Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rong Dina Dadi Wong Ndesa, Merdeka!

15 Agustus 2016   15:45 Diperbarui: 18 Agustus 2016   14:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lomba slumbat kelapa_kearifan lokal_dokpri

Hendak kemana-kah? sudahkah mereka mendapatkan apa yang memang harus ia dapatkan. Balutan semangat merah putih pun mengantarkan mereka hingga melewati batas-batas ketidakwajaran, karena tidak semua orang diluaran sana mampu menembus batas arti kemerdekaan yang sesungguhnya.

Banyak cara untuk memaknai arti kemerdekaan dan itulah kebhinekaan yang ada,bukan sekedar pengikat burung garuda dengan berbagai simbol-simbol hiasan dinding-dinding berdebu yang membisu.

71 tahun Indonesia merdeka bukan lagi hanya ajakan, apalagi hanya sekedar slogan ayo kerja-ayo kerja, tapi bagaimana mampu benar-benar membumikan makna kemerdekaan dengan wujud kongkrit sebuah kerja nyata.

Sabtu pagi pukul sepuluh hari itu, selimut putih nampak melambai pelan, nampak  merayap roda-roda kehidupan menaiki gundukan demi gundukan bukit dengan sekeliling pohon pinus yang nampak basah diguyur hujan. Rombongan empat buah mobil pengangkut barang (pic up) nampak sesak berjejal dipenuhi para pemain dibelakang layar negara kita, ya merekalah rombongan Bank Indonesia kantor perwakilan Purwokerto yang akhirnya menghampiri kampung terpencil nan jauh disana.

kemerdekaan menembus batas_masuk kawasan hutan_dokpri
kemerdekaan menembus batas_masuk kawasan hutan_dokpri
Welcome drink, khas sajian ringan mengembalikan debar jantung yang tak beraturan kembali normal, (air nira kelapa hangat, aroma teh dan kopi jawa berteman cilok dan rangin) snack ala ndesa, penyapa mereka para penghuni kota Purwokerto.

Panggung bermain peran pun dimulai, Rong Dina Dadi Wong Ndesa, Nyong Dondon Ngendong Nggone Rika,(dua hari menjadi orang desa, saya hanya mampir ketempat kamu) dengan bekal falsafah hidup seorang petani desa tat kala menanam padi pasti akan tumbuh rumput-rumput yang menemani, menjadi tidak mungkin kalau sang petani menanam rumput terus kemudian tumbuh padi disekelilingnya.

Menjadi berbeda di HUT RI ke-71 tahun Indonesiakerja nyata, ramah tamah pun digelar penuh keharmonisan dengan dipandu para pegiat pendidikan dan sosial Park Farmer “PAKIS” (segerombolan anak-anak desa yang sedang menempuh pendidikan setingkat SMP,SMA dan beberapa sedang bermimpi menjadi sarjana untuk desanya).

Park Farmer “PAKIS”sebuah mimpi besar di dusun Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, dengan visi meng-Inspirasi,meng-Edukasi dan men-Jelajah Negeri. dipercaya menjadi guide pemandu kegiatan memaknai  HUT Kemerdekaan Republik Indonesia versus Bank Indonesia rong dina dadi wong ndesa di kampung terpencil dipinggir hutan lereng gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.

Anak-anak PAKIS dengan bekal yang terlalu PD pun mulai berlagak seperti pemandu profesional sebuah wisata edu trip di kampung itu. Kelompok pun terbentuk mulai pejabat paling atas di jajaran Bank Indonesia Purwokerto sampai team sukses negara dalam negara itu (security, cleaning service) bercampur penuh kebersamaan menjadi satu tak berbatas kelas level paling atas atau bawah.

Enam kelompok dengan nama Merah, Putih, Hijau, Orange, Biru, Kuning pun mulai beranjak kenal medan, priitt...bunyi alarm bahwa kegiatan rong dina dadi wong ndesa diperankan, semua memiliki waktu untuk saling sapa dengan warga kampung dan mengenal dengan siapa mereka akan tinggal 2 hari 1 malam di dusun terpencil itu. Semua memiliki panggung masing-masing dengan menjadi orang kampung asli dengan cara melakukan aktifitas-aktifitas warga yang ditinggalinya, mulai menjadi pejabat paling tinggi di kampung (penderes gula kelapa sampai membuat gula kelapa cetak, kristal), menjadi pemburu rumput liar di hutan untuk dapat sepikul pakan hijauan ternak tabungannya (peternak kambing, domba, sapi), ada juga yang beraktifitas mencari kayu bakar, bercocok tanam dan bermain lumpur di area pesawahan yang cukup lebar di kampung itu.

