Mohon tunggu...
Sela Lestari
Sela Lestari Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia (ATVI) jurusan Komunikasi Massa

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

The Story of Journey: Semarang

15 Juni 2023   22:10 Diperbarui: 15 Juni 2023   22:33 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu yang tersenyum mengarah ke kamera. (Sela Lestari/Mahasiswi)


Keesokan harinya, kami langsung melanjutkan perjalanan kami ke semarang, perjalanan yang begitu panjang tak kunjung cepat datang, alunan musik dan suara berdendang di dalam mobil melantun mengiringi perjalanan ini, sampai di restoran yang tampak indah desainnya menjadwalkan kami untuk melakukan tugas kembali, sambil berfoto mencoba mengeluarkan insipirasi agar tertata keindahan luar biasa dalam seni memotret. 

Merangkai satu persatu makanan agar terlihat mengesankan sangatlah menarik perhatian dan butuh jiwa kesabaran yang luas. Tak lama dari situ, kami melanjutkan menelusuri gereja blendug, putih terpampang menata kokohnya bangunan, nampaknya arsitektur di dalamnya dilapisi kayu coklat nan kilau, tertulis beberapa pendiri dengan tulisan yang terukir di dinding berlapis kaca, dihiasi lampu nan suci melingkupi gereja itu, tangga coklat dipinggir mengintai jiwa untuk menggerakkan imajinasiku bergerak.

Tak lama dari gereja, kami melanjutkan berjalan menyusuri papasan indah bangunan-bangunan yang menakjubkan melalui indahnya kota semarang, angin segar selalu memalingkan pikiranku untuk selalu menata konsep dengan sebegitu indahnya, rasanya ingin berbagi cerita ini ke orang banyak.

Seorang ibu yang tersenyum mengarah ke kamera. (Sela Lestari/Mahasiswi)
Seorang ibu yang tersenyum mengarah ke kamera. (Sela Lestari/Mahasiswi)
Asrinya semarang membuatku takkan lupa, hangatnya warga sekitar senyuman yang manis yang terbersit di pikiranku, binar sunyi mataku terlelap saat melihat keramaian di kota lama yang mengagumkan, lalu kami harus bergegas ke tempat berlapis batu bata merah, selama perjalanan kami mencoba mengenali sisi kemanusiaan untuk layak dijadikan sebuah seni, pada kesempatan itu benakku tertuju pada ibu-ibu dengan senyum indah yang mengarah kepadaku, dirinya terasa senang dan dihargai ketika ingin di potret dia sempat berkata “daritadi aku diminta foto, tapi kamu lucu mau foto sambil beli es aku ih neng ayu” ujarnya.

Terasa dipuji jiwaku melantun, rasanya aku sedang berbincang dengan nenekku, rindu pun terasa ketika pikiranku melampaui batas, lalu kami mengambil beberapa potret kebersamaan bersama dosen untuk dijadikan lembar hitam putih yang akan selalu teringat nantinya, kenangan bukan hanya sebuah cerita yang dikarang ,kenangan juga bisa berakhir menjadi abu jika tak dijaga baik-baik.

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) tampak begitu gagah. (Sela Lestari/Mahasiswi)
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) tampak begitu gagah. (Sela Lestari/Mahasiswi)
Tatkala dengan indahnya semarang, kami mengakhiri kegiatan di masjid agung yang tampak indah dan dihampiri hembusan angin sore kala itu, megah terhampar di temani beberapa warga yang ingin melakukan ibadah, menunggu indahnya sang fajar yang akan menghiasi cantiknya bangunan putih nan kokoh itu, tak terasa hari selalu berganti kami memotret indahnya sore hari bersama lantunan indahnya adzan.

Setelahnya, kami lanjutkan ke penginapan, tapi tak habis sampai disitu karna kami harus melangkah untuk mengambil indahnya malam di semarang kala itu, aku bergegas dengan kamera abu ku untuk memotret indahnya mobil yang liar, tapi disayangkannya aku tak dapat memotret dengan indah karna hal yang sedikit ceroboh, sambil menyusuri indahnya lampu malam dan dengungan suara angin, waktu itu aku dan kerabatku mencari makan untuk sambil menghabiskan beberapa jam terakhir di semarang.

Terbayar rasanya jika sudah berkumpul bersama kerabat, lelah tak terhitung melepas tawa yang begitu keras hingga lupa perjuangan kita untuk menyusun tugas fotografi dan harus membutuhkan imajinasi untuk menyeimbangkan lelah yang telah kita dapat, waktu tak pernah berhenti cerita demi cerita tertulis, keluh kesahnya beradu dengan lelahnya kegiatan yang telah dilakukan selama 3 hari itu. Saling mengenal dan saling memahami karakter satu sama lain, kenangan bukan untuk dihapus selagi masih bisa diabadikan menjadi lembar kertas, lelah yang terbayarkan harus membuat kita meninggalkan indahnya semarang.

Semoga kita masih bisa berjumpa dilain hari ya, Semarang. Terima kasih telah menghiasi beberapa hariku kali ini.

Artikel ini dipersembahkan untuk tugas Creative Writing

Nama : Sela Lestari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun