Awal mula Aku keranjingan minum Kopi bukanlah karena tinggal di Kota Medan. Padahal Kita ketahui Bersama bahwa Sidikalang dan Mandailing adalah daerah penghasil Kopi terkenal di Sumatera Utara. Kebiasaanku minum Kopi justru dimulai dari keyakinan bahwa Kopi berkhasiat mengatasi rasa ngantuk, bukan karena lingkungan ataupun kenikmatannya. Sebagai mahasiswa yang memiliki sedikit hobi membaca, maka musuh terbesarku saat itu adalah rasa kantuk.
Aku sangat khawatir dengan rasa kantuk bila ingin belajar malam, meskipun obat anti ngantuk sudah kupersiapkan sematang mungkin, terutama Kopi panas. Saat itu untuk ngopi Aku tidak punya persyaratan macam-macam, apakah jenis kopi tertentu, rasa dan aroma yang khusus dan lain sebagainya. Maklum Mahasiswa yang tinggal di Asrama, jadi kalau memiliki keinginan yang spesifik tetap harus menyesuaikan dengan fasilitas yang ada di Asrama.
Bagiku yang penting Kopi itu harus hitam, kental, sedikit gula dan diminum panas-panas sampai habis. Untuk menguji kekentalannya Aku akan menyorot Kopi yang sudah diracik itu dengan senter dan bila sorotan senter tidak tembus berarti kekentalan Kopi sudah  OK. Di kalangan teman-teman, kopi racikanku katanya terkenal enak dan sering menjadi rebutan teman se-asrama.
Biasanya setiap selesai makan malam Aku langsung menuju ke ruang dapur untuk meracik Kopi yang akan menemaniku belajar hingga larut malam.Â
Setiap Aku selesai menyeduh, segelas Kopi itu kuletakkan di ruang Tamu asrama atau kutinggalkan di ruang meracik Kopi, karena Aku ingin menonton TV sejenak. Setelah itu biasanya Kopi akan kuambil dan kembali ke kamar untuk lanjut belajar.
Akhir-akhir ini, setiap Kopi yang kuracik terasa encer dan rasanya pahitnya kurang nendang, padahal sudah melalui proses Quality Control yang standar. Aneh!!!!
Teman-temanku punya kebiasaan untuk lebih suka meminta kopi yang Aku racik daripada membuat sendiri. Umumnya Mereka menunggu saat Aku meracik Kopi tiba dan begitu selesai, Mereka langsung merapat dengan membawa gelas kecil masing-masing untuk meminta Kopi yang ada di gelasku. Anehnya disaat Aku membuatkan kopi khusus untuk Mereka, ternyata Kopi yang Mereka minum selalu bersisa kata mereka kurang nendang!!!!
Satu ketika Aku penasaran dan kucari tahu apa alasan Mereka untuk minta Kopi dari gelas yang Aku punya. Mereka beralasan rasanya berbeda dan lebih kental, padahal Kopi yang Aku buat dengan komposisi yang sama. Unik juga!! Pikirku saat itu. Oleh sebab itu bila aku menyeduh Kopi akan kubuatkan dua gelas di mana satu gelas untukku dan sisanya untuk dibagi-bagi ke teman-teman.
Penggemar kopi racikanku semakin hari semakin meningkat, hingga menimbulkan kemarahan Ibu asrama. Penyebabnya adalah Kopi racikanku membutuhkan bubuk Kopi yang lebih banyak, sehingga untuk memenuhi permintaan teman-teman, maka stok Kopi untuk satu minggu ludes hanya dalam waktu 4 hari.Â
Akhirnya aku diperingatkan oleh Ibu Asrama, jika membuat Kopi untuk konsumsi sendiri saja. Kalau teman-teman ingin ngopi biar mereka racik sendiri. Demi keberlangsungan hidup yang aman dan damai, akhirnya kuturuti keinginan Ibu Asrama.
Akhirnya informasi ini sampai ke teman-teman dan mulai saat itu situasi kembali normal. Namun seperti yang aku katakan sebelumnya, ada dampak pada setiap kopi yang Aku buat, di mana isinya selalu berkurang dari segi kualitas dan kopinya jadi tidak nikmat.Â
Menurutku sih teman-teman secara sembunyi-sembunyi mengurangi isi kopiku dan untuk menghilangkan kesan sudah dikurangi, Mereka isi kembali dengan air panas. Seolah-olah gelas dikopiku itu normal dan tidak ada kejadian apa-apa.
Karena kejadian ini berulang terus, maka Malam ini Aku merencanakan sesuatu untuk mencari tahu Siapa sebenarnya biang kerok dari semua ini.
Proses kuawali dengan memanaskan Air, bubuk kopi kutuang di gelas yang berbeda dan kuseduh air panas agar kekentalannya maksimal. Kemudian kopi kutuangkan menggunakan saringan ke gelas Kopi yang biasa Aku pakai, beberapa waktu kemudian kugunakan senter untuk menerawang apakah tembuh pandang atau tidak. Kopi mengeluarkan bau semerbak yang sangat menggoda dan sebagai perasa kutaburkan garam dua sendok makan.
Seperti biasa Kopi kuletakkan di meja makan dan Aku menonton TV sejenak. Dari ruang TV, Kopiku tidak akan terlihat bila Teman-teman mengurangi isinya dan menurut Mereka ini kesempatan untuk mengambil lagi Kopiku tersebut.
Sebenarnya saat itu Aku melihat kehebohan teman-teman yang berebut mengurangi isi Kopiku tersebut, tetapi Aku tetap membiarkan dan sengaja kututupi dengan pura-pura ngobrolin acara TV yang sedang Kami tonton.
Tiba-tiba!!!
"Wueeeeeeeeek! Asiiiiiiiiiiiin!! Teriak Mas Geru sambil berlari menuju wastafel.
"Ada apa Mas?" tanyaku sambil menghampiri.
"Kopinya asiiiin!!" sahut Kang Dino sambil memasukkan permen ke mulutnya.
"Asiiiin?" aku pura-pura enggak mengerti.
"Iya, kopinya asiiin Bang!!" jawab Mereka mengaku.
"Wuaduuuh, Kok bisa yaa!!" jawabku sambil senyum-senyum.
WFH, 30-11-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H