Hari-hari kemerdekaan penuh heroik pun menghiasi hiruk pikuk kampung yang tak pernah lepas dihiasi kabut putih itu, pagelaran wide game dan out bond dengan kemasan kearifan lokal yang ada disana, mulai dari lomba slumbat kelapa (mengupas kelapa dengan alat tradisional kayu), bermain lumpur di kolam belut untuk beradu paling cepat menangkapnya, bermain air ala ndesa balapan gethek di telaga dilembah kampung itu (lomba balap rakit dari bambu), hingga pada moment kompetisi di sirkuit tengah hutan balapan upih (media pelepah pohon pinang).

lomba slumbat kelapa_kearifan lokal_dokpri
lomba slumbat kelapa_kearifan lokal_dokpri
lomba tangkap belut_bermain kembali kealam_dokpri
lomba tangkap belut_bermain kembali kealam_dokpri
lomba balap getek/rakit_dokpri
lomba balap getek/rakit_dokpri
lomba balap upih/pelepah pohon pinang_dokpri
lomba balap upih/pelepah pohon pinang_dokpri
Semangat perjuangan pun nampak jelas berasa ketika 6 kelompok beradu otak untuk mengatur strategi untuk menjadi yang terbaik, bukan menjadi juara tujuan saya ungkap sang pemenang, yang terpenting adalah kita mampu benar-benar bisa memaknai arti kemerdekaan yang sesungguhnya, bahwa semua kemerdekaan itu butuh perjuangan, kebersamaan bahkan pertaruhan hidup pun harus siap dikorbankan, ucap peserta saat memberikan kesan pesan kelompok merah dan putih yang memang menjadi juara umum di berbagai perlombaan yang digelar.

Menengok dipojok kampung itu, nampak sayup-sayup terdengar nyanyian berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira...belasan anak kampung pun sedang beradu nyanyi lagu-lagu perjuangan Indonesia. Tak luput di ruang pojok sebelah lagi, terlihat ekspresifnya anak-anak kampung  dan siswa-siswi MTs PAKIS menyuarakan barisan sajak-sajak kemerdekaan (sajak suara buah karya Wiji Tukul, bebas atau merdeka karya Isrodin, dan beberapa puisi karya sahabat-sahabat kompasianer mbak Fitri Manalu dan yang lain) hingga larut malam pun tiba iringan orkes sebagai penghangat pengantar mereka harus merajut alam bawah sadar di gubug-gubug yang terpencar dibalik rerimbunan pinus tinggalan nenek moyang.

lomba sastra_sajak kemerdekaan_dokpri
lomba sastra_sajak kemerdekaan_dokpri
Itulah cara mereka dalam memaknai perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahwa kemerdekaan itu di dapat penuh pengorbanan, pesan yang harus kita gelorakan di era sekarang adalah bagaimana kita mampu membumikan karya-karya nyata dengan cara berkarya, bekerja bersama-sama masyarakat level bawah sekalipun yang memang butuh untuk disentuh agar terus bergeliat, berkembang sehingga mampu mengenali dirinya telah merdeka dan saling memerdekaan yang lain.

Pagi itu datang kembali, ketika para pemainrong dina dadi wong ndesa terbangun dari mimpi-mimpi menjadi orang desa disaat aroma kopi jawa hangat itu sudah tersaji, teh sepet berjejal dihiasan ruang meja prasmanan, berbagai khas makanan desa (mulai dari olahan singkong, ketela rambat, godogan pisang, rempeyek kedelai, ciwel, intil, mendoan tempe) sampai sajian butiran air keberkahan dari langit pun kerap menghujami negeri yang sangat melimpah di pagi sampai menjelang siang di kampung itu.

Dari yakin ku teguh, hati ikhlasku penuh, akan karunia Mu, tanah air pusaka, Indonesia merdeka, syukur aku sembahkan kehadlirat Mu Tuhan, menjadi satu kebanggaan hari itu bagi mereka tatkala dua hari menjadi orang desa, berbaur menyatu menjadi simbol kemerdekaan yang memang tahu batas.

