Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Syahwat Berbaju Kebaikan

25 Oktober 2020   10:32 Diperbarui: 25 Oktober 2020   10:36 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Menurutku sih penjual itu cenderung suka bohong dan menawarkan angan-angan kosong" kata Agus memulai obrolan Kami di Pagi itu.

"Ya tergantung individunya, Kita tidak bisa menggeneralisir prilaku seseorang berdasarkan profesinya" kata Bambang berargumen.

"Aku setuju! Menurutku banyak kok Sales itu berhati Malaikat" sahutku netral.

Ya itulah topik pembuka Kami saat  bercerita tentang beragam prilaku Penjual. Kami bertiga masing-masing punya pengalaman yang berbeda dan kondisi ini tidak bisa dijadikan sebagai pegangan untuk bersikap.

Memang sih, saat ini masih banyak Kita temukan cara-cara mereka menawarkan produk belum sesuai dengan harapan Pembeli. Ada banyak alasan, mungkin karena kurang trampil, salah menterjemahkan target, kurang pengetahuan, atau karena memang niatnya engga bener.

"Tahu enggak, kenapa Saya punya pendapat seperti itu? tanya Agus bertanya kepada kami berdua.

"Yaaa mungkin dengan cerita dari orang lain" sahutku.

"Pengalaman pribadi kali?" lanjut Bambang meyakinkan jawabannya.

"yaa Kamu betul Bambang. Aku alami sendiri" jawabnya kemudian.

"Saat Saya nganter teman servis mobilnya ke sebuah Show room beberap bula lalu" kata Agus mulai bercerita

Awalnya Kita ngobrol-ngobrol tentang mobil yang ada di show room sama mba Sales mobil itu dan akhirnya Kita jadi akrab. Mba Sales itu sangat antusias bertanya tentang mobil apa yang sedang Saya gunakan. Sewaktu Saya katakan mobilku mobil lawas dengan sigap Ia menyatakan tertarik ingin melihat kondisi mobil tersebut.

Akhirnya Kami berdua berjalan menuju tempat mobil Saya diparkir dan Ia hanya melihat sepintas tanpa berkeinginan untuk melihat lebih detail. Menurutku agak aneh, tetapi karena Ia Cuma ingin melihat Ya sudah, Kami kembali ke ruang tunggu. 

Sambil kembali ke meja kerjanya Ia bercerita bahwa mobil seperti yang Saya punya itu banyak peminatnya. Kalau Saya ingin menjual mobil itu, Ia bersedia mencarikan peminatnya.

"Wuah Pucuk Dicinta Ulam tiba" kataku dalam hati. Akhirnya Kami saling bertukar nomor HP, kalau-kalau perlu berkomunikasi lebih lanjut.

Tanpa perlu menunggu berlama-lama, tiga hari kemudian mba Sales itu menelpon bahwa ada yg berminat mobil tersebut dan Kaalu tidak keberatan ingin ketemu malam ini di rumah Saya. Karena Saya sedang di luar Kota, maka Saya keberatan, bila Mereka ke rumah disaat Saya tidak ada.

Saya sampaikan bahwa Saya pulang hari Jum'at malam, dan sebaiknya Kita bertemu hari Sabtu saja. Tetapi Ia mendesak untuk bisa bertemu di hari Jumt Malam itu juga. Hati kecilku sebenarnya menolak, tetapi mungkin si Pembeli sudah ingin sekali melihat mobil itu dan akhirnya Saya setuju bertemu di malam itu.

"Ya sudah ga papa, mudah-mudahan ini rezeki Si Pembeli" sahutku dalam hati.

Pada Jum'at Pagi, Saya telepon istriku untuk memberitahu rencana kepulanganku serta kehadiran calon pembeli mobil kami. Awalnya Istriku keberatan, karena Ia tahu betul saat itu Saya masih dalam suasana fisik yang lelah. 

Ia menasehati Saya untuk tidak melakukan transaksi disaat fisik sedang lelah, karena mudah bad mood. Tetapi Saya berhasil meyakinkan Istriku, bahwa pertemuan ini bukan keinginan Saya, tetapi calon Pembeli yang ngotot untuk bertemu.

Akhirnya dengan berat hati, Istriku setuju sambil mewanti-wanti untuk tidak ngotot menjual mobil pada malam itu juga. Tepat disaat Saya sudah dalam Pesawat dan akan mematikan HP, Aku mendapat Chat dari si Mba Sales yang menyatakan bahwa Ia Bersama Calon Pembeli akan ke rumah jam 08.00 malam ini. Ya, sudah Kalo begitu, Saya naik taksi aja dari Bandara ke rumah, supaya Mereka tidak menunggu Saya terlalu lama.

