Menurutku keputusan itu sangat tepat, karena meskipun Aku pindah lokasi kerja tetapi pekerjaanku yang mobile menuntut diriku untuk lebih banyak di luar Kotadan kos-kosankupun lebih banyak kosong dari pada kutempati.
Bagaimana komunikasi dengan Keluarga?. Perlahan tapi pasti, Aku mulai mendapatkan keluhan dari istriku tentang perilaku Puri-putriku. Volume dan frekuensi keluhan semakin meningkat, hingga terkadang membuatku ikutan stress dan terpengaruh untuk ikutan senewen juga. Situasi akan berbeda di saat akhir Pekan, dimana saat-saat berkumpul Kami lebih banyak ngobrol dan seolah-olah permasalahan kemarin tidak pernah ada.
Suatu ketika, Aku mendapat tugas mengisi satu workshop di Kuta Bali. Seperti biasa, Aku menceritakan rencana kegiatanku itu ke Istri dan Anak-anakku agar mereka mengetahu keberadaanku selama di luar Kota.Â
Saat Aku mendiskusikan mulai persiapan hingga kembali ke rumah, Aku melihat ada sesuatu yang berbeda dari Putri sulungku. Sepertinya ada yang ingin Ia katakan, namun ragu untuk memulai. Ya sudah nanti saja kalau ada waktu luang Aku akan khususkan ngobrol one on one dengannya.
"Ayah minggu depan mau ngisi workshop di Kuta Bali. Ayo Siapa yang mau ikut?" Aku menawarkan.
"Udah, Bunda ikut Ayah sana!" jawab si Sulung cepat.
"Apa yang laen enggak pengen. Ke Bali lhoooo!" kataku memancing.
"Iya, Bunda sekali-sekali berduaan sama Ayah. Jangan di rumah aja!" jawab si Bungsu mengagetkanku.
"Kok Kalian enggak ikut?" Aku tanyakan lagi.
"Kan Sekolah!" sahut si sulung.
"Atau Kalian bertiga susul Ayah deh, biar Kita week end di Bali" kataku memberi saran.