praktikum, peserta didik dapat menerapkan konsep teoretis yang telah dipelajari di kelas ke dalam konteks yang nyata. Hal ini tidak hanya membantu peserta didik memahami konsep-konsep sains dengan lebih baik, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan metode ilmiah.
SERANG – Praktikum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian penting dari pembelajaran sains di sekolah. MelaluiMata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang cukup kompleks. Sehingga, ketika praktikum membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Peserta didik di tingkat SMP seharusnya sudah memiliki kemampuan proses sains (KPS) seperti kemampuan untuk melakukan pengamatan, merumuskan masalah, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan dan memberikan kesimpulan.
Namun, pada kenyataannya dalam praktikum IPA tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Pelaksanaan praktikum IPA di sekolah seringkali masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, seperti kurangnya waktu praktikum, kurangnya variasi metode pembelajaran praktikum, kurangnya keterlibatan peserta didik secara aktif dalam praktikum serta keterbatasan dalam LKPD yang digunakan. Hal ini menyebabkan kemampuan proses sains peserta didik masih belum optimal.
Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh tiga mahasiswa Pendididkan IPA Untirta yaitu Sela Marselina, Silvia Agustina dan Ananda Uswatun Ummah dengan guru IPA salah satu SMP di Kota Serang maka solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan terkait hasil yang ingin dicapai dalam praktikum IPA yaitu dengan mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Dididik (LKPD) yang dikemas secara elektronik (E-LKPD).
Isi dari E-LKPD ini terdapat kegiatan praktikum yang menarik, terdapat petunjuk yang jelas serta video dan gambar, sehingga peserta didik dapat dengan mudah melakukan praktikum IPA. Dikembangkannya E-LKPD yang inovatif juga dapat memberikan motivasi dan membuat peserta didik tertarik dalam kegiatan praktikum IPA.
Sela Marselina mengungkapkan bahwa E-LKPD tersebut dikembangkan melalui pendekatan kemampuan proses sains, dimana peserta didik terlibat secara penuh dalam rangkaian praktikum IPA. Terdapat aktivitas pengamatan, merumuskan masalah, membuat hipotesis, pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan kemudian peserta didik dapat mengomunikasikan hasil praktikum.
"Keterampilan proses sains yang dikembangkan mencakup observasi, rumusan masalah, hipotesis, pengujian, dan kesimpulan. Ini adalah keterampilan yang digunakan ilmuwan untuk mengkaji fenomena alam dan harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA agar peserta didik memiliki pengalaman yang bermakna dan dapat diterapkan di masa depan" ujar Ananda .
E-LKPD ini dapat diakses melalui smartphone, komputer dan laptop sehingga dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Dalam E-LKPD tersebut terdapat link video yang dapat langsung di klik dan diarahkan ke video yang dituju, sehingga peserta didik akan semangat dalam melakukan praktikum IPA.
Silvia juga menjelaskan bahwa pengembangan E-LKPD ini memiliki alur yang cukup panjang. Mulai dari menganalisis hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum IPA, merancang pedoman wawancara, melakukan observasi ke SMP, melakukan analisis terkait kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran, mengembangkan E-LKPD yang dipadukan dengan pendekatan Hands on activity dan kemampuan proses sains.
Hasil validasi LKPD dari ahli bahan ajar mendapatkan angka 75% sedangkan hasil validasi dari guru IPA menunjukkan angka 98% yang dikategorikan layak digunakan namun dengan sedikit revisi.
Dengan dikembangkannya E-LKPD inovatif maka akan memberikan pengalaman yang baru kepada peserta didik serta memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik karena peserta didik merasakan langsung kegiatan mulai dari pengamatan hingga menarik kesimpulan. Hal ini tentu saja akan membuat pembelajaran IPA menjadi lebih menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H