Saya tiba di rumah jam 07.30 malam dan Istriku sedikit terkejut, karena Aku naik Taksi dari Bandara ke rumah (tahulah biasa taksinya lumayan). Dengan terburu-buru Saya mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk diperlihatkan ke calon Pembeli.

Hingga jam 08.30 malam si mba Sales belum datang dan Beliau minta maaf masih dengan calon pembeli mobil, katanya. Saya maklum dan bisa membayangkan bagaimana seorang Penjual harus sabar melayani calon Pembeli, sehingga tidak mungkin baginya untuk menyetop obrolan serta langsung menemui Saya di rumah.

Disisi lain Saya juga tahu Mba Sales itu pasti lelah karena masih melayani Pembeli hingga malam. Karena kasihan, Saya menyarankan dilanjut besok aja dengan alasan kurang elok jual-beli malam hari dan Mereka tidak bisa memeriksa mobilnya secara lengkap.

Tetapi si mba Sales memaksa dan mengatakan bahwa Ia sudah bersama calon pembeli, yang memang pengen banget lihat mobil tersebut. Ya udah kalo gitu ditunggu, kata Saya memastikan.

Akhirnya jam 09.30 malam mba Sales didampingi 2 orang timnya tiba di rumah.

Mba Sales langsung minta ketemannya untuk lihat dan mengetes mobil. Wuah serius nih pikir Saya.

"Gimana kondisi mobilnya Mas"tanya Saya ke pemuda yang sedang mencoba mobil itu.

"Mesinnya OK, dan Interiornya masih apik"katanya luga.

"Mobil udah pernah disiram, supaya tetap terlihat kinclong" kata Saya menambahkan.

"Wuah sayang Pak. Kenapa disiram? Biarin aja pake cat yang orisinil" sahutnya berargumen

"Sayanglah mas, Asuransi mahal-mahal tapi enggak terpakai" lanjut Saya membela diri.

"Iya siiih"jawabnya singkat.

"Ngomong-ngomong, Mas yang pengen beli mobil ini?"Saya tanya to the point.

"Bukan pak. Saya dari dealer mobil dan sebenarnya cuma diminta ngetes mobil' jawabnya jujur.

"Terus yang mo Beli siapa?" tanya Saya penasaran.

"Ntar ngobrolnya sama Si Mba Sales ya Pak" katanya menghindar.

Dengan perasaan curiga Saya kembali ke ruang tamu untuk ketemu Mba Sales yang terlihat malah asyik menjelaskan sesuatu dengan Istriku. Dengan brosur ditangannya Ia sangat antusias menjelaskan isi dari brosur tersebut sampai tidak meyadari kedatangan kami.

Karena terkejut dan sedikit gugup, Ia meletakkan brosur dan mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan secara isyarat hasil dari pengecekan mobil ke Si Mas tersebut. Si Mas tersebut memberi isyarat ke mba Sales bahwa mobil OK.

"Dari hasil test teman Saya, mobil Bapak sangat OK! Mba Sales memulai dengan sedikit gugup.

"Karena memang mobil itu sangat terpelihara" kata istriku menimpali.

"Selain servis Kami lakukan secara berkala, mobil juga Kami asuransikan dan hingga saat ini Alhamdulilaah mobil dalam kondisi baik" Saya meyakinkan si Mba Sales.

"Nah karena kondisinya masih OK jadi mobil Bapak Kami hargai Rp.50 juta, ditambah dengan bonus dari Kami Rp. 25 juta. Kami sudah hitung-hitung, dengan nominal Rp. 75 juta Bapak tinggal nambah Rp. 25 juta jadi Rp. 100 juta, udah pas banget untuk DP mobil baru" Katanya enteng.

"Maksudnya Apa sih!"tanya Saya berlagak tidak paham.

"Saya menawarkan Bapak Top up mobil dengan DP mobil Bapak" katanya dengan ekspresi datar.

"Sebentar, Saya mau lihat dialog Kita lewat Chat WA yaa. Saya khawatir salah orang"kata Saya sambil menyambar HP dan membuka kembali pesan-pesan yang Ia kirimkan lewat chat WA.

"Maksudnya Bapak?" tanya si Mba Sales malah bingung.

"OK Mba, sudah malam. Kami harus istirahat!!" kata Saya sembari membukakan pintu.

WFH, 25-10-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun