Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengacaukan Pesan

20 November 2020   09:05 Diperbarui: 20 November 2020   09:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2010 adalah Era kebangkitan bisnis Seluler di Indonesia. Sangat dahsyat!!! betapa tidak dahsyat, ketika Indonesia dibanjiri pemain seluler dengan agresifitas yang luar biasa. Disaat itu ada 10 Provider mobile di Indonesia dan mengalahkan negara-negara lain baik di Amerka, Eropah maupun di China sekalipun. Bsinsi yang sarat dengan kemajuan teknologi ini dikelola dengan pendekatan pelanggan yang kurang tepat dan cenderung perang atribut.

Mungkin Kita masih ingat bagaimana dahsyatnya perang iklan di bisnis seluler saat itu. Setiap Provider adu kuat modal belanja Iklan untuk meyakinkan pelanggan bahwa produk mereka adalah produk yang menjadi pilihan. Meskipun PARA Ahli Marketing sudah mengingatkan bahwa cara-cara tersebut hanya akan menciptakan persaingan kurang sehat dan cenderung saling bunuh.  Ternyata peringatan ini kurang didengar, akhirnya iklim persaingan menjadi sangat kejam dan secara sadar para pemain membawa produk Mereka ke level komoditas. Agresifitas ini secara kasat mata bisa kita lihat mulai dari hulu sampai hilir dimana aktifitas marketing hanya bertumpu pada satu hal, peningkatan penjualan bukan yang lain.

Dalam melakukan komunikasi pemasaran, Kita melihat perang harga dengan promise yg susah diterima akal (tapi terbukti punya efek terhadap peningkatan sales, meskipun sesaat). Persaingan itu dimulai disaat Provider yang satu menawarkan harga Rp. 1,-. Belum pelanggan memahami apa maksud pesan itu, langsung dihajar provider lainnya dengan Rp. 0,1,-. Lanjut Provider yang satu lagi Rp. 0,01 hingga ada berani menawarkan dengan Rp. 0,0000000000...1 (nolnya sampe ke laut).

Apakah pesannya tertangkap dengan baik oleh pelanggan? (Wuah Saya ga' tahu).

Pesan-pesan iklan tersebut saling tumpang tindih dan bertujuan untuk mengacaukan pikiran pelanggan. Sehingga seberapa dahsyat angka nominal yang ditampilkan, itulah yang menjadi pilihan. Padahal semua orang juga tahu bahwa tawaran ini tidak akan meningkatkan kepuasan pelanggan, apalagi loyalitas pelanggan. Yang ada justru akan menciptakan Addict yang harus dipenuhi oleh para Provider, sehingga bila program itu berhenti, lambat laun pelanggannya juga ikut hengkang .

Cara Povider tersebut mengiklankan produknya dikenal dengan strategi Message Clutter. Aktifitas ini mengacu kepada kerja otak yang menangkap nominal sebagai sebuah pesan. Para provider berusaha untuk saling memotong pesan provder lain dengan pesan yang menawarkan nominal  seolah-olah lebih murah dan lebih layak . Iklan ditampilkan dengan menggunakan angka dan Font yang Eye catching serta dengan frekuensi bertubi-tubi ke benak pelanggan. Padahal bisa jadi cara-cara seperti ini bisa mengganggu kenyamanan dan loyalitas pelanggan yang berorientasi kepada kualitas atau kenyamanan.

Meskipun seolah-olah terlihat kurang etis tetapi dianggap sah-sah saja. Semuanya berpulang kepada pelanggan. Itulah salah satu dinamika dunia Iklan (perception is more important than reality), yang harus mampu memenuhi keinginan para provider  seluler tersebut.  Berhasilkah strategi itu? Untuk jangka panjang sih TIDAK!!! buktinya selain pelanggannya lelah dicekoki terus, para providernyapun bertumbangan satu demi satu. Ada karena alasan teknologi dan tidak sedikit karena kesulitan keuangan.

Bagaimana dengan komunikasi di dunia media sosial saat ini, dimana Perception is a reality. Menurut Saya sih 11-12 alias sama saja. Proses sharing pesan berjalan dengan volume dan frekuensi yang sangat masif. Saling mengacaukan pesan sudah hal biasa, yang penting tujuan tercapai dan terkadang enggak peduli dengan lingkungan, senang OK lanjut, kalau tidak monggo di delete serta tak boleh Baper (wow! Simple bukan?).

Tiba-tiba teman Saya ngechat dengan menumpahkan kekesalannya padaku tentang prilaku anggota WAGnya.

"Bagaimana Kita enggak kesal coba!!! katanya memulai pembicaraan.

"Kita lagi serius membahas masalah member lain yang lagi kena musibah dan sedang berdiskusi Panjang lebar bagaimana menemukan jalan keluarnya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun