Pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang paling diistimewakan oleh Tuhan, maka oleh sebab itu kita tidaklah pantas bersikap cuek terhadapnya. Karena manusia diciptakan dimuka bumi ini sebagai makhluk pilihan Tuhan, maka oleh sebab itu kita sebagai manusia haruslah bertaubat dan memohonkan ampun kepada-nya.
Dan seharusnya kita pun tidak gampang ataupun tidak mudah menganggap diri kita ini sebagai seorang yang lemah, kecil, tidak berdaya, bahkan yang lebih parahnya lagi menganggap diri kita itu buruk, karena pada dasarnya yang telah disinggung diatas bahwasanya kita ini adalah sebagai makhluk pilihan Tuhan, yang memiliki suatu keistimewaan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Dalam hal ini tidak ada suatu manusia pun didunia yang tidak menjadi pilihan Tuhan, karena semua manusia itu merupakan pilihan Tuhan, apapun situasi, kondisi, keadaan, maupun latar belakang pribadinya.
Disisi lain, manusia selain dianggap sebagai pilihan Tuhan, manusia juga dipilih oleh Tuhan untuk menjadi wakilnya ataupun mewakili Tuhan. Kita ini adalah sebagai khalifahnya Tuhan, manusia dipilih dan ditunjuk Tuhan untuk mewakilinya.
Maka dengan status istimewanya ini, manusia dipilih dan menjadi wakil Tuhan. Kemudian manusia juga diberikan amanah olehnya dan memiliki dua bekal, yaitu kebebasan dan tanggung jawab (resiko).
Karena sebelumnya, Tuhan memberikan amanahnya kepada bumi, langit, dan juga gunung. Akan tetapi bumi, langit, dan gunung dalam hal ini menolaknya. Dengan alasan karena khawatir tidak sanggup menanggungnya karena amanat tersebut sangatlah berat.
Manusia dalam hal ini ditawari amanah oleh Tuhan belakangan, kemudian ketika Tuhan menawarkan kepada-nya (manusia), manusia dengan rasa amat percaya dirinya merasa sanggup menanggungnya dan seakan-akan mampu.
Akan tetapi akhirnya manusia disindir oleh Al-qur'an, yang menyatakan bahwasanya manusia itu dzalim dan tidak cerdas. Pada dasarnya Al-qur'an memberikan suatu penegasan kepada kita agar tidak dzalim dan tidak bodoh, dan apabila kita masih tidak cerdas (bodoh) dalam hal ilmu pengetahuan ataupun dzalim (hilangnya suatu keadilan) sebagai khalifah dimuka bumi, maka amanat tersebut sangatlah sulit kita penuhi ataupun tidak mungkin kita penuhi.
Maka dalam hal ini kuncinya ada dua hal yaitu, janganlah bodoh dan dzalim. Dan jika kita berhasil dalam dua hal tersebut, amanat kitapun dapat terpenuhi dan dapat berjalan dengan baik. Dan jika tidak maka suatu saat nanti kita akan ditagih oleh Tuhan sendiri, dan jika kita tidak bisa menjawab dan mempertanggung jawabkannya, maka kita akan ditertawakan oleh bumi, langit, dan juga gunung.
Maka dalam hal ini salah kita sendiri, karena dahulu kita mau menerimanya dengan amat percaya diri seakan merasa sanggup dan dapat menanggung amanah atau tugas tersebut. Dan sekali lagi maka kuncinya jika kita ingin berhasil dan tidak ingin ditertawakan, maka kita janganlah bodoh dan dzalim dalam suatu hal apapun.
Dan terakhir selain manusia sebagai pilihan Tuhan, wakil Tuhan, diberikan amanah dan memiliki dua bekal yaitu, kebebasan dan tanggung jawab (resiko). Akan tetapi manusia juga sebagai partner Tuhan, maka dari hal itu muncul anggapan bahwa "kita ini adalah wakil Tuhan, jadi Tuhan sudah tidak melakukan apa-apa lagi ataupun tidak ngapa-ngapain lagi?".
Namun cara kerjanya tidaklah seperti itu, melainkan sebagai partner. Jadi pada intinya, "kita yang berusaha untuk mengubah dan Tuhanlah yang akan merubahnya", "kita berusaha untuk membangun dan Tuhanlah yang akan mewujudkannya", "kita yang berusaha berjuang dan Tuhanlah yang akan mensukseskannya", kuncinya tetap ada pada Tuhan jadi kita adalah partner dari Tuhan.
*Cirebon, 20 Marer 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H