain kita pun sedikit demi sedikit mengisi bak kamar mandi dengan air yang bersih sebagai pengganti dari air kotor tersebut yang sudah dibuang.  Â
Â
     Hal tersebut sebagai suatu gambaran hasil yang kita dapatkan ketika telah berhasil menyelesaikan dan merampungkan ujian yang telah Allah berikan, dengan disisi lain pada saat itu juga kita selalu berusaha untuk meningkatkan amaliah ibadah kita ketika sedang di uji. Namun hal tersebut secara langsung dengan otomatis dapat menghapus semua dosa-dosa kita, akan tetapi dosa-dosa kita dapat dihapuskan ketika kita melakukan suatu tingkatan taubat dengan sebenar-benarnya taubat, yang mana taubat tersebut jika dilihat oleh kita seperti taubatan nasuha. Jika diibaratkan kembali atau dianalogikan kembali dengan menguras atau membersihkan bak kamar mandi, bahwasanya air kotor yang telah dibuang itu pasti bercak noda dan kotorannya pun masih ada alias masih menempel di bak kamar mandi tersebut, dalam hal ini dibagian keramiknya atau lepahan semen bentuk bangunan bak kamar mandi. Maka dalam hal ini salah satu usaha untuk membersihkannya ialah dengan cara membersihkan menggosok menggunakan sabun yang dapat menghilangkan berkas bercak noda tersebut dengan sangat baik. Hal inilah yang bisa diibartkan sebagai taubat dengan sebenar-benarnya taubat, untuk kemudian selanjutnya kita dapat mengisi bak kamar mandi yang telah bersih tersebut dengan air yang bersih.
    Maka oleh sebab itu betapa sangat pentingnya tigkatan ekstase tingkatan taubat tersebut. juga tidak heran ketika kita melihat dalam tradisi tarekat, apabila terdapat anggota murid baru yang ingin mengikuti tarekat tersebut awalnya yakni melakukan proses pembaiatan, dimana kemudian setelah suatu proses pembaiatan tersebut telah dilakukan oleh seorang murid melalui arahan mursyid, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh si murid tersebut ialah melaksanakan atau melakukan proses taubat.
    Maka dengan demikian, apa yang telah dijelaskan diatas merupakan salah satu bisa dikatakan sebagai suatu acuan ataupun patokan dalam menangani maupun dalam menyikapi suatu peristiwa yang saat ini sedang kita hadapi yang  berupa wabah pandemi covid 19, bukan hanya warga masyarakat negara Indonesia saja dalam hal ini, akan tetapi warga masyarakat dunia pun juga menghadapinya. Hal tersebut merupakan suatu cara dalam menangani maupun cara menyikapi dalam bentuk amaliah ibadah, disisi lain selain dalam bentuk ikhtiar. Dengan adanya kondisi peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini yakni wabah pandemi covid 19, tidak jarang banyak anggapan-anggapan yang bermunculan terkait hal ini. Beberapa diantaranya ada yang beranggapan bahwa, sebenarnya peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini merupakan benar-benar sebuah ujian dan cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita, ataupun semata-mata sebagai adzab dan laknat dari Allah SWT, dan juga anggapan-anggapan lain sebagainya yang muncul.
     Adanya anggapan-anggapan respon yang demikian adanya, membuat si penulis akhirnya juga merespon terkait dengan anggapan-anggapan tersebut. Dimana menurut hemat penulis bahwasanya peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini yakni wabah pandemi covid 19 adalah benar-benar sebuah ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita orang-orang yang beriman. Nampaknya ketika peristiwa tersebut dianggap sebagai sebuah adzab ataupun laknat yang diberikan oleh Allah SWT tidak pas juga, karena dalam hal ini orang-orang yang beriman pun turut merasakan dalam menghadapi peristiwa wabah pandemi covid 19 ini. Namun juga disisi lain kita harus menilik ataupun menengok terkait dengan arti kalimat orang-orang beriman, dalam hal ini dimana menurut pendapat penulis bahwasanya arti dari kalimat tersebut ialah gampangnya adalah orang yang sangat mempercayai adanya Tuhan, percaya bahwa Tuhan itu esa, dan juga selalu menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam hal ini ialah berbuat baik, itu juga merupakan salah satu dari bentuk arti maksud kalimat orang-orang beriman.
     Jadi pada intinya, peristiwa yang sedang kita alami pada saat ini berupa wabah pandemi covid 19 adalah sebagai suatu bentuk ujian dan cobaan dari Allah SWT. Karena pada dasarnya setiap makhluk ataupun hamba yang beriman pasti akan diuji oleh Allah SWT, bukankah kita pernah mendengar suatu kalimat yang menyatakan bahwa engkau beriman maka engkau diuji. Kalimat singkat namun syarat akan makna tersebut menjelaskan kepada kita bahwasanya salah satu cara yang Allah SWT berikan dalam mengetes keimanan kita adalah dengan memberikan atau mendatangkannya sebuah ujian. Dimana ujian tersebut sebagai suatu cara untuk mengukur derajat keimanan yang kita miliki, karena setiap orang yang telah mengikrarkan dirinya beriman maka ia akan diuji oleh Allah SWT dengan berbagai macam bentuk ujian dan cobaan, salah satu contohnya ialah apa yang sedang saat ini kita alami berupa wabah pandemi covid 19.
     Bahkan disisi lain banyak berbagai macam cara yang dilakukan oleh sesorang dalam menyikapi suatu ujian tersebut. Ada seseorang yang menyikapinya dengan cara terus-menerus mengeluh, meratapi nasib yang dialaminya itu, mengutuk keadaan, bahkan yang lebih parahnya lagi ialah ada yang berprasangka buruk kepada apa yang Allah telah berikan kepadanya yang berupa ujian tersebut. namun juga disisi lain ada juga yang menyikapinya dengan bersabar, menyesali akan perbuatannya, berikhtiar dalam menanggulangi suatu ujian yang telah didapatkannya itu, berserah diri kepada Allah SWT, juga selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dengan bentuk ujian yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya itu. Karena mereka beranggapan bahwa ujian tersebut dapat menjadikannya semakin kuat, dan menjadikan keimanannya tangguh, karena mereka yakin bahwa apapun yang Allah SWT ujikan kepada kita itu mengandung suatu nilai hikmah yang besar, berharga dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu pelajaran yang berharga dalam hidupnya. Karena pada dasarnya Allah telah menegaskan kepada kita didalam suatu firmannya Al-quran surah Al-Insyirah ayat 6, dengan arti ayatnya yang berbunyi sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.
    Allah SWT pada dasarnya memiliki berbagai macam cara dalam memberikan suatu ujian kepada kita, kadang memberikannya berupa nikmat, dan disisi lain pula kadang memberikannya berupa musibah. Dalam hal itu Allah SWT akan melihat siapa saja yang selalu menyikapinya dengan selalu bersyukur, dan siapa saja yang menyikapinya dengan kufur, siapa yang selalu bersabar, dan juga siapa yang selalu ber putus asa.
    Ujian dan cobaan tersebut juga dapat dijadikan bahan tolak ukur bagi kita, dimana sipa yang dalam hal ini paling baik amalnya, yaitu siapa yang selalu bersikap teguh dalam menjaga keimanannya, dan juga siapa pula yang selalu mudah goyah bahkan runtuh keimanan yang dimilikinya. Maka selalu ingatlah bahwa apa yang kita telah ucapkan atau ikrarkan yang merupakan suatu penanda diri kita ini sebagai orang yang beriman, maka kita pasti akan diuji oleh Allah SWT.
Uzlah dan Khalwat