Tanah air ku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku, biarkan pun saya pergi jauh, tidakkan hilang dari kalbu, tanah yang kucintai, engkau kuhargai (penggalan bait lagu tanah airku). tanah airku takkan aku lupakan, engkau kan ku banggakan. Putaran waktu pun terus bergulir hingga tepat pukul 10 pagi para penghuni kampung kembali berkumpul di pojokan panggung dikampung itu.

Sebuah karya yang didedikasikan untuk negeri, rangkaian kegiatan menjelang usai menjadi orang desa saat itu pun digelar satu persatu. Memulai menebar benih-benih tanaman sejenis tanaman apung (tebar benih azola) di kolam belum ada endemiknya, harapan dari bibit azola ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan, hewan ternak kambing, sampai hiasan telaga kumpe menjadi hijau dengan ganti nama telaga azola.

Ayo menanam untuk Indonesia hijau karena alam tak akan mengingkari janjinya, gerakan hutan sebagai paru-paru dunia harus terus kita jaga, aneka tanaman buah-buahan di kawasan hutan pun dikembangkan dengan sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat, kemudian disusul tebar benih ikan sebagai modal endemik telaga azola kedepan.

Endemik elang jawa yang kerap melintasi tepian bukit-bukit itu harus merasa nyaman dan tetap utuh menjadi bagian dari riuh hunian ayam alas yang sering keluar dari semak belukar bukit itu, kearifan lokal yang harus terus bisa dijaga untuk terus dikembangkan hingga berdampak pada lingkungan.

Puncak kegiatan rong dina dadi wong ndesa pun tiba, Bank Indonesia dengan salah satu tugasnya pun menjelaskan seluk beluk Rupiah sebagai mata uang Indonesia, tugas lain yang tak kalah penting adalah urusan moneter di Negara Indonesia, kampung itu pun tak luput diejawantahkan dengan kerja nyata dengan memberikan paket-paket sembakao gratis untuk 120-an kepala keluarga, aneka bazar pakaian pun digelar sebagai wujud bahwa perekonomian masyarakat tetap berfungsi seimbang menyesuaikan zaman.

PAKIS diamanati program pendidikan agroforestry oleh BI_dokpri
PAKIS diamanati program pendidikan agroforestry oleh BI_dokpri
Selesai untuk memulai kerja nyata, kepercayaan yang diberikan Bank Indonesia untuk para pegiat pendidikan dan sosial entrepreneurship di kampung itu Park Farmer “PAKIS” mendapatkan amanat untuk mengembangkan program pendidikan berbasis agroforestry atau lebih akrab program pendidikan pertanian terpadu dengan pemanfaatan hutan dan lingkungan sebagai media pembelajaran dan sekaligus pengajaran yang mampu memberikan dampak ekonomi sehingga dirasa mampu mensejahterakan masyarakat yang tinggal disekelilingnya.

Terimakasih Bank Indonesia atas dedikasinya untuk negeri, memulai dari kampung untuk kemerdekaan sejati rakyat Indonesia, taman petani “PAKIS” sebuah karya yang akan menjadi karya nyata, 4 bulan kedepan kita akan kembali bersama-sama memetik apa yang sudah dan akan kita tanam untuk ibu pertiwi.

Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya, pesan bait lagu kebangsaan kita harus mampu terpatri dalam hingga merasuk kerelung yang paling dalam, untuk siapa ? hanya teruntuk Indonesia Raya, kibaran semangat merah putih-mu, akan terus kita gelorakan sebagai semangat perjuangan hidup dipinggir hutan, karena apapun yang terjadi engkaulah tetap Indonesiaku, dan karena mereka anak-anak desa-lah masa depanmu Indonesia.

Merdeka !!! sekali merdeka tetap merdeka, karena kemerdekaan itu harus melekat jangan sampai tercerabut dari akar kebudayan dan potensi yang ada dimasyarakat desa untuk Indonesia.

Salam Kemerdekaan.

dari segerombolan pegiat : Park Farmer “PAKIS” Argowilis Foundation, 13-14 Agustus 2016, rong dina dadi wong ndesa (kampung pesawahan desa Gununglurah, Kec. Cilongok Kab. Banyumas Jawa Tengah).

fober bank Indonesia_dokpri
fober bank Indonesia_dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun