Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mana Tangan-tangan Tuhan?

26 November 2015   17:05 Diperbarui: 26 November 2015   17:30 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="memulai dengan kerja keras dan kerja ikhlas bersama anak dampingan_kp"][/caption]

Nampak segar udara di pagi itu, arah jarum jam kira-kira tepat di angka 5 (lima) lebih 5 (lima) menit. Kicauan burung kutilang saling bersahutan di sela-sela pepohonan pinus yang kian jarang. Namun tiba-tiba, mohon maaf mas (ungkap) seorang bapak yang sudah berusia lebih dari 60 tahun itu, tubuh yang sudah tak tegap, setengah membungkuk ketika berjalan teramat susah dan itu hampir dilakukan disetiap pagi, siang dan menjelang malam di cekungan bukit itu. Selintas dibenakku itukah gambaran hari tua?

Ibarat musim kemarau yang berlalu, guyuran hujan pun terus membasahi pundi-pundi tanah yang mulai gersang itu. Tak sedikit mereka (penghuni) kampung di pinggir hutan itu tetap beraktifitas untuk terus survive karena itu sudah tidak bisa ditawar lagi.

Paijo (nama samaran) pedagang cilok yang terlaris di kampung itu (karena hanya ada satu penjual) didampingi kaisem (nama samaran sang mantan pacar) yang selalu setia mengurus 3 bokil (bocah kecil plus gokil) itu, pun tak lepas beraktifitas di lembah bukit itu.

Keluarga kecil itu begitu hangat tinggal di gubug paling pinggir di perbatasan kampung di hutan itu, menjadi tidak heroik di zaman era kekinian, tapi menjadi miris ketika melihat rentetan aktifitas rumah tangga mereka dan sebagian warga yang lain.

Membaca yang tersirat memang tidak bisa sebentar, membangun rasa simpati atau bahkan sampai bisa berempati pun tidak mudah, belum lagi menumbuhkan rasa ingin berbagi dan peduli kepada mereka? Apalah daya tangan cuma dua, tapi saya yakin cerita mini ini cukup menggugah rasa itu tumbuh dan berbuat yang terbaik untuk mereka.

Apa yang akan kita lakukan dibalik bukit itu? nampak jelas membujur jalan setapak penghubung mereka (anak sekolah dan masyarakat) 2 kampung di tengah hutan itu beraktifitas, dan ternyata di lembah itu mengalir deras sumber mata air yang melimpah, itulah kenapa sebagian mereka beraktifitas di lembah itu, mulai dari mencuci, mandi bahkan sampai aktifitas jongkok pun di lembah itu? dan kesimpulan tentang lembah itu ibarat kamar mandi terluas dan wc umum terpanjang di kampung lembah itu.

[caption caption="si bocah kecil harus sekolah dikampung sebelah_kp"]

[/caption]

Ini-kah kearifan lokal? ya pikirku saat ini, namun harus di sentuh bagaimana aktifitas itu tetap ada tapi tetap ramah lingkungan, sedap dipandang dan tentunya pola hidup bersih sehat itulah yang paling penting.

Hampir sudah 3 etape kita melakukan berbagai action plan, mulai dari berbenah lingkungan lembah itu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, tapi paling lama bertahan 1 tahun, habis itu kembali lagi, dan saat ini kita tidak menyerah mencoba berbenah bagaimana sumber air itu bisa termanfaatkan dengan bijak dan bermanfaat.

Semangat untuk berbuat itu sedang kita lakukan lagi dengan sebagian masyarakat penghuni lembah itu, mulai membangun penampungan air dan wc umum yang tentunya tidak sedikit butuh biaya untuk itu, tapi yakin inilah sumber amal jariyah yang semoga akan terus mengalir bagi siapa saja yang mau ikut berempati dan beramal jariyah seberapapun akan sangat berarti bagi kami dan khususnya mereka yang akan terus menggunakan sumber daya alam yang melimpah di lembah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun